Anda di halaman 1dari 52

SISTEM DAN DINAMIKA DEMOKRASI PANCASILA 

MAKALAH 
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan 
Pancasila dan Kewarganegaraan serta Bahasa Indonesia 
Disusun Oleh: 
Kelompok Munir 
1. Aulitha Meisya (9961) 
2. Rians Grace Two M.P. (10038) 
3. Sayyid Haidir Husein (10055) 
4. Vitrya Lestari P. (9989) 
Kelas XI MIPA-1 
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 
TANJUNG SELOR 
2018 

 
LEMBAR PENGESAHAN 
Judul : Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila 
Nama Kelompok : Munir 
1. Aulitha Meisya (9961) 
2. Rians Grace Two M.P. (10038) 
3. Sayyid Haidir Hussein (10055) 
4. Vitrya Lestari P. (9989) 
Kelas : XI MIPA-1 
Makalah ini diajukan dan disahkan di Tanjung Selor pada ... Maret 2018 
Mengesahkan, 
Pembimbing Kebahasaan, 
Rita Junianti, S.Pd. 
Pembimbing Isi Makalah, 
Zubair, S.Pd. NIP 19821030 200604 1 004 
Pembimbing Pengetikan, 
Rachmad Hidayat, S.Sos. 
ii 
 
MOTTO DAN PERSEMBAHAN 
MOTTO 
“Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus 
menanggung perihnya kebodohan” 
PERSEMBAHAN 
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas 
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih 
kepada: 
1. Pembimbing Isi Makalah, Bapak Zubair, S.Pd., yang telah memberikan tugas 
dan membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini; 
2. Pembimbing Kebahasaan, Ibu Rita Junianti, S.Pd., yang telah memberikan 
tugas dan membantu kami dalam bidang kebahasaan; 
3. Pembimbing Pengetikan, Bapak Rachmad Hidayat, S.Sos., yang telah 
membantu kami dalam bidang pengetikan makalah; 
4. Teman-teman yang telah memberikan bantuan berupa motivasi serta kritik 
dan saran sehingga kami dapat memperbaiki banyak hal saat proses 
pengerjaan makalah ini. 
iii 
 
KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena 
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini 
yang berjudul “Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila” dengan tepat waktu. 
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu 
dalam pembuatan makalah ini, yaitu: 
1. Bapak Zubair, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila 
dan Kewarganegaraan dan Pembimbing Isi Makalah yang telah 
membantu dalam penyelesaian makalah ini. 
2. Ibu Rita Junianti, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia 
dan Pembimbing Kebahasaan yang telah membimbing kebahasaan 
dalam makalah ini. 
3. Rachmad Hidayat, S.Sos., selaku Pembimbing Pengetikan yang telah 
membantu kami dengan memberikan saran serta petunjuk dalam proses 
pengetikan makalah hingga makalah ini selesai. 
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. 
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca agar kami 
dapat menulis makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat 
bagi kita semua. 
Tanjung Selor, Januari 2018 
Penyusun 
iv 
 
DAFTAR ISI 
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i 
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii 
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iii 
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv 
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v 
BAB I PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 
1.2 Tujuan ................................................................................................ 3 
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................. 3 
BAB II PEMBAHASAN 
2.1 Hakikat Demokrasi ............................................................................ 4 
2.1.1 Pengertian Demokrasi ............................................................. 4 
2.1.2 Prinsip-prinsip Demokrasi ....................................................... 6 
2.1.3 Parameter Demokrasi .............................................................. 7 
2.1.4 Sejarah Perkembangan Demokrasi .......................................... 7 
2.1.5 Landasan Hukum Demokrasi di Indonesia .............................. 9 
2.1.6 Bentuk–bentuk Demokrasi di Indonesia ............................... 10 
2.2 Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila ..................................... 14 
2.2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila ........................................... 14 
2.2.2 Asas Demokrasi Pancasila ..................................................... 14 
2.2.3 Aspek-aspek Demokrasi Pancasila ........................................ 15 
2.2.4 Prinsip Demokrasi Pancasila ................................................. 16 

 
2.2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia .................................... 25 
2.2.6 Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila ........................... 32 
2.3 Membangun Kehidupan yang Demokratis di Indonesia ................. 35 
2.3.1 Pentingnya Kehidupan yang Demokratis .............................. 35 
2.3.2 Perilaku yang Mendukung Tegaknya Nilai-nilai 
Demokrasi.............................................................................. 37 
BAB III PENUTUP 
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 39 
3.2 Saran ................................................................................................ 40 
DAFTAR PUSTAKA 
LAMPIRAN 
vi 
 
