FILSAFAT ILMU
Tentang
Struktur Ilmu
Disusun Oleh:
Anna Ismawati
NIM: 21151004
2021
TUGAS MINGGUAN
1. Ringkasan Materi
Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu
sendiri, ataupun prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan
mengetahui objek material. Sifat dari objek formal adalah empiris.
Dalam objek formal ada dua bagian, yaitu spesifikasi dan perspektif.
Pengertian dari spesifikasi ini adalah sesuatu yang kita teliti melalui bagian
terkecil dari materi, yaitu seperti bentuk atau ciri-ciri dari objek tersebut.
Sebagai contoh, misalnya objek materialnya adalah manusia, jika kita meneliti
melalui spesifikasi maka kita akan meneliti tentang bagian, atau ciri-ciri manusia
tersebut, seperti bagian mata, tangan, kaki atau bagian tubuhnya lain. Sedangkan
melalui perspektif maka kita akan meneliti atau mengkajian ilmu dari sudut
pandang pengkaji ataupun peneliti.
Obyek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk
pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai- nilai. Den gan
demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada
mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material yang
sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yangtampak adalah dunia empiris,
sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof
membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.
Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yakni
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Objek
material adalah sesuatu yang realitasnya ada. Baik itu terlihat langsungoleh mata
ataupun sesuatu yang tidak terlihat langsung. Yang nampak oleh mata bisa diteliti
dengan pendekatan empiris, sedangkan yang tidak nampak (metafisik) dapat
diketahui dari diskusi dan buah pikir manusia itu sendiri.
Fenomenologi adalah salah satu tradisi besar dalam sejarah filsafat abad ke-
20. Dalam perkembangan lebih lanjut, fenomenologi tidak dilihat seperti doktrin
unitaris ataupun mazhab filsafat, melainkan lebih pantas dilihat sebagai gaya
berpikir atau sebuah metode yang melibatkan pengalaman terbuka yang terus-
menerus diperbaharui. Sehingga upaya mendefinisikan fenomenologi tidak dapat
pernah cukup dan bahkan upaya yang paradoksal karena tiadanya fokus tematik
yang mendirikan fenomenologi itu sendiri. Fenomenologi juga mempengaruhi
karya di luar lingkar pengaruh filsafatnya seperti pada filsafat ilmu, psikiatri,
estetika, moralitas, teori sejarah, dan antropologi eksistensial.
Dari segi isi, ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang bersifat
terpadu atau kumpulan dari pengetahuan-pengetahuan yang saling berkaitan
dan mengikat dalam satu kesatuan kebenaran yang sahi. Sedangkan dalam segi
proses, ilmu dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
menemukan variabel-variabel alami yang penting dan kemudian
menerangkan dan meramalkan hubungan tersebut (Serdamayanti, 2002).
Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu
sendiri, ataupun prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan
mengetahui objek material. Sifat dari objek formal adalah empiris.
Dalam objek formal ada dua bagian, yaitu spesifikasi dan perspektif.
Pengertian dari spesifikasi ini adalah sesuatu yang kita teliti melalui bagian
terkecil dari materi, yaitu seperti bentuk atau ciri-ciri dari objek
tersebut. Sebagai contoh, misalnya objek materialnya adalah manusia, jika
kita meneliti melalui spesifikasi maka kita akan meneliti tentang bagian, atau
ciri-ciri manusia tersebut, seperti bagian mata, tangan, kaki atau bagian
tubuhnya lain. Sedangkan melalui perspektif maka kita akan meneliti atau
mengkajian ilmu dari sudut pandang pengkaji ataupun peneliti.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan
ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. objek material mempelajari secara
langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu
itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya.
Obyek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis.
Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai- nilai.
Den gan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yangtampak
adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian,
yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada
dalam kemungkinan.
Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yakni
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Objek material adalah sesuatu yang realitasnya ada. Baik itu terlihat langsung
oleh mata ataupun sesuatu yang tidak terlihat langsung. Yang nampak oleh
mata bisa diteliti dengan pendekatan empiris, sedangkan yang tidak nampak
(metafisik) dapat diketahui dari diskusi dan buah pikir manusia itu sendiri.
D. Fenomenologi
Fenomenologi adalah salah satu tradisi besar dalam sejarah filsafat abad
ke-20. Dalam perkembangan lebih lanjut, fenomenologi tidak dilihat seperti
doktrin unitaris ataupun mazhab filsafat, melainkan lebih pantas dilihat
sebagai gaya berpikir atau sebuah metode yang melibatkan pengalaman
terbuka yang terus-menerus diperbaharui. Sehingga upaya mendefinisikan
fenomenologi tidak dapat pernah cukup dan bahkan upaya yang paradoksal
karena tiadanya fokus tematik yang mendirikan fenomenologi itu sendiri.
Fenomenologi juga mempengaruhi karya di luar lingkar pengaruh
filsafatnya seperti pada filsafat ilmu, psikiatri, estetika, moralitas, teori
sejarah, dan antropologi eksistensial.