Anda di halaman 1dari 15

TUGAS PPKN

KERUSUHAN MEI 1998

NAMA KELOMPOK :
MELLYSA MUDA
ENJELINA BENGA WUAN
HERMALINA SABU
MARIA Y. MALA PASA
PETRUS NAMA SABON

KELAS : XI IBB 2

SMAN 1 ADONARA TIMUR


2022-2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami hanturkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya,sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Kerusuhan Mei 1998”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

WAIWERANG,18 MEI 2023

Penyusunan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................i
DAFTAR ISI........................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................
1.1 Latar belakang.............................................................1
1.2 Rumusan masalah.......................................................4
1.3 Tujuan penulisan.........................................................4
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................
BAB III PEMBAHASAN.........................................................
3.1 Kronologi kejadian........................................................6
3.2 Solusi penyelesaian....................................................10
3.3 Undang- undang....... .................................................11
BAB VI PENUTUP ................................................................
4.1 Kesimpulan...................................................................13
4.2 Saran.............................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-
Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Sejarah perjalanan bangsa Indonesia hingga saat ini, menorehkan luka yang amat dalam.
Banyak fenomena sejarah masa lalu yang suram, hitam dan bahkan diwarnai aksi berdarah.
Sejarah masa lalu yang kelam dan berdarah itu, melukiskan suatu tindakan yang tak
berperikemanusiaan
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pada tahun 1997, Indonesia mengalami kejatuhan
perekonomian. Bersamaan dengan dipilihnya kembali Soeharto pada tahun 1998 menjadi
presiden, bangsa Indonesia dilanda krisis ekonomi. Dipilihnya kembali Soeharto menjadi
presiden dengan harapan agar dapat menyelamatkan bangsa dan negara serta agar dapat
keluar dari krisis ekonomi. Akan tetapi, banyak rakyat Indonesia yang menolak Soeharto
menjadi presiden. Bentuk penolakan rakyat terhadap Soeharto, seakan terwakili oleh
gerakan demonstrasi mahasiswa-mahasiswi di berbagai perguruan tinggi. Mereka
menentang Suharto menjadi Presiden dan menuntut perbaikan ekonomi yang berada
diambang kehancuran.
Pertanyaannya ada apa dengan masa lalu bangsa Indonesia? Kasus Trisakti l menjadi
jawabannya. Tragedi Trisakti menjadi salah satu ikon yang melukiskan sebagian dari sejarah
masa lalu bangsa Indonesia yang kelam. Pada tanggal 12 Mei 1998, aksi demonstrasi yang
dilakukan oleh civitas akademik Trisakti, menuai malapetaka. Aksi perlawanan yang terjadi
antara mahasiswa dengan pihak aparat keamanan menewaskan empat mahasiswa Trisakti
dan puluhan lainnya luka-luka.
Kematian keempat mahasiswa Trisakti jelas merupakan bentuk pelanggaran HAM.
Pantas jika masalah ini diajukan ke meja pengadilan untuk ditindaklanjuti. Akan tetapi,
persoalan yang sekian lama ini belum mencapai titik akhir penyelesaian. Persoalan ini seakan
terbuka bersama dengan waktu dan para penegak hukum belum menunjukkan jalan keluar
yang pasti dan jelas.
1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana kronologi terjadinya kerusuhan Mei 1998?


2. Bagaimana solusi yang di lakukan untuk menyelesaikan masalah tragedi Kerusakan
MEI 1998?
3. Apa saja Undang – undang mengenai HAM yang terkait tragedi ini?

1.3 Tujuan penelitian


1. Memenuhi tugas tentang HAM mata pelajaran PPKN
2. Untuk menambah pengetahuan
3. Sebagai sarana informasi
BAB II
LANDASAN TEORI
Hak Asasi Manusia (HAM) adalah prinsip-prinsip moral atau norma-norma, yang
menggambarkan standar tertentu dari perilaku manusia, dan dilindungi secara teratur
sebagai hak-hak hukum dalam hukum kota dan internasional.