BAB I 
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang 
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem demokrasi. 
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia bertujuan untuk kepentingan Bangsa dan 
Negara Indonesia, yaitu mewujudkan kepentingan nasional. Semua negara 
mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik. Kehendak 
rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya 
sistem politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini 
karena masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan. 
Demokrasi memiliki arti suatu bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat, 
oleh rakyat dan untuk rakyat, baik secara langsung ataupun perwakilan. Demokrasi 
berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” (kekuasaan rakyat), yang dibentuk dari 
kata “Demos” yang berarti rakyat, sedangkan “Kratos” adalah kekuasaan. 
Di Indonesia sendiri, demokrasi selalu berubah-ubah seiring bergantinya 
undang-undang yang berlaku. Adapun jenis-jenis demokrasi yang pernah 
diterapkan di Indonesia, yaitu Demokrasi Parlementer (1950-1959), Demokrasi 
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila. Namun, demokrasi yang 
diterapkan saat ini masih belum jelas setelah pada masa Presiden Soeharto dikenal 
dengan Demokrasi Pancasila. Ir. Soekarno dalam bukunya yang berjudul Di Bawah 
Bendera Revolusi pernah mengungkapkan pendapatnya tentang demokrasi bagi 
bangsa Indonesia. “Apakah demokrasi itu? demokrasi adalah ‘pemerintahan 
rakyat’. Masyarakat bebas berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih 
vii 
 
langsung atau memilih sendiri pemimpinnya. Komisi negara dibentuk oleh negara. 
Diperbolehkannya jalur independen atau calon perseorangan di luar jalur politik 
mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) turut meramaikan 
kehidupan demokrasi di Indonesia. Perkembangan demokrasi turut meningkatkan 
partisipasi politik masyarakat. Masyarakat boleh mengorganisasikan diri untuk ikut 
serta dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat atau rakyat kembali 
merasakan kebebasan sipil dan politiknya. Rakyat menikmati kebebasan 
berpendapat serta rakyat menikmati kebebasan berorganisasi. Kebebasan sipil bisa 
dinikmati meskipun di sisi lain hak sekelompok masyarakat bisa dihilangkan oleh 
kelompok masyarakat lain. Dalam kondisi seperti ini, beberapa kalangan menilai 
penerapan demokrasi di Indonesia harus dijiwai dengan ideologi atau dasar negara 
RI, yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara harus diterapkan 
dalam kehidupan berdemokrasi.” 
Hal ini juga dapat dilihat pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang 
berbunyi “...dalam susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan 
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, 
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam 
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi 
seluruh rakyat Indonesia”. Bahwa Negara Indonesia adalah Negara demokrasi juga 
nampak dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada 
ditangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” tetapi bukan 
Demokrasi Liberal dan juga bukan Demokrasi Rakyat, melainkan Demokrasi 
viii 
 
Pancasila. (http://cakmoul.blogspot.co.id/2013/04/makalah-dinamika-pelaksanaan 
-demokrasi.html) 
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan menguraikan lebih 
dalam mengenai sistem demokrasi yang saat ini dianut bangsa Indonesia, yaitu 
sistem demokrasi Pancasila dengan judul Sistem dan Dinamika Demokrasi 
Pancasila. 
1.2 Tujuan 
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah: 
a. Untuk mengetahui hakikat demokrasi. 
b. Untuk mengetahui dinamika penerapan demokrasi pancasila. 
c. Untuk mengetahui cara membangun kehidupan yang demokratis di 
Indonesia. 
1.3 Manfaat 
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah: 
a. Sebagai sumber bacaan dan tambahan bagi semua pihak yang ingin 
mengetahui Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila. 
b. Sebagai bahan perbandingan dengan makalah lain yang mengangkat 
masalah yang sama. 
c. Makalah ini dapat menjadi tambahan referensi di perpustakaan sekolah. 
d. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan 
mengenai bagaimana cara membuat makalah yang baik dan benar. 
ix 
 

