Anda di halaman 1dari 14

TUGAS INDIVIDU

FILSAFAT ILMU

Tentang

Struktur Ilmu

Dosen Pembimbing Mata Kuliah:

Prof. Dr. Jamaris, M.Pd.

Prof Dr. Solfema, M.Pd

Disusun Oleh:

Anna Ismawati

NIM: 21151004

PROGRAM STUDI S2 BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
TUGAS MINGGUAN

1. Ringkasan Materi

Ilmu pengetahuan / Pengetahuan Ilmiah adalah kumpulan-kumpulan


pengetahuan yang disusun berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah
diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan
metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan
yang sistematis.

Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang telah diolah secarakritis


menurut prinsip-prinsip keilmuan untuk menjadi ilmu. Pengetahuan ilmiah
(Scientific knowledge) adalah pengetahuan yang disusun bersdasarkan azas-azas
yang cocok dengan pokok soal dan dapat membuktikan kesimpulan-
kesimpulannya. Pengetahuan ilmiah melukiskan suatu obyek khusus tentang jenis
pengetahuan yang khusus mengenai obyek dimaksud.

Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu
sendiri, ataupun prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan
mengetahui objek material. Sifat dari objek formal adalah empiris.

Dalam objek formal ada dua bagian, yaitu spesifikasi dan perspektif.
Pengertian dari spesifikasi ini adalah sesuatu yang kita teliti melalui bagian
terkecil dari materi, yaitu seperti bentuk atau ciri-ciri dari objek tersebut.
Sebagai contoh, misalnya objek materialnya adalah manusia, jika kita meneliti
melalui spesifikasi maka kita akan meneliti tentang bagian, atau ciri-ciri manusia
tersebut, seperti bagian mata, tangan, kaki atau bagian tubuhnya lain. Sedangkan
melalui perspektif maka kita akan meneliti atau mengkajian ilmu dari sudut
pandang pengkaji ataupun peneliti.

Obyek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis. Termasuk
pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai- nilai. Den gan
demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada. Segala yang ada
mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Objek material yang
sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yangtampak adalah dunia empiris,
sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosof
membagi objek material filsafat atas tiga bagian, yaitu yang ada dalam alam
empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada dalam kemungkinan.

Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yakni
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah tertentu
sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum. Objek
material adalah sesuatu yang realitasnya ada. Baik itu terlihat langsungoleh mata
ataupun sesuatu yang tidak terlihat langsung. Yang nampak oleh mata bisa diteliti
dengan pendekatan empiris, sedangkan yang tidak nampak (metafisik) dapat
diketahui dari diskusi dan buah pikir manusia itu sendiri.

Fenomenologi adalah salah satu tradisi besar dalam sejarah filsafat abad ke-
20. Dalam perkembangan lebih lanjut, fenomenologi tidak dilihat seperti doktrin
unitaris ataupun mazhab filsafat, melainkan lebih pantas dilihat sebagai gaya
berpikir atau sebuah metode yang melibatkan pengalaman terbuka yang terus-
menerus diperbaharui. Sehingga upaya mendefinisikan fenomenologi tidak dapat
pernah cukup dan bahkan upaya yang paradoksal karena tiadanya fokus tematik
yang mendirikan fenomenologi itu sendiri. Fenomenologi juga mempengaruhi
karya di luar lingkar pengaruh filsafatnya seperti pada filsafat ilmu, psikiatri,
estetika, moralitas, teori sejarah, dan antropologi eksistensial.

Fenomenologi merupakan penelitian sistematis tentang subjektifitas yang


berfokus pada pengalaman manusia. Pendekatan fenomenologi berusaha
memahami kondisi manusia sebagaimana diwujudkan dalam situasi yang konkrit
dan nyata.
2. Pembahasan
A. Pengetahuan Ilmiah

Pengetahuan ilmiah berasal dari kata bahasa Inggris science, yang


berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti
mempelajari, mengetahui. Sebelum kita berbicara tentang pengetahuan
ilmiah, terlebih dahulu kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu
atau science. Ilmu (sains) berasal dari Bahasa Latin scientia didalamnya
terkandung adanya pengetahuan yang pasti, lebih praktis, sistematis, metodis,
ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang lebih
bersifat fisis (natural). Berbicara tentang ilmu, kita dapat memandangnya dari
2 aspek yakni aspek isi (content definition) dan proses (process definition).

