Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SEJARAH

TUGAS SEJARAH KELAS X

Oleh,
Angel
Felix Keane Zhang
Jacellyn
Justine Febri
William

KELAS X-R2
SMA MAITREYAWIRA BATAM
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
karena telah memberikan kami kesempatan untuk menyelesaikan tugas video sejarah
mengenai “Peristiwa Kerusuhan Mei 1998” dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Pak
Wasis Sulistiawan, S.I.Kom, selaku guru yang telah membimbing kami dalam penyusunan
tugas sejarah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan laporan ini.

Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata kesempurnaan, baik dari penyusunan
maupun cara dan bahasa penyampaian. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik agar kedepannya dapat lebih baik lagi. Kami juga berharap video yang kami susun
dapat bermanfaat untuk menambah dan memberi pemahaman serta pengetahuan bagi para
penonton.

Batam, 04 September 2023


Kelompok 6
Catalog
HUBUNGAN MANUSIA DENGAN SEJARAH......................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
BAB 1 - Pendahuluan............................................................................................................................... 4
BAB 2 - Pembahasan............................................................................................................................................5
B. Isi Video..............................................................................................................................................................5
1. Kerusuhan Rasial Terhadap Warga Tionghoa.............................................................................................5
C. Korban Kerusuhan............................................................................................................................... 7
1. Mahasiswa Trisakti............................................................................................................................... 7
2. Warga Tionghoa...................................................................................................................................... 8
BAB 1 - Pendahuluan
BAB 2 - Pembahasan

A. Kaitan Dengan Sejarah

Pada tahun 1998, pernah terjadi suatu insiden yang mengerikan dan ditakutkan oleh etnis
Tionghoa, bahkan kejadian tersebut memakan ribuan korban jiwa suku Tionghoa. Peristiwa
tersebut terjadi pada masa pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Soeharto atau yang
sering dikenal dengan masa pemerintahan Orde baru. Kejadian tersebut masih di ingat sampai
sekarang dan disebut sebagai kerusuhan Mei 1998.
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi
di Indonesia pada 13 Mei–15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta namun juga terjadi di
beberapa daerah lain. Peristiwa tersebut merupakan masa trauma bagi warga Tionghoa.
Selain Insiden yang menimpa warga Indonesia keturunan Tionghoa , Indonesia juga
memiliki Sejarah kelam yang menimpa mahasiswa Trisakti yang terjadi karena para
mahasiswa melakukan aksi damai didepan kantor walikota Jakarta barat.
Penyebab pertama yang memicu terjadinya Kerusuhan Mei 1998 adalah krisis finansial Asia
yang terjadi sejak tahun 1997.  Saat itu, banyak perusahaan yang bangkrut, jutaan orang
dipecat, 16 bank dilikuidasi, dan berbagai proyek besar juga dihentikan.  Krisis ekonomi yang
tengah terjadi kemudian memicu rangkaian aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah di Indonesia. 
Dalam unjuk rasa tersebut, ada empat korban jiwa yang tewas tertembak. Mereka adalah
mahasiswa Universitas Trisakti. Tewasnya keempat mahasiswa tersebut pun menambah
kemarahan masyarakat yang saat itu sudah terbebani dengan krisis ekonomi.
Karena kerusuhan tersebut begitu besar sehingga membuat masyarakat begitu sulit untuk
melupakan memori tentang sejarah tersebut dan memilih menulis ulang/menceritakan
kembali peristiwa tersebut sehingga sampai sekarang masih terus diingat oleh masyarakat.

Kisah tersebut begitu luas dikenal dan disebarkan sehingga menciptakan sejarah baru bagi
Indonesia yang disebut sebagai Kerusuhan Mei 1998.
B. Isi Video

1. Kerusuhan Rasial Terhadap Warga Tionghoa

Pada tahun tersebut banyak warga etnis Tionghoa yang merasakan dampak buruk nya, seperti
banyak toko atau Perusahaan milih warga Tionghoa yang dihancurkan oleh amukan massa,
Kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Medan, dan Surakarta.
Dalam kerusuhan tersebut banyak yang diburu sehingga dalam kerusuhan tersebut banyak
warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggal.  Tak hanya itu, seorang aktivis
relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata
Haryono, yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan
dibunuh karena aktivitasnya.
Amukan massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi
muka toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi" karena penyerang
hanya fokus ke orang-orang Tionghoa. Beberapa dari mereka tidak ketahuan, tetapi ada juga
yang ketahuan bukan milik pribumi. 
Kerusuhan ini menimbulkan dampak serius terhadap korban dan warga masyarakat secara
luas dengan memakan korban lebih dari seribu jiwa. Ditambah dengan kekerasan seksual
yang sebagian besar ditujukan terhadap perempuan Tionghoa selama kerusuhan Mei 1998
tidak hanya melanggar hak-hak mereka untuk kebebasan dan integritas fisik, tetapi juga
merusak martabat mereka secara emosional dan psikologis.
Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun
terhadap nama-nama yang dianggap kunci dari peristiwa kerusuhan Mei 1998. Pemerintah
mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat
ditemukan atas kasus-kasus pemerkosaan tersebut, tetapi pernyataan ini dibantah oleh banyak
pihak.
Masyarakat Indonesia secara keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah
lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa,
berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa,
walaupun masih menjadi kontroversi apakah kejadian ini merupakan sebuah peristiwa yang
disusun secara sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu
hingga menyebar ke masyarakat.
2. Aksi Damai Mahasiswa Trisakti yang Berakhir Tragedi

