Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS PERISTIWA KERUSUHAN 1998 YANG

BERSANGKUTAN DENGAN ISU RASISME DAN PERBEDAAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Ibu Wurita Devi Arif, S.Pd

Disusun Oleh:
1. Ariana Nadya Putri (04)
2. Faizah Ayla Assyifa (15)
3. Ivana Rosalia Hidayati (11)
4. Neyla Anindya Hermawan (25)
5. Ufairah Anandita Zalfa Ragil (33)

SMPTI AL-HIDAYAH
MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2023/2024
Kata Pengantar

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa mengumpulkan makalah tentang "Analisis Peristiwa
Kerusuhan 1998 yang Dilatarbelakangi Perbedaan " dengan status rampung.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu,
kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Mojokerto, 02 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
BAB I .............................................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................................................. 6
2.1 Makna Perbedaan ............................................................................................................................... 6
2.2 Penyebab Kerusuhan 1998 ................................................................................................................. 6
2.3 Dampak Terjadinya Kerusuhan 1998 .................................................................................................. 7
2.4 Penyelesaian Terkait Kerusuhan 1998 ................................................................................................ 7
2.5 Dampak Positif dan Negatif ................................................................................................................ 8
2.6 Media, Surat Kabar, serta Dokumentasi Kerusuhan 1998 ................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perbedaan bukanlah hal yang tabu di kalangan masyarakat kita, kehadiran


perbedaan telah menjadi momok besar, serta menghadirkan banyak masalah yang sampai
kini belum rampung adanya.
Perbedaan ras, agama, budaya dan yang akhir-akhir paling marak terjadi, adalah
suku. Konflik antarsuku kerap menghantui dalam 1 abad terakhir, menyebabkan
kerenggangan hubungan antarkelompok sehingga tak jarang kita dalam fase bersitegang.
Terjadinya masalah ini bukan karena adanya “keberagaman” itu, namun karena peneriman
tiap individu yang berbeda-beda, banyak orang yang menerima perbedaan, namun lebih
banyak orang yang menganggapnya sebagai penghalang.
Sebagai salah satu contoh, peristiwa “Kerusuhan 1998” yang saat itu terjadi di kota
Jakarta dan beberapa kota lain di Indonesia, faktor utama serta pondasi terbesar terjadinya
kerusuhan ini adalah perbedaan pendapat antar dua kubu yang merambat menuju isu
monopoli ekonomi serta tersebarnya kabar burung mengenai adanya manipulasi pasar oleh
‘suatu’ etnis.
Karena adanya isu ini menyebabkan kemurkaan masyarakat terarah kepada Etnis
Tionghoa yang menjadi korban utama dalam berita simpang-siur itu.
Hal ini juga tidak terlepas dari kontribusi rezim Suharto yang turut
disangkutpautkan pada tragedi ini, mengakibatkan lengsernya jabatan kepresidenannya
yang ke-32 tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud perbedaan?
2. Rincian penyebab Kerusuhan 1998?
3. Dampak terjadinya kerusuhan ini?
4. Penyelesaian terkait permasalahan ini?
5. Dampak positif dan negatif?
6. Media dan artikel yang memuat isu ini?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui makna perbedaan
2. Mengetahui salah satu contoh kerusuhan akibat perbedaan
3. Mengetahui pandangan dari dua sisi
4. Mengetahui tanggapan masyarakat terkait permasalahan ini
5. Mengetahui dampak dari permasalahan ini
6. Mengetahui rincian dari permasalahan ini
7. Membuat pembaca tidak bersikap main hakim sendiri
1.4 Manfaat
Manfaat yang dapat diambil yaitu membantu pembaca mengetahui mengenai kerusuhan
1998 yang dilatarbelakangi perbedaan serta ketegangan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN MASALAH
Dalam mewujudkan Negara Kesatuan Republik Indonesia kita harus melalui
tahapan serta rintangan yang dinamakan perbedaan. Perbedaan tidak seharusnya dicari titik
pencerahnya, namun seharusnya dianggap sebagai pelengkap dalam pohon besar bernama
Bhinneka Tunggal Ika.
2.1 Makna Perbedaan
Perbedaan itu mencakup semua hal yang berbeda sekaligus serupa, atau dengan
lain kata Perbedaan itu mencakup perpaduan antara hal-hal yang serupa dan hal-hal yang
berbeda, bukan hanya salah satunya.