 
BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1 Hakikat Demokasi 
Hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial politik. Hal 
ini sesuai dengan tiga pilar penegak demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat 
(government of the people), pemerintahan oleh rakyat (government by the people), 
dam pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Jadi, untuk dikatakan 
sebagai negara yang demokratis maka ketiga hal ini harus terpenuhi dalam suatu 
negara. 
2.1.1 Pengertian Demokrasi 
Secara etimologis atau bahasa kata demokrasi berasal dari bahasa 
Yunani, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat, dan kratos berarti 
kekuasaan. Secara terminologis demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan 
negara yang di dalamnya melibatkan rakyat. Sedangkan pengertian 
demokrasi menurut para ahli antara lain: 
a. Aristoteles; Demokrasi ialah suatu kebebasan atau prinsip 
demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah 
setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di dalam 
negaranya. Aristoteles pun mengatakan apabila seseorang hidup 
tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka sama saja 
seperti budak. 
b. Abraham Lincoln; Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang 
diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. 
xi 
 
c. Henry B.Mayo; Demokrasi sebagai sistem politik merupakan 
suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum 
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi 
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang 
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan 
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik. 
d. Samuel Huntington; Demokrasi yang adil bila para membuat 
keputusan terkuat dalam suatu sistem dipilih lewat pemilu yang 
jujur, adil, dan berkala serta adanya kebebasan bersaing bagi setiap 
calon dalam memperoleh suara. 
e. Hans Kelsen; Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di 
mana segala keputusan pemerintah yang penting secara langsung 
ataupun tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang 
diberikan dengan bebas kepada rakyat dewasa. 
f. C.F. Strong; Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang 
mayoritas anggota dewan dari masyarakat yang turut ikut dalam 
politik berdasarkan sistem perwakilan yang menjamin pemerintah 
akhirnya dapat mempertanggungjawabkan segala tindakan pada 
mayoritas tersebut. 
g. International Commission for Jurist; Demokrasi adalah suatu 
bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan- 
keputusan politik diselenggarankan oleh warga negara melalui 
xii 
 
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab 
kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas. 
h. Joseph A. Shumpter; Demokrasi merupakan suatu perencanaan 
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu- 
individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara 
perjuangan kompetitif atas suara rakyat. 
(http://pknhakikatdemokrasi.blogspot.co.id/2015/09/hakikat- 
demokrasi.html) 
Lalu dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang 
demokrasi, yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara 
empirik. Dalam pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu 
yang secara adil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara. 
Ungkapan normatif biasanya diterjemahkan dalam konstitusi masing–masing 
negara. Misalnya dalam Undang–Undang Dasar 1945 pada Pasal 1 ayat 2 
yang berbunyi: “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan 
menurut Undang-Undang Dasar.” Kemudian pemahaman secara empirik, 
demokrasi dalam perwujudannya dalam kehidupan politik praktis atau dalam 
kehidupan politik sehari–hari. Misalnya kedaulatan rakyat diwujudkan 
dengan pemilihan umum yang bebas dan persaingan partai politik berjalan 
dengan wajar. 
xiii 
 
2.1.2 Prinsip-Prinsip Demokrasi 
Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah 
terakomodasi dalam konstitusi, yaitu: 
a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik. 
b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara. 
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan 
dipakai oleh para warga negara. 
d. Penghormatan terhadap supremasi hukum. 
Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep rule of the law, antara 
lain sebagai berikut: 
a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang. 
b. Kedudukan yang sama dalam hukum. 
c. Terjaminnya Hak Asasi Manusia oleh undang-undang. 
2.1.3 Parameter Demokrasi 
Parameter untuk mengukur demokrasi dapat dilihat dari empat hal, 
yaitu: 
a. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu. 
b. Sistem pertanggungjawaban pemerintahan. 
c. Pengaturan sisten dan distribusi kekuasaan negara. 
2.1.4 Sejarah Perkembangan Demokrasi 
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di 
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai 
contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi 
xiv 
 
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan 
definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan 
perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara. 
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti 
rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan 
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan 
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah 
kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab 
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik 
suatu negara. 
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian 
kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip 
trias politika) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus 
digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam 
trias politika ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta- 
fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar 
ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, 
bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran 
terhadap hak-hak asasi manusia. 
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, 
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri 
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan 
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap 
xv 
 
lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada 
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga 
negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara 
teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut. 
2.1.5 Landasan Hukum Demokrasi di Indonesia 
Landasan hukum yang digunakan mengenai demokrasi di Indonesia, 
yaitu: 
a. Pembukaan UUD 1945 
1. Alinea pertama yang berbunyi “Kemerdekaan ialah hak segala 
bangsa.” 
2. Alinea kedua yang berbunyi “Mengantarkan rakyat Indonesia 
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka, 
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.” 
3. Alinea ketiga yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang 
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur 
supaya berkehidupan dan kebangsaan yang bebas.” 
4. Alinea keempat yang berbunyi “Melindungi segenap bangsa.” 
b. Batang Tubuh UUD 1945 
1. Pasal 1 ayat 2, yaitu tentang kedaulatan adalah di tangan rakyat. 
2. Pasal 2, yaitu tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat. 
3. Pasal 6, yaitu tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden. 
4. Pasal 24 dan Pasal 25, yaitu tentang peradilan yang merdeka. 
xvi 
 