Mereka umumnya dipahami sebagai hal yang mutlak sebagai hak-hak dasar “yang
seseorang secara inheren berhak karena dia adalah manusia” , dan yang “melekat pada
semua manusia” terlepas dari bangsa, lokasi, bahasa, agama, asal-usul etnis atau
status lainnya.

Ini berlaku di mana-mana dan pada setiap kali dalam arti yang universal, dan ini
egaliter dalam arti yang sama bagi setiap orang.

HAM membutuhkan empati dan aturan hukum dan memaksakan kewajiban pada
orang untuk menghormati hak asasi manusia dari orang lain.

Mereka tidak harus diambil kecuali sebagai hasil dari proses hukum berdasarkan
keadaan tertentu; misalnya, hak asasi manusia mungkin termasuk kebebasan dari
penjara melanggar hukum , penyiksaan, dan eksekusi.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kronologi terjadinya


Kejatuhan perekonomian Indonesia sejak tahun 1997 membuat pemilihan
pemerintahan Indonesia saat itu sangat menentukan bagi pertumbuhan ekonomi bangsa ini
supaya dapat keluar dari krisis ekonomi. Pada bulan Maret 1998 MPR saat itu walaupun
ditentang oleh mahasiswa dan sebagian masyarakat tetap menetapkan Soeharto sebagai
Presiden. Tentu saja ini membuat mahasiswa terpanggil untuk menyelamatkan bangsa ini
dari krisis dalam menolak terpilihnya kembali Soeharto sebagai Presiden. Hanya jalan
demonstrasi agar suara mereka didengar.
Demonstrasi digulirkan sejak sebelum Sidang Umum (SU)MPR 1998 diadakan oleh
mahasiswa Yogyakarta dan menjelang serta saat diselenggarakan SU MPR 1998 demonstrasi
makin menjadi-jadi di banyak kota di Indonesia termasuk Jakarta, sampai akhirnya berlanjut
terus hingga bulan Mei 1998.
Setelah keadaan semakin panas dan hampir setiap hari ada demonstrasi tampaknya
sikap Brimob dan militer semakin keras terhadap mahasiswa apalagi sejak mereka berani
turun ke jalan. Pada tanggal 12 Mei 1998 ribuan mahasiswa Trisakti melakukan demonstrasi
menolak pemilihan kembali Soeharto sebagai Presiden Indonesia saat itu yang telah terpilih
berulang kalo sejak awal orde baru. Mereka juga menuntut pemulihan keadaan ekonomi
Indonesia yang dilanda krisis sejak tahun 1997.Mahasiswa bergerak dari kampus Trisakti di
Grogolmenuju ke Gedung DPR/MPR di Selipi. Dihadang oleh aparat kepolisian yang
mengharuskan mereka kembali ke kampus dan sore harinya terjadilah penembakan
terhadap mahasiswa Trisakti. Penembakan itu berlangsung sepanjang sore hari dan
mengakibatkan 4 mahasiswa meninggal dunia dan puluhan orang lainnya baik mahasiswa
dan masyarakat masuk Rumah Sakit karena terluka. Sepanjang malam tanggal 12 Mei 1998
hingga pagi hari, masyarakat mengamuk dan melakukan perusakan di daerah Grogolkah
terus menyebar hingga ke seluruh kota Jakarta. Mereka kecewa dengan tindakan aparat yang
menembak mati mahasiswa. Rentang Waktu
10.30 ± 10.45
Aksi damai civitas akademik Universitas Trisakti yang bertempat di pelataran parkir depan
gedung M(Gedung Syarif Thayeb) dimulai dengan pengumpulan segenap civitas Trisakti yang
terdiri dari mahasiswa, dosen, pejabat fakultas serta karyawan. Berjumlah sekitar 6000orang
di depan mimbar.
10.45 ± 11.
00Aksi mimbar bebas dimulai dengan acara penurunan bendera setengah tiang yang diiringi
lagu Indonesia Raya yang dikumandangkan bersama oleh peserta mimbar bebas, kemudian
dilanjutkan dengan mengheningkan cipta sejenak sebagai tanda keprihatinan terhadap
kondisi bangsa dan rakyat Indonesia.
11.00 ± 12.25
Aksi orasi serta mimbar bebas dilaksanakan dengan para pembicara baik dari dosen,
karyawan maupun mahasiswa. Aksi tersebut terus berjalan dengan baik dan lancar.
12.25 ± 12.30
Tragedi Trisakti, Persoalan HAM yang Tak Terselesaikan. Massa mulai memanas yang dipicu
oleh kehadiran beberapa anggota aparat keamanan tepat diatasi lokasi mimbar bebas dan