Beberapa keberagaman yang terjadi di NKRI:


1. Keberagaman Suku Bangsa
2. Keberagaman Adat Istiadat
3. Keberagaman Agama dan Kepercayaan
4. Keberagaman Sosial Budaya
5. Keberagaman Ras.

2.2 Penyebab Kerusuhan 1998


Kerusuhan Mei 1998 adalah peristiwa kerusuhan massa, demonstrasi anti-pemerintah,
dan pembangkangan sipil di Indonesia pada bulan Mei 1998. Peristiwa ini terutama terjadi di
kota Medan, Jakarta, dan Surakarta, dengan insiden-insiden kecil di wilayah lain di Indonesia.

Kerusuhan tersebut dipicu oleh korupsi, masalah ekonomi, termasuk kekurangan pangan
dan pengangguran massal. Kerusuhan ini akhirnya berujung pada pengunduran
diri Presiden Soeharto dan jatuhnya pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa selama 32 tahun.
Target utama dari kerusuhan tersebut adalah etnis Tionghoa Indonesia, namun sebagian besar
korban jiwa disebabkan oleh kebakaran besar dan terjadi di antara para penjarah.

Diperkirakan lebih dari seribu orang tewas dalam kerusuhan tersebut. Sedikitnya 168 kasus
pemerkosaan dilaporkan, dan kerusakan material bernilai lebih dari Rp3,1 triliun (US$260 juta).
Pada tahun 2010, proses hukum atas kerusuhan tersebut terhenti dan belum selesai.
2.3 Dampak Terjadinya Kerusuhan 1998
Pada kerusuhan ini banyak toko dan perusahaan dihancurkan oleh amukan massa—
terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi
di Jakarta, Medan dan Surakarta. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia
keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia. Tak hanya itu, seorang aktivis relawan
kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita Martadinata Haryono, yang
masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena
aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi bahwa kasus pemerkosaan dalam Kerusuhan ini
digerakkan secara sistematis, tak hanya sporadic.

Amukan massa ini membuat para pemilik toko di kedua kota tersebut ketakutan dan menulisi muka
toko mereka dengan tulisan "Milik pribumi" atau "Pro-reformasi" karena penyerang hanya fokus
ke orang-orang Tionghoa. Beberapa dari mereka tidak ketahuan, tetapi ada juga yang ketahuan
bukan milik pribumi. Sebagian masyarakat mengasosiasikan peristiwa ini dengan
peristiwa Kristallnacht di Jerman pada tanggal 9 November 1938 yang menjadi titik awal
penganiayaan terhadap orang-orang Yahudi dan berpuncak pada pembunuhan massal
yang sistematis atas mereka di hampir seluruh benua Eropa oleh pemerintahan Jerman Nazi.[12]

Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun


terhadap nama-nama yang dianggap kunci dari peristiwa kerusuhan Mei 1998. Pemerintah
mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa bukti-bukti konkret tidak dapat ditemukan
atas kasus-kasus pemerkosaan tersebut, tetapi pernyataan ini dibantah oleh banyak pihak.[11]

Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari
ini. Namun umumnya masyarakat Indonesia secara keseluruhan setuju bahwa peristiwa ini
merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak
Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian (genosida) terhadap orang Tionghoa,
walaupun masih menjadi kontroversi apakah kejadian ini merupakan sebuah peristiwa yang
disusun secara sistematis oleh pemerintah atau perkembangan provokasi di kalangan tertentu
hingga menyebar ke masyarakat.