5. Pasal 27 ayat 1, yaitu tentang persamaan kedudukan di dalam 
hukum. 
6. Pasal 28, yaitu tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul. 
2.1.6 Bentuk-bentuk Demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia 
a. Demokrasi Liberal (1950–1959) 
Pertama kali Indonesia menganut sistem demokrasi parlementer, 
yang biasa disebut dengan Demokrasi Liberal. Masa demokrasi 
liberal membawa dampak yang cukup besar, mempengaruhi 
keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu. Di Indonesia 
demokrasi liberal yang berjalan dari tahun 1950-1959 mengalami 
perubahan-perubahan kabinet yang mengakibatkan pemerintahan 
menjadi tidak stabil. Pada waktu itu, pemerintah berlandaskan UUD 
1950 pengganti konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) tahun 
1949. Daftar kabinet yang ada di Indonesia selama masa demokrasi 
liberal, antara lain: 
1. Kabinet Natsir (September 1950–Maret 1951) 
2. Kabinet Sukiman (April 1951–April 1952) 
3. Kabinet Wilopo (April 1952–Juni 1953) 
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953–Agustus 1955) 
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955–Maret 1956) 
b. Demokrasi Terpimpin (1959–1966) 
Demokrasi Terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di 
Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada 
xvii 
 
pemimpinnya saja. Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi 
terpimpin oleh Presiden Soekarno, yaitu: 
1. Dari segi keamanan: Banyaknya gerakan separatis pada masa 
demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan di bidang 
keamanan. 
2. Dari segi perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet 
pada masa demokrasi liberal menyebabkan program-program 
yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh, 
sehingga pembangunan ekonomi tersendat. 
3. Dari segi politik: Konstituante gagal dalam menyusun UUD 
baru untuk menggantikan UUDS 1950. 
4. Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden 
Soekarno diawali oleh anjuran beliau agar Undang-Undang 
yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950 adalah UUD 
1945. Namun usulan it u menimbulkan pro dan kontra di 
kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya, 
diadakan voting yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante. 
Voting ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang 
timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut. 
Hasil voting menunjukan bahwa 269 orang setuju untuk kembali 
ke UUD 1945 dan 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD 
1945. 
xviii 
 
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak 
dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota 
konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3 
bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950. 
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah 
dekrit yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden 
5 Juli 1959 yaitu: 
1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950. 
2. Berlakunya kembali UUD 1945. 
3. Dibubarkannya Konstituante. 
4. Pembentukan MPRS dan DPAS. 
c. Demokrasi Pancasila 
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan 
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan 
penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi, yaitu Undang- 
Undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan 
UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945. 
Secara umum ciri-ciri demokrasi pancasila, yaitu: 
1. Kedaulatan berada di tangan rakyat. 
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong. 
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk 
mencapai mufakat. 
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi. 
xix 
 
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban. 
6. Menghargai hak asasi manusia. 
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan 
dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki 
adanya demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua 
pihak. 
8. Tidak menganut sistem monopartai. 
9. Pemilu dilaksanakan secara LUBER. 
10. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas. 
11. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum. 
Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan 
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya 
demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak. Tidak 
menganut sistem monopartai, pemilu dilaksanakan secara luber, 
mengandung sistem mengambang, tidak kenal adanya diktator 
mayoritas dan tirani minoritas, mendahulukan kepentingan rakyat 
atau kepentingan umum. Sistem pemerintahan dalam Demokrasi 
Pancasila sebagai berikut: 
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum. 
2. Indonesia menganut sistem konstitusional. 
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang 
kekuasaan negara yang tertinggi. 
xx 
 
4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di 
bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). 
5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). 
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara 
tidak bertanggung jawab kepada DPR. 
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. 
2.2 Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila 
2.2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila 
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya 
mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama 
(seluruh rakyat). Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ideologinya terdapat 
dalam Pancasila, oleh karena itu setiap sila yang terdapat dalam Pancasila 
harus diaplikasikan dalam kehidupan setiap rakyatnya sehari-hari untuk 
menunjang kemajuan bangsa kita. 
Selain itu, terdapat beberapa ciri khas yang dimiliki Demokrasi 
Pancasila, antara lain: 
a. Demokrasi pancasila bersifat kekeluargaan dan gotong royong yang 
Ketuhanan Yang Maha Esa. 
b. Demokrasi pancasila harus menghargai hak hak asasi manusia serta 
menjamin hak-hak minoritas. 
c. Pengambilan keputusan dalam demokrasi pancasila sedapat 
mungkin didasarkan atas musyawarah dan mufakat. 
xxi 
 