Dari segi isi, ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang bersifat
terpadu atau kumpulan dari pengetahuan-pengetahuan yang saling berkaitan
dan mengikat dalam satu kesatuan kebenaran yang sahi. Sedangkan dalam segi
proses, ilmu dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
menemukan variabel-variabel alami yang penting dan kemudian
menerangkan dan meramalkan hubungan tersebut (Serdamayanti, 2002).

Dari kedua definisi tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa ilmu


pengetahuan / Pengetahuan Ilmiah adalah kumpulan – kumpulan pengetahuan
yang disusun berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah diusahakan
dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode
tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang
sistematis.

Pengetahuan ilmiah mempunyai 5 (lima) ciri pokok sebagai berikut :

1. Pengtahuan itu harus diperoleh berdasarkan pengamatan dan percobaan.

2. Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan


pengetahuan itu mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.
3. Ilmu berarti pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan adan
kesukaan pribadi.
4. Pengetahua ilmiah berusaha membedakan pokok soalnya ke dalam bagian-
bagian yang terperinci untuk memahami sebagai sifat, hubungan, dan
peranan dari bagian-bagian itu.
5. Dapat diperiksa kebenarannya oleh siapa pun juga.
Menurut Karlina Supeli Laksono dalam Filsafat Ilmu Pengetahuan
(Epsitomologi) pada Pascasarjana Universitas Indonesia tahun 1998/1999,
pengetahuan ilmiah harus memenuhi tiga syarat, yaitu:
1. Sistematik; yaitu merupakan kesatuan teori-teori yang tersusun sebagai
suatu sistem.
2. Objektif; atau dikatakan pula sebagai intersubjektif, yaitu teori tersebut
terbuka untuk diteliti oleh orang lain/ahli lain, sehingga hasil penelitian
bersifat universal.
3. Dapat dipertanggungjawabkan; yaitu mengandung kebenaran yang bersifat
universal, dengan kata lain dapat diterima oleh orang-orang lain/ahli-ahli
lain.
Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang telah diolah secara
kritis menurut prinsip-prinsip keilmuan untuk menjadi ilmu. Pengetahuan
ilmiah (Scientific knowledge) adalah pengetahuan yang disusun bersdasarkan
azas-azas yang cocok dengan pokok soal dan dapat membuktikan kesimpulan-
kesimpulannya. Pengetahuan ilmiah melukiskan suatu obyek khusus tentang
jenis pengetahuan yang khusus mengenai obyek dimaksud.
Guna membantu melakukan pemetaan pemikiran secara utuh terhadap
hakikat ilmu maka pelajari bagan di bawah:
B. Objek Formal Suatu Ilmu

Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu
sendiri, ataupun prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan
mengetahui objek material. Sifat dari objek formal adalah empiris.
Dalam objek formal ada dua bagian, yaitu spesifikasi dan perspektif.
Pengertian dari spesifikasi ini adalah sesuatu yang kita teliti melalui bagian
terkecil dari materi, yaitu seperti bentuk atau ciri-ciri dari objek
tersebut. Sebagai contoh, misalnya objek materialnya adalah manusia, jika
kita meneliti melalui spesifikasi maka kita akan meneliti tentang bagian, atau
ciri-ciri manusia tersebut, seperti bagian mata, tangan, kaki atau bagian
tubuhnya lain. Sedangkan melalui perspektif maka kita akan meneliti atau
mengkajian ilmu dari sudut pandang pengkaji ataupun peneliti.

C. Objek Material Suatu Ilmu

Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan
ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. objek material mempelajari secara
langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu
itu dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya.