2.4 Penyelesaian Terkait Kerusuhan 1998

Berikut ini beberapa solusi Kerusuhan Mei 1998 lainnya:


1. Meningkatkan sense of human rights dalam diri aparat penegak hukum, khususnya
Kejakasaan Agung dan kehakiman dan upaya penghapusan praktik-praktik impunitas.
2. Mencabut hak DPR dalam pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc dalam kasus
pelanggaran HAM berat.
3. Mempertegas kedudukan Komnas HAM dalam upaya penegakan HAM di Indonesia.
4. Pembuatan UU Pengapusan Diskriminasi Rasial.
5. Meratifikasi secara penuh konvensi penghapusan segala bentuk diskriminasi rasial oleh
pemerintah Indonesia.

2.5 Dampak Positif dan Negatif


Dampak Positif:

1. Indonesia Mengalami Pergantian Rezim


Dampak yang ditimbulkan dari Kerusuhan Mei 1998 adalah terjadinya pergantian
kepemimpinan nasional atau rezim yang menguasai Indonesia. Kerusuhan Mei 1998
mengakhiri pemerintahan Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32
tahun. Pada 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB di Credentials Room di Istana Merdeka, Jakarta,
Soeharto mengumumkan mundur dari kursi Presiden RI. Dalam pidatonya, Soeharto
menyatakan berhenti dari jabatan Presiden RI dan menyerahkan jabatannya kepada BJ
Habibie, Wakil Presiden RI kala itu.
2. Adanya Pembatasan Masa Jabatan Presiden
Era Reformasi merupakan istilah untuk mengacu pada pemerintahan setelah Orde
Baru. Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden baru dimulai sejak Reformasi
dengan dikeluarkanya Amendemen Pertama UUD pada 1999. Sebelumnya, UUD 1945
hanya mencantumkan bahwa Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama
masa lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali. Karena tidak ada pembatasan,
berbagai penyimpangan pun terjadi. Hal ini pula yang membuat kekuasaan Soeharto
mampu bertahan selama 32 tahun.
3. Membuka Kebebasan Berpendapat
Kebebasan berpendapat yang dijanjikan pada awal Orde Baru memudar seiring
zaman. Sejak 1970-an, segala penerbitan pers berada dalam pengawasan pemerintah. Pers
tidak bisa menjalankan fungsi semestinya, yakni mengawasi kinerja pemerintah dan
menyalurkan aspirasi masyarakat. Dampak Kerusuhan Mei 1998 yang berhasil
melengserkan Presiden Soeharto pun membuka kembali kebebasan berpendapat yang
dikekang rezim Orde Baru.

Dampak Negatif:

1. Tingginya korban tewas dan luka


Salah satu dampak negatif dari Kerusuhan Mei 1998 adalah tingginya angka korban
tewas dan luka. Laporan dari Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) menunjukkan adanya
1.190 korban tewas dan 91 orang mengalami luka dari daerah Jakarta saja. Dari jumlah
tersebut, 27 di antaranya meninggal karena senjata, sementara sisanya akibat terjebak
dalam kebakaran pada saat kerusuhan. Di samping TGPF, beberapa institusi juga
menyajikan data dengan jumlah yang berbeda. Polda Metro Jaya menyebut ada 451 orang
meninggal, sedangkan Kodam Jaya mendata bahwa 463 meninggal, termasuk aparat
keamanan dan 69 orang terluka. Pemda DKI juga menyodorkan temuan berbeda, yakni
sebanyak 288 orang meninggal dan 101 terluka dalam Kerusuhan Mei 1998. Koordinator
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) menyebut korban
tewas peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di berbagai daerah Indonesia lebih dari 1.300 orang.
Korban Kerusuhan Mei 1998 sebagian besar dari Jakarta dan sisanya di Palembang,
Medan, Solo Raya, Yogyakarta, dan Surabaya.
2. Terjadi beragam aksi kekerasan seksual
TGPF menyebutkan, dalam Kerusuhan Mei 1998 terjadi terjadi beragam aksi
kekerasan seksual. Berdasarkan hasil pengumpulan dan verifikasi data, sebanyak 85 tindak
kekerasan seksual diarahkan kepada perempuan Tionghoa, 52 di antaranya adalah kasus
pemerkosaan. Sedangkan 14 orang menjadi korban pemerkosaan dengan penganiayaan,
sepuluh korban penyerangan seksual, dan sembilan korban pelecehan seksual. Melansir
Kompas Tren, Tim Relawan Kemanusiaan untuk Kekerasan Terhadap Perempuan (TRKP)
melaporkan jumlah perempuan yang diperkosa dalam Kerusuhan Mei 1998 mencapai 53
orang. Sebagian besar korban pemerkosaan adalah perempuan Tionghoa. Kontras dalam
situs resminya menyebut korban pemerkosaan Kerusuhan Mei 1998 sebenarnya lebih dari
100 orang lebih, tetapi banyak yang tidak terungkap.
3. Terjadi krisis ekonomi
Dampak Kerusuhan Mei 1998 terhadap ekonomi negara juga merupakan imbas dari
perusakan, penjarahan, dan pembakaran yang dilakukan massa. Pasalnya, perusakan,
penjarahan, dan pembakaran, mengakibatkan berbagai bisnis tidak dapat beroperasi dan
banyak orang kehilangan pekerjaan. Perputaran uang yang telah terganggu krisis ekonomi
1997-1998 pun semakin macet dan buntu. Pusat perbelanjaan merupakan sub-sektor yang
paling terpukul, akibat penjarahan, perusakan, dan pembakaran oleh massa. Pusat
perbelanjaan tidak hanya tutup, bahkan belum bisa bangkit dan beroperasi kembali dalam
jangka waktu cukup lama.
4. Kerugian Materi
Kerusuhan Mei 1998 membawa kerugian materi sangat besar akibat perusakan,
penjarahan, dan pembakaran yang dilakukan oleh massa. Tindakan anarkisme
mengakibatkan ribuan gedung, pusat perbelanjaan, toko, rumah, fasilitas umum, dan
kendaraan, di berbagai kota di Indonesia, hancur.
5. Dampak Psikologi
Dampak psikologis terhadap ekonomi negara juga merupakan imbas dari
perusakan, penjarahan, dan pembakaran yang dilakukan massa. Pasalnya, perusakan,
penjarahan, dan pembakaran, mengakibatkan berbagai bisnis tidak dapat beroperasi dan
banyak orang kehilangan pekerjaan. Perputaran uang yang telah terganggu krisis ekonomi
1997-1998 pun semakin macet dan buntu. Pusat perbelanjaan merupakan sub-sektor yang
paling terpukul, akibat penjarahan, perusakan, dan pembakaran oleh massa. Pusat
perbelanjaan tidak hanya tutup, bahkan belum bisa bangkit dan beroperasi kembali dalam
jangka waktu cukup lama.

2.6 Media, Surat Kabar, serta Dokumentasi Kerusuhan 1998


Kronologi Peristiwa Kerusuhan 1998 menurut KOMPAS.com:

a. Kronologi Kerusuhan Mei 1998

12 Mei 1998

Pada tanggal 12 Mei 1998, sekitar pukul 11.00-13.00, ribuan mahasiswa Universitas
Trisakti melakukan aksi damai di dalam kampus. Setelah itu, mahasiswa mulai turun ke Jalan S
Parman dan hendak berangkat ke gedung MPR atau DPR. Pukul 13.15, para mahasiswa sampai
di depan kantor Walikota Jakarta Barat.
Melihat segerombolan mahasiswa di depan kantor tersebut membuat aparat polisi menghadang
laju mereka. Setelah itu, terjadi perundingan antara pihak polisi dengan para mahasiswa.
Kesepakatan yang dicapai ialah para mahasiswa tidak melanjutkan aksi unjuk rasa mereka ke MPR
atau DPR.