2.2.2 Asas Demokrasi Pancasila 
Asas Demokrasi Pancasila terbagi menjadi 2, yaitu: 
a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan terhadap 
rakyat, manunggal dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta memiliki 
jiwa kerakyatan atau dalam arti menghayati kesadaran senasib dan 
secita-cita bersama rakyat. 
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang memperhatikan 
dan menghargai aspirasi seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan 
melalui forum permusyawaratan dalam rangka pembahasan untuk 
menyatukan berbagai pendapat yang keluar serta mencapai 
mufakat yang dijalani dengan rasa kasih sayang dan pengorbanan 
agar mendapat kebahagiaan bersama-sama. 
2.2.3 Aspek-aspek Demokrasi Pancasila 
Demokrasi Pancasila mengandung 6 aspek, sebagai berikut: 
a. Aspek formal, yang mempersoalkan proses dan cara rakyat 
menunjuk wakil-wakilnya dalam badan-badan perwakilan dan 
pemerintahan serta bagaimana mengatur permusyawaratan wakil- 
wakil rakyat secara bebas, terbuka, jujur untuk mencapai konsensus. 
b. Aspek material, untuk mengemukakan gambaran manusia dan 
mengakui terwujudnya masyarakat manusia Indonesia sesuai 
dengan gambaran, harkat dan martabat tersebut. 
c. Aspek negara, yang mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah 
yang membimbing dan membantu dalam pencapaian tujuan. 
xxii 
 
d. Aspek optatif, yang mengetengahkan tujuan dan keinginan yang 
hendak dicapai. 
e. Aspek organisasi, untuk mempersoalkan organisasi sebagai wadah 
pelaksanaan Demokrasi Pancasila di mana wadah tersebut harus 
cocok dengan tujuan yang hendak dicapai. 
f. Aspek kejiwaan, yang menjadi semangat para penyelenggara negara 
dan semangat para pemimpin pemerintahan. (http//azizsustiawan. 
wordpress.com/2013/11/02/makalah-demokrasi-pancasila/) 
Bila dibandingkan sesungguhnya antara demokrasi universal dan 
demokrasi pancasila yang berdasarkan UUD 1945, demokrasi Indonesia yang 
sering disebut dengan istilah teodemokrasi, yakni demokrasi dalam konteks 
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, demokrasi universal 
adalah demokrasi yang bernuansa sekuler, sedangkan demokrasi Indonesia 
adalah demokrasi yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa. 
2.2.4 Prinsip Demokrasi Pancasila 
Ahmad Sanusi dalam tulisannya berjudul Memberdayakan Masyarakat 
dalam Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi, mengutarakan sepuluh pilar yang 
menjadi prinsip demokrasi konstitusional Indonesia menurut Pancasila dan 
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai 
berikut: 
a. Demokrasi yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa artinya, sistem 
serta penyelenggaraan kenegaraan Republik Indonesia harus taat 
xxiii 
 
asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah 
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa. 
b. Demokrasi dengan kecerdasan artinya, demokrasi diselenggarakan 
sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 
1945 bukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan 
massa semata-mata. Pelaksanaan demokrasi justru lebih menuntut 
kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah, kecerdasan rasional, dan 
kecerdasan emosional. 
c. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat artinya, kekuasaan tertinggi 
ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki atau 
memegang kedaulatan itu. Dalam batas-batas tertentu kedaulatan 
rakyat dipercayakan kepada wakil-wakil rakyat di MPR (DPR/DPD) 
dan DPRD. 
d. Demokrasi dengan rule of law. Ada empat makna penting yang 
terkandung. Pertama, kekuasaan negara Republik Indonesia harus 
mengandung, melindungi, serta mengembangkan kebenaran hukum 
(legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan, atau 
demokrasi manipulatif. Kedua, kekuasaan negara memberikan 
keadilan hukum (legal justice) bukan demokrasi yang terbatas pada 
keadilan formal dan pura-pura. Ketiga, kekuasaan negara menjamin 
kepastian hukum (legal security) bukan demokrasi yang 
membiarkan kesemrawutan atau anarki. Keempat, kekuasaan negara 
mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legel interest) 
xxiv 
 
seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru 
mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan perpecahan, 
permusuhan, dan kerusakan. 
e. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara artinya, demokrasi 
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik 
Indonesia Tahun 1945 dengan pembagian dan pemisahan kekuasaan 
(division and separation of power), melalui sistem pengawasan dan 
perimbangan (check and balances). 
f. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia artinya, demokrasi menurut 
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 
mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan saja 
menghormati hak-hak asasi tersebut, melainkan meningkatkan 
martabat dan derajat manusia seutuhnya. 
g. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka artinya, demokrasi 
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 
1945 menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang 
merdeka (independen). Sistem pengadilan yang merdeka memberi 
peluang seluas-luasnya kepada semua pihak untuk mencari dan 
menemukan hukum seadil-adilnya di muka pengadilan penggugat 
dengan pengacaranya, penuntut umum, dan terdakwa dengan 
pengacaranya mempunyai hak yang sama mengajukan konsiderans 
(pertimbangan), dalil-dalil, fakta-fakta, saksi, dan alat pembuktian. 
xxv 
 
h. Demokrasi dengan otonomi daerah artinya, otonomi daerah 
merupakan pembatasan terhadap kekuasaan negara khususnya 
kekuasaan legislatif dan eksekutif di tingkat pusat serta pembatasan 
kekuasaan presiden. Undang-Undang Dasar Negara Republik 
Indonesia Tahun 1945 secara jelas mengatur pembentukan daerah- 
daerah otonom pada Provinsi dan Kabupaten/Kota. Melalui 
peraturan pemerintah daerah-daerah otonom dibangun dan disiapkan 
untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan yang 
diserahkan oleh pemerintah pusat sebagai urusan rumah tangganya 
sendiri. 
i. Demokrasi dengan kemakmuran artinya, demokrasi bukan hanya 
soal kebebasan dan hak, bukan hanya soal kewajiban dan tanggung 
jawab, bukan pula soal mengorganisasi kedaulatan rakyat atau 
pembagian kekuasaan kenegaraan. Artinya, demokrasi bukan hanya 
soal kebebasan dan hak, bukan Demokrasi menuntut Undang- 
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membangun 
negara kemakmuran (welfare state) oleh dan untuk sebesar-besarnya 
rakyat Indonesia. 
j. Demokrasi yang berkeadilan sosial artinya, demokrasi menurut 
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 
menggariskan keadilan sosial di antara berbagai kelompok, 
golongan, dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan, lapisan, 
kelompok, satuan, atau organisasi yang menjadi anak emas, dengan 
xxvi 
 
berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus. (http://www/academia. 
edu/17005011/Pengertian_Hakikat_Dan_prinsip_Demokrasi) 
Demokrasi Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang dapat 
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. 
Adapun nilai-nilai Demokrasi Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut: 
a. Kebebasan berkelompok dan menyatakan pendapat 
Kebebasan berkelompok dan menyatakan pendapat merupakan hak 
warga negara yang dijamin dengan undang-undang dalam sebuah 
sistem politik demokratis. Kebebasan berkumpul dan mengeluarkan 
pendapat dijamin dalam pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar 
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi “Setiap orang 
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan 
pendapat”. Berserikat, berkumpul, dan berpendapat merupakan 
wujud pelaksanaan kedaulatnya rakyat. Pemerintah harus 
mendengarkan pendapat-pendapat rakyat sebagai pertimbangan 
dalam membuat kebijakan-kebijakan publik. Hak menyampaikan 
pendapat dijamin oleh pemerintah untuk melindungi warga 
negaranya yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah atau 
unsur swasta. Kebebasan berkelompok merupakan nilai dasar 
demokrasi. Negara menjamin kebebasan warga negara untuk 
berkelompok, termasuk membentuk partai baru maupun mendukung 
partai apapun. Tidak ada lagi keharusan mengikuti ajakan dan 
intimidasi pemerintah. Tidak ada lagi ketakutan menyatakan 
xxvii 
 
afiliasinya ke dalam partai, selain partai penguasa/pemerintah. 
Demokrasi memberi alternatif yang lebih banyak dan lebih sehat 
bagi warga negara. Melalui kelompok yang dibentuk warga negara 
dapat berperan aktif dalam memengaruhi pembuatan kebijakan 
publik dan mengawal jalannya pemerintahan. 
b. Kebebasan berpartisipasi 
Kebebasan berpartisipasi sesungguhnya merupakan gabungan dari 
kebebasan berpendapat dan berkelompok. Ada empat bentuk 
partisipasi politik. Pertama, pemberian suara dalam pemilihan 
umum, baik pemilihan anggota legislatif maupun pemilihan 
presiden. Di negara-negara demokrasi pemberian suara sering 
dipersepsikan sebagai wujud kebebasan berpartisipasi politik paling 
utama. Pada umumnya negara demokrasi yang baru berkembang 
senantiasa mengharapkan jumlah pemilih atau partisipan dalam 
pemberian suara dapat mencapai suara sebanyak-banyaknya. Kedua, 
hubungan dengan pejabat pemerintah. Bentuk partisipasi ini belum 
berkembang luas di negara demokrasi baru. Kontak langsung dengan 
pejabat pemerintah ini akan dibutuhkan karena kegiatan pemberian 
suara secara reguler (pemilihan anggota DPR/Presiden) tidak akan 
memberikan kepuasan bagi masyarakat. Persoalan dalam 
masyarakat akan berkembang lebih cepat dibanding kemampuan 
eksekutif dan legislatif menangani persoalan-persoalan tersebut. 
Oleh karena itu, budaya kontak langsung dengan pejabat pemerintah 
xxviii 
 