Pada tanggal 12 Mei 1998, sekitar pukul 11.00-13.00, ribuan mahasiswa Universitas Trisakti
melakukan aksi damai di dalam kampus.  Setelah itu, mahasiswa mulai turun ke Jalan S
Parman dan hendak berangkat ke gedung MPR atau DPR. 
Pukul 13.15, para mahasiswa sampai di depan kantor Walikota Jakarta Barat.  Melihat
segerombolan mahasiswa di depan kantor tersebut membuat aparat polisi menghadang laju
mereka.  Setelah itu, terjadi perundingan antara pihak polisi dengan para mahasiswa.
Kesepakatan yang dicapai ialah para mahasiswa tidak melanjutkan aksi unjuk rasa mereka ke
MPR atau DPR. 15 menit setelahnya, pukul 13.30, para mahasiswa melakukan aksi damai di
depan kantor Walikota Jakarta Barat.  Kondisi dan situasi saat itu dapat dibilang masih sangat
tentang. Tidak ada ketegangan sama sekali antara pihak aparat dan mahasiswa.  Pukul 16.30,
polisi mulai memasang garis polisi dan meminta para mahasiswa untuk memberi jarak 15
meter dari garis tersebut. 
Tidak berselang lama, pihak polisi pun meminta agar mahasiswa kembali ke dalam kampus. 
Tanpa ada ketegangan apapun, mahasiswa membubarkan diri dengan tenang dan tertib. 
Namun, tiba-tiba terjadi tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa.  Mendengar suara
tembakan tersebut, para mahasiswa lantas berlarian dan berusaha menyelamatkan diri.  Para
mahasiswa berusaha berlindung dengan masuk ke dalam gedung-gedung kampus, sementara
aparat masih terus menembakkan senapannya. 
Sekitar pukul 17.15, situasi di kampus sangatlah mencekam.  Beberapa korban jiwa juga
berjatuhan, salah satunya adalah empat mahasiswa Trisakti yang tewas karena tertembak. 
Keempat mahasiswa Trisakti tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin Royan, Heri
Hartanto, dan Hendiawan Sie. 
Besoknya dilaksanakn jumpa pers dan didatangi oleh Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie
Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Banyak mahasiswa dari berbagai kota yang datang ke
Universitas Trisakti untuk berbela sungkawa, tetapi setelahnya terjadi aksi kerusakan tidak
hanya di Jakarta tetapi wilayah lain juga.
Presiden Soeharto yang mengetahu peristiwa Kerusuhan Mei 1998 bergegas kembali ke
Tanah Air dari Kairo.  Waktu itu, muncul isu bahwa Presiden Soeharto bersedia untuk
mundur dari jabatannya. Tetapi dibantah oleh nya, meskipun begitu kepercayaan Masyarakat
mulai pudar. Akhirnya pada 21 mei 1998, Presiden Soeharto mundur dari jabatan dan diambil
alih oleh Presiden BJ Habibie.
Dampaknya ialah angka resmi menunjukkan sebanyak 499 orang tewas dalam peristiwa
Kerusuhan Mei 1998.  Selain itu, lebih dari 4.000 gedung juga hancuatau terbakar.  Kerugian
fisik yang ditanggung oleh pemerintah Indonesia sendiri adalah sebesar Rp 2,5 triliun.
C. Korban Kerusuhan

1. Mahasiswa Trisakti

Jadi meskipun terjadi tembakan senjata api terhadap mahasiswa yang sedang melakukan aksi
damai tersebut, tetapi korban jiwa yang disebabkan hanya sedikit yaitu ada 4 korban jiwa
mahasiswa Trisakti. Nama-nama tersebut merupakan korban jiwa yang tidak beruntung
akibat tembakan tersebut :
-Elang Mulia Lesmana
-Hafidin Royan
-Heri Hartanto
-Hendiawan Sie.
Meskipun korban jiwa hanya sedikit tetapi bagi yang tiak selamat merupakan amarah bagi
keluarga mereka karena anak mereka yang tidak bisa mereka lihat lagi akibat aksi tenmbakan
tersebut. Untungnya mahasiswa lain yang sedang panik dapat selamat karen berlindung di
Universitas Trisakti.
Karena kejadian tersebut, peristiwa tersebut mendapatkan ancaman dari masyarakat dan
menjadikan sebuah sejarah yang kelam pada saat itu.

2. Warga Tionghoa

Pada masa kepemimpinannya Presiden Soeharto, banyak warga Tionghoa yang ketakutan dan
merasa terancam hidupnya karena dibunuh secara massal.
Pembunuhan tersebut dipicu oleh Presiden Soeharto karena Etnis mendominasi
perekonomian dan juga status warga senitnal anti-Tionghoa.
Pada masa itu banyak korban jiwa, ada ribuan korban jiwa yang dibakar dan dibunuh, selain
itu banyak juga korban seksual yang diperkosa dan tidak hanya diperkosa tetapi juga di
aniaya.
Pada masa itu warga Tionghoa banyak yang melarika diri Indonesia akibat ketakutan, banyak
perumahan dan kendaaraan yang dibakar, perabotan yang diambil, dan gedung-gedung yang
dikuasain oleh warga pribumi.
Meskipun begitu itu merupakan sejarah kelam bagi etnis tionghoa karena masalah
ketidakadilan terhadap warga Tionghoa dan rasia oleh pribumi.

Anda mungkin juga menyukai