menuntut untuk turun (Long Merck) ke jalan dengan tujuan menyampaikan aspirasinya ke
anggota MPR/DPR. Kemudian massa menuju ke pintu gerbang arah. Jend. S. Parman.
12.30 ± 12.40
Satgas mulai siaga penuh (berkonsentrasi dan melapis barisan depan pintu gerbang) dan
mengatur massa untuk tertib dan berbaris serta memberikan himbauan untuk tetap tertib
pada saat turun ke jalan.
12.40 ± 12.50
Pintu gerbang dibuka dan massa mulai berjalan keluar secara perlahan menuju Gedung
MPR/DPR melewati kampus Untara.
12.50 ± 13.00
Long March mahasiswa terhidang tepat di depan pintu masuk kantor Walikota Jakarta Barat
oleh barikade aparat dari kepolisian dengan tameng dan pentungan yang terdiri dari dua
lapis barisan
13.00 ± 13.20
Barisan satgas terdepan menahan massa, sementara beberapa wakil mahasiswa (Senat
Mahasiswa Universitas Trisakti) melakukan negosiasi dengan pimpinan komandoaparat
(Dandim Jakarta Barat, Lekton (Inf A. Amril dan Wakapolres Jakarta Barat). Sementara
negosiasi berlangsung, massa yang terus tertahan tak dapat dihadang oleh barisan satgas
samping bergerak maju dari jalur sebelah kanan. Selain itu, masyarakat mulai bergabung
disampingi Long March.
13.20 ± 13.30
Tragedi Trisakti, Persoalan HAM yang Tak Terselesai Tim negosiasi kembali dan menjelaskan
hasil negosiasi di mana Long March tidak diperbolehkan dengan alasan oleh kemungkinan
terjadinya kemacetan lalu lintasan dapat menimbulkan kerusakan. Mahasiswa kecewa
karena mereka merasa aksinya tersebut merupakan aksi damai. Massa terus mendesak
untuk maju. Dilain pihak pada saat yang hampir bersamaan datang tambahan aparat
Pengendalian Massa (Dal-Mas) sejumlah 4 truk.
13.30 ± 14.00
Massa duduk. Lalu dilakukan aksi mimbar bebas spontan di jalan. Aksi damai mahasiswa
berlangsung didepang bekas kantor Wali Kota Jakbar. Situasi tenang tanpa ketegangan
antara aparat dan mahasiswa. Sementara rekan mahasiswi membagikan bunga mawar
kepada barisan aparat. Sementara itu pula datang tambahan aparat dari Kodam Jaya dan
satuan kepolisian lainnya.
14.00-16.45
Negosiasi terus dilanjutkan dengan komandan(Dandim dan Kapolres) dengan pula dicari
terobosan untuk menghubungi MPR/DPR. Sementara mimbar terus berjalan dengan
diselingi pula teriakan yel-yel maupun nyanyian-nyanyian. Walaupun hujan turun massa
tetap tak bergeming. Yang terjadi akhirnya hanya saling diam dan saling tunggu. Sedikit
demi sedikit massa mulai berkurang dan menuju ke kampus. Polisi memasang polisi line.
Mahasiswa berjarak sekitar 15 meter dari garis tersebut.
16.45-16.55
Wakil mahasiswa mengumumkan hasil negoisasi dimana hasil kesepakatan adalah baik
aparat dan mahasiswa sama-sama mundur. Awalnya massa menolak tapi setelah dibujuk
oleh Bapak Dekan FE dan Dekan FH Usakti, AdiAndojo SH, serta ketua SMUT massa mau
bergerak mundur.
16.55-17.00
Diadakan pembicaraan dengan aparat yang mengusulkan mahasiswa agar kembali ke dalam
kampus. Mahasiswa bergerak masuk kampus dengan tenang. Mahasiswa menuntut agar
pasukan yang berdiri berjajar mundur terlebih dahulu. Kapolres dan Dandim Jakbar
memenuhi keinginan mahasiswa. Kapolres menyatakan rasa terima kasih karena mahasiswa
sudah tertib. Mahasiswa kemudian membubarkan diri secara perlahan-lahan dan tertib ke
kampus. Saat itu hujan turun denganderas.Mahasiswa bergerak mundur secara perlahan
demikian pula aparat. Namun tiba-tiba seorang oknum yang bernama Mashud yang
mengaku sebagai alumni(sebenarnya tidak tamat) berteriak dengan mengeluarkan kata-kata
kasar dan kotor ke arah massa. Hal ini memancing massa untuk bergerak karena oknum
tersebut dikira salah seorang anggota aparat yang menyamar.
17.00-17.05
Oknum tersebut dikejar mahasiswa dan lari menuju barisan aparat sehingga massa mengejar
ke barisan aparat tersebut. Hal ini menimbulkan ketegangan antara aparat dan massa