sangat penting untuk membantu masyarakat mencari solusi atas 
persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Ketiga, melakukan 
protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah. Pernyataan 
protes terhadap kebijakan kenaikan harga tarif listrik, tarif telepon, 
dan harga bahan bakar minyak adalah bagian dari proses demokrasi. 
Aksi tersebut diarahkan untuk memperbaiki kebijakan pemerintahan 
atau swasta, dan tidak untuk menciptakan gangguan bagi kehidupan 
publik. Keempat, mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik 
mulai dari pemilihan Lurah, Bupati, Walikota, Gubernur, anggota 
DPR, hingga Presiden sesuai sistem pemilihan yang berlaku. Bentuk 
partisipasi ini sangat diperlukan dalam pengembangan nilai-nilai 
demokrasi. Para calon diharapkan bertanggung jawab sepenuhnya 
atas jabatan yang disandangnya bila kelak terpilih, termasuk akan 
menanggung risiko bila terlibat dalam korupsi dan bentuk-bentuk 
penyimpangan etika pemerintahan lainnya. 
c. Kesetaraan antarwarga 
Kesetaraan merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan 
bagi pengembangan demokrasi di Indonesia. Kesetaraan diartikan 
sebagai adanya kesempatan sama bagi setiap warga negara. 
Kesetaraan memberi tempat bagi setiap warga negara tanpa 
membedakan etnik, bahasa daerah, maupun agama. Nilai ini 
diperlukan bagi masyarakat heterogen seperti Indonesia. Negara 
merupakan negara multietnik, multibahasa, multidaerah, dan 
xxix 
 
multiagama. Keragaman tersebut menuntut jaminan kesetaraan 
antarwarga agar tidak terjadi konflik dalam masyarakat. 
d. Kesetaraan gender 
Kesetaraan gender adalah sebuah keniscayaan demokrasi, 
kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki hak sama di depan 
hukum karena laki-laki dan perempuan memiliki kodrat yang sama 
sebagai makhluk sosial. Laki-laki maupun perempuan sama-sama 
memiliki akses dalam politik, sosial, dan ekonomi. Demokrasi tanpa 
kesetaraan gender akan berdampak pada ketidakadilan sosial. Oleh 
karena itu, baik laki-laki maupun perempuan harus diperlakukan 
sesuai hak dan kewajibannya dalam kehidupan demokrasi. 
e. Kedaulatan rakyat 
Dalam negara demokrasi, rakyat memiliki kedaulatan. Rakyat 
berdaulat dalam menentukan pemerintahan. Warga negara sebagai 
bagian dari rakyat memiliki kedaulatan dalam pemilihan yang 
berujung pada pembentukan pemerintahan. Pemerintah dengan 
sendirinya berasal dari rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat. 
Oleh karena itu, pemerintah wajib mengembalikan yang 
diperolehnya kepada rakyat. Kedaulatan hanya dapat ditegakkan bila 
para politisi menyadari asal usul dirinya dan menunjukkan tanggung 
jawabnya sebagai wakil rakyat. 
xxx 
 