Objek material adalah pokok bahasan/materi yang menjadi objek


penyelidikan. Secara umum, objek material filsafat terbagi atas tiga bagian,
yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada
dalam kemungkinan. Sedangkan objek formal filsafat adalah sudut pandang
yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada (Endraswara,
2015).

Obyek material Filsafat ilmu yaitu segala sesuatu yang ada dan mungkin
ada, baik materi konkret, psisik, maupun yang material abstrak, psikis.
Termasuk pula pengertian abstrak-logis, konsepsional, spiritual, nilai- nilai.
Den gan demikian obyek filsafat tak terbatas, yakni segala sesuatu yang ada
dan yang mungkin ada. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak.
Objek material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain. ada yangtampak
adalah dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisika. Sebagian filosof membagi objek material filsafat atas tiga bagian,
yaitu yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran dan yang ada
dalam kemungkinan.

Objek material filsafat ilmu adalah ilmu pengetahuan itu sendiri yakni
pengetahuan yang telah disusun secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara umum.
Objek material adalah sesuatu yang realitasnya ada. Baik itu terlihat langsung
oleh mata ataupun sesuatu yang tidak terlihat langsung. Yang nampak oleh
mata bisa diteliti dengan pendekatan empiris, sedangkan yang tidak nampak
(metafisik) dapat diketahui dari diskusi dan buah pikir manusia itu sendiri.

Dalam konteks manusia sebagai objek material, maka dalam


pandangan/kajian prespektif maka yang dipelajari bukan sisi jasad manusia,
melainkan ideologi yang dianut oleh manusia tersebut, ataupun prilaku nyata
dari manusia.

Manusia merupakan objek material filsafat, dilihat dari kedudukannya


sebagai manusia di muka bumi maupun fungsi dan perannya sebagai anggota
masyarakat. Akan tetapi, jika berbicara tentang bagimana nasib dan takdir
manusia, jodoh, rezeki, batas usia dan masa depannya hal ini bukan lagi
objek material melainkan objek formal. Oleh karena itu, jawaban – jawaban
filosofis terhadap masalah demikian murni mengandalkan logika, tanpa
memperdulikan kebenaran observatif yang ditemukan oleh sains.

Sebagi contoh, tidur dan mimpi. Tidur merupakan masa istirahatnya


tubuh dan urat saraf manusia. Mata yang letih anggota badan yang terlalu
capek atau kekenyangan yang dengan mudah merangsang rasa kantuk dan
akhirnya tetidur lelap. Dalam tidur sering muncul mimpi, padah realitasnya
orang yang sedang mimpi berada di bawah alam sadar. Tidur sama dengan
mati dan mati sama dengan tidur yang panjang. Lalu, mengapa orang berada
di bawah alam sadar dapat bermimpi? Apakah mimpi itu realitas atau
khayalan? Tentu saja, orang yang sedang tidur tidak dapat untuk berkhayal.
Dengan demikian mimpi adalah realitas yang dialami oleh orang dialambawah
sadar. Apabila orang bermimpi dikejar – kejar setan, ada yang dalam
mimpinya benar - benar ketakutan, tidurnya terlihat gelisah dan berteriak
histeris.

D. Fenomenologi

Fenomenologi (dari bahasa Yunani: φαινόμενον, phainómenon, yang


tampak, dan bahasa Yunani: λόγος, lógos, ilmu) adalah sebuah disiplin ilmu
dan studi inkuiri deskriptif yang meletakkan perhatiannya pada studi atas
penampakan (fenomena), akuisisi pengalaman, dan kesadaran. Fenomenologi,
singkatnya, adalah studi mengenai pengalaman dan bagaimana pengalaman
tersebut terbentuk. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman subjektif
dan intensionalitasnya. Studi ini kemudian mengarahkan pada analisis kondisi
kemungkinan intensionalitas, latar belakang praktik sosial, dan analisis
bahasa.

Dalam konsepsi Husserl, fenomenologi berpusat pada refleksi sistematis


dan studi struktur kesadaran dan fenomena yang tampak pada pikiran.
Fenomenologi berbeda dari konsep analisis Cartesian yang memandang
realitas sebagai set atas objek yang bertautan dan bertalian antar satu dengan
lainnya.

