Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PERISTIWA

PENGHILANGAN ORANG SECARA


PAKSA 1997-1998
Disusun untuk memenuhi tugas ujian praktek mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan

NAMA : Fitria febriyanti


KELAS : XII OTKP 4
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul makalah
“peristiwa penghilangan orang secara paksa” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas ujian praktek pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang peristiwa
penghilangan orang secara paksa 1997-1998 bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu yoyoh S.Pd, selaku guru Pendidikan


Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Depok, 24 Februari 2021 

Fitria febriyanti

i
DAFTAR ISI
Kata pengantar…………………………………………………………………………… i
Daftar isi…………………………………..……………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………….……………………………. 1
1.1 Latar Belakang……………………………….……………………………………… 1
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..……………………………… 2
2.1 Pembunuhan massal peristiwa 65-66……………….………………….. 2
2.2 Jumlah Korban peristiwa65-66……………...……………………………. 5
2.3 Dampak peristiwa 65-66…………..…………………….…………………. 8
BAB III Penutup………………………………………………………….……………… 9
3.1 Kesimpulan…………………………………………..……………………………. 9
3.2 Saran……………………………………….……………………………………….. 9
Daftar Pustaka………………………………………………………………………… 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peristiwa Penculikan dan Penghilangan Orang Secara Paksa periode 1997-1998,


terjadi pada masa pemilihan Presiden Republik Indonesia [Pilpres], untuk periode
1998-2003. Pada masa itu, terdapat dua agenda politik besar; pertama, Pemilihan
Umum (Pemilu) 1997. Kedua, Sidang Umum (SU) Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) pada bulan Maret 1998, untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
RI, yang pada saat kasus ini terjadi, presiden RI masih dijabat oleh Soeharto. Kasus
penculikan dan Penghilangan Orang Secara Paksa, menimpa para aktivis, pemuda
dan mahasiswa yang ingin menegakkan keadilan dan demokrasi di masa
pemerintahan Orde Baru. Mereka yang kritis dalam menyikapi kebijakan
pemerintah dianggap sebagai kelompok yang membahayakan dan merongrong
kewibawaan negara. Gagasan-gagasan dan pemikiran mereka dipandang sebagai
ancaman yang dapat menghambat jalannya roda pemerintahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 peristiwa penghilangan orang secara paksa 1997-1998


ami Koalisi Melawan Lupa yang terdiri dari sejumlah organisasi masyarakat
sipil memandang penting kembali mendesak Majelis Permusyawaratan
Republik Indonesia [MPR RI] untuk mengambil langkah – langkah
konstitusional dalam menyikapi pembangkangan hukum [obstruction of
justice] yang dilakukan oleh pemerintah dalam menyelesaikan kasus – kasus
pelanggaran HAM berat di masa lalu, termasuk penyelesaian peristiwa
penculikan dan penghilangan paksa 1997-1998.

Penyelesain peristiwa pelanggaran HAM masa lalu merupakan amanat


Reformasi, yang diantaranya telah dituangkan dalam Ketetapan MPR RI [TAP
MPR] No V/2000 tentang Pemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional.
TAP MPR ini memandatkan upaya penegakan “kebenaran dengan
mengungkapkan penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran hak asasi
manusia pada masa lampau”. Setelah kebenaran diungkap maka “dapat
dilakukan pengakuan kesalahan, permintaan maaf, pemberian maaf,
perdamaian, penegakan hukum, amnesti, rehabilitasi, atau alternatif lain
yang bermanfaat dengan sepenuhnya memperhatikan rasa keadilan dalam
bermasyarakat.”

Konstitusi mengatur secara ekspilisit Penyelesaian Pelanggaran HAM berat


masa lalu, termasuk peristiwa penculikan dan penghilangan paksa dalam
Pasal 28I [ayat] 4 mewajibkan pemenuhan HAM [akuntabilitas pelanggaran
HAM] sebagai tanggungjawab negara, terutama pemerintah. Pasal 28D ayat
[1] mewajibkan negara untuk memberikan pengakuan, jaminan,
perlindungan dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di
depan hukum; UU No 39 tentang HAM dan UU No 26 Tahun 2000 Tentang
Pengadilan HAM.

Anda mungkin juga menyukai