15 menit setelahnya, pukul 13.30, para mahasiswa melakukan aksi damai di depan kantor Walikota
Jakarta Barat. Kondisi dan situasi saat itu dapat dibilang masih sangat tentang. Tidak ada
ketegangan sama sekali antara pihak aparat dan mahasiswa. Pukul 16.30, polisi mulai memasang
garis polisi dan meminta para mahasiswa untuk memberi jarak 15 meter dari garis tersebut.
Tidak berselang lama, pihak polisi pun meminta agar mahasiswa kembali ke dalam
kampus. Tanpa ada ketegangan apapun, mahasiswa membubarkan diri dengan tenang dan
tertib. Namun, tiba-tiba terjadi tembakan dari arah belakang barisan mahasiswa. Mendengar suara
tembakan tersebut, para mahasiswa lantas berlarian dan berusaha menyelamatkan diri.

Para mahasiswa berusaha berlindung dengan masuk ke dalam gedung-gedung kampus, sementara
aparat masih terus menembakkan senapannya. Puluhan gas air mata juga dilemparkan ke dalam
kampus. Sekitar pukul 17.15, situasi di kampus sangatlah mencekam.
Beberapa korban jiwa juga berjatuhan, salah satunya adalah empat mahasiswa Trisakti yang tewas
karena tertembak. Keempat mahasiswa Trisakti tersebut adalah Elang Mulia Lesmana, Hafidin
Royan, Heri Hartanto, dan Hendiawan Sie.
13 Mei 1998

Pukul 01.30, dilakukan jumpa pers yang dihadiri oleh Pangdam Jaya Mayjen TNI Sjafrie
Sjamsoeddin di Mapolda Metro Jaya. Selain itu, hadir juga Kapolda Mayjen Hamami Nata, Rektor
Universitas Trisakti Prof Dr Moedanton Moertedjo, dan dua anggota Komnas HAM AA Baramuli
dan Bambang W Soeharto.

Beberapa jam kemudian, tepatnya pukul 10.00, mahasiswa dari berbagai kota, yaitu Jakarta,
Bogor, Tangerang, dan Bekasi berdatangan ke Universitas Trisakti untuk menyatakan
belasungkawa. Dua jam setelahnya, pukul 12.00, kerusuhan massa mulai terjadi di
Jakarta. Berbagai aksi perusakan dan pembakaran bangungan serta kendaraan bermotor terjadi.
Mulanya, kerusuhan terjadi di kawasan sekitar Kampus Trisakti, tetapi aksi perusakan dan
pembakaran meluas hingga ke kawasan lainnya.
14 Mei 1998

Pada tanggal 14 Mei 1998, aksi kerusuhan yang awalnya hanya terjadi di Jakarta mulai
merambah ke kota-kota lainnya, seperti Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Pembakaran, perusakan,
serta penjarahan toko dilakukan oleh massa. Kota Bogor, Tangerang, dan Bekasi saat itu sudah
lumpuh total.

15 Mei 1998

Presiden Soeharto yang mengetahu peristiwa Kerusuhan Mei 1998 bergegas kembali ke
Tanah Air dari Kairo. Waktu itu, muncul isu bahwa Presiden Soeharto bersedia untuk mundur
dari jabatannya. Akan tetapi, berita tersebut langsung ditampis oleh Menteri Penerangan Alwi
Dahlan. Presiden Soeharto membantah bahwa ia bersedia mengundurkan diri.

Namun, jika kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Soeharto sudah hilang, maka Presiden
Soeharto bersedia untuk lengser dari jabatannya. Akhirnya, seminggu kemudian, tepatnya tanggal
21 Mei 1998, Presiden Soeharto memutuskan untuk mengundurkan diri dan mengalihkan
kekuasaannya kepada BJ Habibie.

b. Surat kabar yang memuat Kerusuhan Mei 1998


c. Dokumentasi Kerusuhan Mei 1998
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/16/150000479/dampak-positif-dan-
negatif-kerusuhan-mei-1998?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998#:~:text=Kerusuhan%20terseb
ut%20dipicu%20oleh%20korupsi,telah%20berkuasa%20selama%2032%20tahun.
https://www.kompas.com/stori/read/2023/05/03/140000179/solusi-kerusuhan-
mei-
1998#:~:text=Lebih%20lanjut%2C%20berikut%20ini%20beberapa,dalam%20kasus%20
pelanggaran%20HAM%20berat.

Anda mungkin juga menyukai