Fenomenologi adalah salah satu tradisi besar dalam sejarah filsafat abad
ke-20. Dalam perkembangan lebih lanjut, fenomenologi tidak dilihat seperti
doktrin unitaris ataupun mazhab filsafat, melainkan lebih pantas dilihat
sebagai gaya berpikir atau sebuah metode yang melibatkan pengalaman
terbuka yang terus-menerus diperbaharui. Sehingga upaya mendefinisikan
fenomenologi tidak dapat pernah cukup dan bahkan upaya yang paradoksal
karena tiadanya fokus tematik yang mendirikan fenomenologi itu sendiri.
Fenomenologi juga mempengaruhi karya di luar lingkar pengaruh
filsafatnya seperti pada filsafat ilmu, psikiatri, estetika, moralitas, teori
sejarah, dan antropologi eksistensial.

Fenomenologi merupakan penelitian sistematis tentang subjektifitas


yang berfokus pada pengalaman manusia. Pendekatan fenomenologi berusaha
memahami kondisi manusia sebagaimana diwujudkan dalam situasi yang
konkrit dan nyata. Hal ini senada dengan pendapat Meleong yang pengartikan
fenomenologi sebagai pengalaman subjektifitas atau pandangan berfikir yang
menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia
dan interpretasi-interpretasi dunia.

Tujuan utama penelitian fenomenologi adalah menghasilkan sebuah


gambaran yang jelas, tepat dan sistematis serta menjelaskan makna dari hal
yang diteliti melalui data deskriptif . Model yang ada dalam fenomenologi
sebagian besar terdapat atau sudah terkandung dalam beberapa asumsi
dasarnya, terutama asumsi yang berkenaan dengan perilaku dan perangkat
kesadaran manusia. Model yang ada di sini berkenaan dengan manusia dan
perilakunya, manusia dengan jagadnya, dan sarana yang digunakan untuk
membuat deskripsi mengenai gejala yang diteliti
3. Tanggapan
Pengetahuan ilmiah diusahakan atau dilakukan dengan aktivitas manusia,
aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas
metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Jadi seseorang tidak bisa
mengatakan sesuatu tersebut merupakan pengetahuan ilmiah jika pengetahuan
tersebut tidak diasari dari aktivitas manuasia mencari suatu kebenaran.

Untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah tidak mudah, tidak instan, perlu