mahasiswa. Pada saat petugas satgas, ketua SMUT serta Kepala kamtibku Trisakti menahan
massa dan meminta massa untuk mundur dan massa dapat dikendalikan untuk tenang.
Kemudian Kepala Kamtibpus mengadakan negoisasi kembali dengan Dandim serta Kapolres
agar masing-masing baik massa mahasiswa maupun aparat untuk sama-sama mundur.
17.05-18.30
Ketika massa bergerak untuk mundur kembali kedalam kampus, di antara barisan aparat ada
yang meledek dan menertawakan serta mengucapkan kata-kata kotor pada mahasiswa
sehingga sebagian massa mahasiswa kembali berbalik arah. Tiga orang mahasiswa sempat
terpancing dan bermaksud menyerang aparat keamanan tetapi dapat diredam oleh satgas
mahasiswa Usakti. Pada saat yang bersamaan barisan dari aparat langsung menyerang
massa mahasiswa dengan tembakankah pelemparan gas air mata sehingga massa
mahasiswa panik dan berlarian menuju kampus. Pada saat kepanikan tersebut terjadi, aparat
melakukan penembakan yang membabi buta, pelemparan gas air mata di hampir setiap sisi
jalan, pemukulan dengan pentungan dan popor, penendangan dan penginjakkah, serta
pelecehan seksual terhadap para mahasiswi. Termasuk Ketua SMUT yang berada di antara
aparat dan massa mahasiswa tertembak oleh dua peluru karet dipinggang sebelah kanan.
Kemudian datang pasukan bermotor dengan memakai perlengkapan rompi yang bertuliskan
URC mengejar mahasiswa sampai ke pintu gerbang kampus dan sebagian naik ke jembatan
layang Grogol. Sementara aparat yang lainnya sambil lari mengejar massa mahasiswi, juga
menangkap dan menganiaya beberapa mahasiswa dan mahasiswi lalu membiarkan begitu
saja mahasiswa dan mahasiswi tergelek akan tembakkan yang terarah ke depan gerbang
Trisakti. Sementara aparat yang berada di atas jembatan layang mengarahkan
tembakannyakah arah mahasiswa yang berlarian di dalam kampus. Lalu sebagian aparat
yang ada di bawah menyerbu dan merapat ke pintu gerbang dan membuat formasi siap
menembak dua baris (jongkok dan berdiri) lalu menembak ke arah mahasiswa yang ada di
dalam kampus. Dengan tembakan yang terarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban
baik luka maupun meninggal dunia. Yang meninggal dunia seketika di dalam kampus tiga
orang dan satu orang lainnya di rumah sakit beberapa orang dalam kondisi kritis. Sementara
korban luka-luka dan jatuh akibat tembakan ada lima belas orang. Yang luka tersebut
memerlukan perawatan intensif di rumah sakit. Aparat terus menembaki dari luar. Puluhan
gas air mata juga dilemparkan ke dalam kampus.
18.30-19.00
Tembakan dari aparat mulai mereda, rekan-rekan mahasiswa mulai membantu
mengevakuasi korban yang ditempatkan di beberapa tempat yang berbeda-beda menuju RS.
19.00-19.30
Rekan mahasiswa kembali panik karena terlihat ada beberapa aparat berpakaian gelap di
sekitar hutan (parkir utama) dan sniper (penembak jitu) di atas gedung yang masih
dibangun. Mahasiswa berlarian kembali ke dalam ruang kuliah maupun ruang romawi
ataupun tempat-tempat yang dirasa aman seperti Mushola dan dengan segera
memadamkan lampu untuk sembunyi.
19.30-20.00
Setelah melihat keadaan sedikit aman, mahasiswa mulai berani untuk keluar dari ruangan.
Lalu terjadi dialog dengan Dekan FE untuk diminta kepastian pemulangan mereka ke rumah
mesing- mesing. Terjadi negoisasi antara Dekan FE dengan Kol.Pol.Arthur Damanik, yang
hasilnya bahwa mahasiswa dapat pulang dengan syarat pulang dengan cara keluar secara
sedikit demi sedikit (per 5orang). Mahasiswa dijamin akan pulang dengan aman.
20.00-23.25
Walau masih dalam keadaan ketakutan dan trauma melihat rekannya yang jatuh korban,
mahasiswa berangsur-angsur pulang. Yang luka-luka berat segera dilarikan ke RS Sumber
Waras. Jumpa pers oleh pimpinan universitas. Anggota Komnas HAM datang ke lokasi.

2.2 Solusi penyelesaian


Kerusuhan Mei 1998 termasuk salah satu kasus yang tergolong dalam pelanggaran HAM
berat. Maka dari itu, salah satu solusi Kerusuhan Mei 1998 adalah membentuk Komisi
Penyelidik Pelanggaran (KPP) HAM Kerusuhan Mei 1998. Melalui komisi tersebut, Komnas
HAM berpendapat bahwa seharusnya masalah Kerusuhan Mei 1998 sebaiknya diselesaikan
secara politik.
Kemudian, setelah semua kasus pelanggaran HAM berat, seperti Kerusuhan Mei 1998
selesai lewat rekonsiliasi, sebaiknya dilanjutkan dengan penyelesaian secara yuridis terhadap
kasus pelanggaran HAM berat setelah berlakunya UU No. 26 Tahun 2000. Selain itu, enam
bulan setelah Kerusuhan Mei 1998 terjadi, para relawan TRKP (Tim Relawan Divisi Kekerasan
terhadap Perempuan) memfasilitasi sebelas diskusi kelompok komunitas, mulai dari diskusi
kecil dengan sembilan anggota hingga diskusi yang dihadiri seratus orang dari berbagai latar
belakang sosial, etnis, dan agama.
Lebih lanjut, berikut ini beberapa solusi Kerusuhan Mei 1998 lainnya:

 Meningkatkan sense of human rights dalam diri aparat penegak hukum, khususnya
Kejaksaan Agung dan kehakiman dan upaya penghapusan praktik-praktik impunitas.
 Mencabut hak DPR dalam pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc dalam kasus
pelanggaran HAM berat.
 Mempertegas kedudukan Komnas HAM dalam upaya penegakan HAM di Indonesia.
 Pembuatan UU Penghapusan Diskriminasi Rasial.
 Meratifikasi secara penuh konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial
oleh pemerintah Indonesia.
2.3 Undang – undang yang terkait dengan HAM
Tragedi Trisakti merupakan suatu catatan sejarah berdarah bagiIndonesia. Pembunuhan
terhadap 4 mahasiswa Trisakti di saat demonstrasi telah berakhir adalah satu bentuk
pelanggaran HAM. Hak Asasi Manusia sebagaimana telah disebutkan, merupakan hak yang
melekat pada diri manusia sejak lahir. Adapun Undang-undang Mengenai Hak Asasi Manusia
yang terkait dengan tragedi Trisakti adalah sebagai berikut :UU No. 39 Tahun 1999 :

 Pasal 1 Ayat (6)Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseorang/
kelompok orang termasuk aparat Negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau
kelalaian yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,mambatasi, dan
atau mencabut HAM seseorang atau kelompok yang dijamin oleh Undang-undang ini,
dan tidak mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum
yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku.
 Pasal 4Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan
hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah Hak Asasi Manusia yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apa undan oleh siapa pun.
 Pasal 23 Ayat (2)Setiap orang bebas untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan
melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum, dan keutuhan bangsa.
Dari UU No. 39 Tahun 1999 tersebut kita dapat melihat bagaimana Hak Asasi Manusia
para mahasiswa Trisakti dirampas.Semestinya mereka bebas menyampaikan pendapat
kepada publik secara lisan maupun tulisan, yang pada saat itu mereka lakukan tidak
melanggar ketertiban dan justru melakukan negoisasi secara baik-baik. Selain itu, dikaitkan
dengan UU No. 39 Tahun 1999Pasal 1 Ayat (6) yang telah disebutkan diatasi, jelas sekali ini
merupakan pelanggaran mengingat peristiwa penembakan pada 12Mei 1998 lalu
merupakan perbuatan para aparat militer, hal ini dibuktikan dengan keberadaan para
penembak jitu ( S Nipar ) yang berada di area sekitar kampus yang dilihat oleh beberapa
mahasiswa. Maka jelas, seharusnya masalah ini segera di bawa kemeja hijau untuk
diselesaikan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
4.1. Aksi yang dilakukan oleh para civitas akademik Universitas Trisakti ternyata dilakukan
secara damai dan tertib, namun provokasi dari pihak luar akhirnya memicu kemarahan
mahasiswa yang kemudian kembali surut namun ternyata aparat tidak kembali mundur
ketika para mahasiswa sudah kembali masuk ke area kampus sehingga terjadi keributan
hebat dan terjadilah peristiwa penembakan terhadap mahasiswa Universitas Trisakti
tersebut
.4..2. Undang-undang yang berkaitan dengan peristiwa tersebut adalah UU No. 39 Tahun
1999 pasal 1 ayat (6), pasal 4, dan pasal23 yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak
menyampaikan dan menyebarluaskan pendapatnya secara lisan maupun tulisan, juga
mengenai hak hidup setiap orang dan tentang aparat baik disengaja ataupun tidak yang
mencabut Hak Asasi Manusia dan tidak memperoleh penyelesaian sesuai hukum merupakan
suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia.

4.2 SARAN
4.2.1. Pemerintah perlu melakukan penyelidikan lanjutan terhadap sebab-sebab pokok dan
pelaku utama peristiwa kerusuhan Mei1998 dan menyelesaikannya
.4.2.2. Pemerintah perlu menegaskan dan mensosialisasikan kembali hukum atau aturan-
aturan yang terkait dengan Hak Asasi Manusia.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/58671215/trisakti-makalah
https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/03/140000179/solusi-kerusuhan-mei-1998?
amp=1&page=2

Anda mungkin juga menyukai