melakukan pengamatan-pengamatan dan percobaan-percobaan yang merupakan
bentuk dari aktivitas manusia. Pengetahuan ilmiah adalah jenis pengetahuan yang
telah diolah secara kritis menurut prinsip-prinsip keilmuan untuk menjadi ilmu.
Pengetahuan ilmiah (Scientific knowledge) adalah pengetahuan yang disusun
bersdasarkan azas-azas yang cocok dengan pokok soal dan dapat membuktikan
kesimpulan-kesimpulannya. Pengetahuan ilmiah melukiskan suatu obyek khusus
tentang jenis pengetahuan yang khusus mengenai obyek dimaksud.
Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu
sendiri, ataupun prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan
mengetahui objek material. Sifat dari objek formal adalah empiris.
Obyek material filsafat ilmu itu bersifat universal (umum), yaitu segala
sesuatu yang ada (realita) sedangkan objek formal filsafat ilmu (pengetahuan
ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris. objek material mempelajari secara
langsung pekerjaan akal dan mengevaluasi hasil-hasil dari objek formal ilmu itu
dan mengujinya dengan realisasi praktis yang sebenarnya.
Dalam konteks manusia sebagai objek material, maka dalam
pandangan/kajian prespektif maka yang dipelajari bukan sisi jasad manusia,
melainkan ideologi yang dianut oleh manusia tersebut, ataupun prilaku nyata dari
manusia.
Manusia merupakan objek material filsafat, dilihat dari kedudukannya
sebagai manusia di muka bumi maupun fungsi dan perannya sebagai anggota
masyarakat. Akan tetapi, jika berbicara tentang bagimana nasib dan takdir
manusia, jodoh, rezeki, batas usia dan masa depannya hal ini bukan lagiobjek
material melainkan objek formal. Oleh karena itu, jawaban – jawaban filosofis
terhadap masalah demikian murni mengandalkan logika, tanpa memperdulikan
kebenaran observatif yang ditemukan oleh sains.
Sebagi contoh, tidur dan mimpi. Tidur merupakan masa istirahatnya tubuh
dan urat saraf manusia. Mata yang letih anggota badan yang terlalu capek atau
kekenyangan yang dengan mudah merangsang rasa kantuk dan akhirnya tetidur
lelap. Dalam tidur sering muncul mimpi, padah realitasnya orang yang sedang
mimpi berada di bawah alam sadar. Tidur sama dengan mati dan mati sama
dengan tidur yang panjang. Lalu, mengapa orang berada di bawah alam sadar
dapat bermimpi? Apakah mimpi itu realitas atau khayalan? Tentu saja, orang
yang sedang tidur tidak dapat untuk berkhayal. Dengan demikian mimpi adalah
realitas yang dialami oleh orang dialam bawah sadar. Apabila orang bermimpi
dikejar – kejar setan, ada yang dalam mimpinya benar - benar ketakutan, tidurnya
terlihat gelisah dan berteriak histeris.
Fenomenologi merupakan penelitian sistematis tentang subjektifitas yang
berfokus pada pengalaman manusia. Pendekatan fenomenologi berusaha
memahami kondisi manusia sebagaimana diwujudkan dalam situasi yang konkrit
dan nyata. Hal ini senada dengan pendapat Meleong yang pengartikan
fenomenologi sebagai pengalaman subjektifitas atau pandangan berfikir yang
menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan
interpretasi-interpretasi dunia.
Tujuan utama penelitian fenomenologi adalah menghasilkan sebuah
gambaran yang jelas, tepat dan sistematis serta menjelaskan makna dari hal yang
diteliti melalui data deskriptif . Model yang ada dalam fenomenologi sebagian
besar terdapat atau sudah terkandung dalam beberapa asumsi dasarnya, terutama
asumsi yang berkenaan dengan perilaku dan perangkat kesadaran manusia. Model
yang ada di sini berkenaan dengan manusia dan perilakunya, manusia dengan
jagadnya, dan sarana yang digunakan untuk membuat deskripsi mengenai gejala
yang diteliti
4. Kesimpulan
Pengetahuan Ilmiah adalah kumpulan – kumpulan pengetahuanyang disusun
berdasarkan metode ilmiah. Pengetahuan ilmiah diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya
aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Objek formal adalah cara yang digunakan untuk mengetahui ilmu Itu sendiri,
ataupun prespektif yang digunakan seseorang untuk memahami dan mengetahui
objek material. Sifat dari objek formal adalah empiris.
Objek material adalah pokok bahasan/materi yang menjadi objek
penyelidikan. Secara umum, objek material filsafat terbagi atas tiga bagian, yaitu
yang ada dalam alam empiris, yang ada dalam pikiran, dan yang ada dalam
kemungkinan. Sedangkan objek formal filsafat adalah sudut pandang yang
menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala yang ada (Endraswara, 2015).
Fenomenologi, singkatnya, adalah studi mengenai pengalaman dan
bagaimana pengalaman tersebut terbentuk. Pengalaman yang dimaksud adalah
pengalaman subjektif dan intensionalitasnya. Studi ini kemudian mengarahkan
pada analisis kondisi kemungkinan intensionalitas, latar belakang praktik sosial,
dan analisis bahasa.
5. Sumber Bacaan

Bakhtiar, Amsal. 2009. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. RajaGrafindo


Persada.

Sumarna, Cecep. 2008. Filsafat Ilmu. Bandung: Mulia Press.

Surajiyo, 2010, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia,


Jakarta: BumiAksara.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.


Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Susanto, A. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Tim Dosen Filsafat Ilmu UGM. 2010. Filsafat Ilmu Sebagai
DasarPengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty.

Anda mungkin juga menyukai