f. Rasa percaya 
Rasa saling percaya antarkelompok masyarakat merupakan nilai 
dasar lain pembentuk demokrasi. Sebuah pemerintahan demokrasi 
akan sulit berkembang bila rasa saling percaya satu sama lain tidak 
tumbuh. Tanpa rasa percaya sebuah pemerintahan akan dipenuhi 
rasa ketakutan, kecurigaan, kekhawatiran, dan permusuhan. 
Akibatnya, hubungan antar kelompok masyarakat akan terganggu. 
Rasa percaya sangat diperlukan untuk menghadapi persoalan bangsa 
agar tetap tercipta persatuan dan kesatuan. 
g. Kerja sama 
Kerja sama diperlukan untuk mengatasi persoalan dalam 
masyarakat. Kerja sama hanya mungkin terjadi jika setiap orang atau 
kelompok bersedia mengorbankan sebagian dari yang 
diusahakannya. Kerja sama bukan berarti menutup munculnya 
perbedaan pendapat antarindividu dan antarkelompok. Tanpa 
perbedaan pendapat, demokrasi tidak mungkin berkembang. 
Perbedaan pendapat mendorong persaingan antarkelompok untuk 
mencapai tujuan yang lebih baik. Kerja sama saja tidak cukup untuk 
membangun masyarakat terbuka. Diperlukan kompetisi sebagai 
pendorong bagi kelompok untuk meningkatkan kualitasnya. 
Kompetisi menuju sesuatu yang lebih berkualitas sangat diperlukan, 
sementara kerja sama diperlukan bagi kelompok-kelompok untuk 
menopang upaya persaingan dengan kelompok lain. Kompetisi, 
xxxi 
 
kompromi, dan kerja sama merupakan nilai-nilai yang mampu 
mendorong terwujudnya demokrasi. (http://andivantastic.blogspot. 
co.id/2015/08/hakikat-demokrasi-pilar-pilar-demokrasi.html) 
2.2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia 
Penerapan demokrasi di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang 
dipraktikkan di negara-negara lain di dunia. Hal tersebut dikarenakan sejarah 
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia berbeda. Perbedaan 
tersebut juga disebabkan karena perbedaan tata nilai sosial budaya yang 
dianutnya, yaitu Pancasila, maka demokrasi yang diterapkan dinamakan 
demokrasi pancasila. 
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pun mengalami pasang surut 
sejalan dengan sejarah ketatanegaraan Indonesia yang berubah pula dari sejak 
kita merdeka pada tahun 1945 sampai sekarang. 
a. Pelaksanaan demokrasi masa 1945–1949 (masa Undang-Undang 
Dasar 1945 kurun waktu yang pertama) 
Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia menghadapi berbagai 
rongrongan. Mempertahankan kemerdekaan. Oleh karna itu kita 
dapat memahami terjadinya perubahan ketatanegaraan seperti: 
1. Tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat 
No. X/1945 yang memberikan kewenangan yang luar biasa 
kepada BP KNIP untuk menjalankan kekuasaan legislatif dan 
menetapkan GBHN. 
xxxii 
 
2. Tanggal 3 Nopember 1945 di keluarkan maklumat pemerintah 
agar rakyat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk 
mendirikan partai politik. Setelah dikeluarkan maklumat tersebut 
secara resmi berdiri 10 partai politik. 
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah 
sistem pemerintahan presidensial menjadi kabinet parlementer 
yang berdasarkan asas-asas demokrasi liberal yang dipimpin oleh 
Perdana Menteri Syahrir. Dalam kabinet ini menteri-menteri 
tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawab kepada 
Presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP. 
b. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1949–1950 (masa 
Konstitusi RIS) 
Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang- 
Undang Dasar 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik 
Indonesia Serikat. Sejak berlakunya konstitusi RIS yang berlaku 
adalah demokrasi liberal dengan sistem parlementer. Pelaksanaan 
demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena bentuk 
negara serikat yang dianut dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan 
bangsa Indonesia oleh karenanya pada tanggal 17 Agustus 1950 kita 
kembali lagi ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. 
xxxiii 
 
c. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950–1959 (masa 
UUDS) 
Pada masa berlakunya UUDS 1950 pemerintah berdasarkan sistem 
parlementer dengan demokrasinya liberal. Pada masa ini bangsa 
Indonesia untuk pertama kalinya menyelenggarakan pemilu untuk 
memilih anggota konstituante dan anggota DPR. Lembaga 
konstituante yang diberi tugas untuk membentuk UUD ternyata tidak 
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini disebabkan oleh 
adanya konflik antar partai dalam tubuh konstituante. Akibat 
macetnya tugas penyusunan UUD, keadaan ketatanegaraan menjadi 
sangat rawan, dan sangat membahayakan kelangsungan hidup 
bangsa Indonesia, maka Presiden mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959 
yang isinya menetapkan: 
1. Pembubaran konstituante. 
2. Berlakunya UUD 1945 tidak berlakunya UUD Sementara Tahun 
1950. 
3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR di tambah 
utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPAS. 
d. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1959–1966 
Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945 
berlaku kembali. Demokrasi yang berlaku adalah demokrasi 
terpimpin dengan sistem pemerintahaan Presidensial, menggantikan 
demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan parlementer. 
xxxiv 
 
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang sesuai dengan sila 
keempat pancasila, yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin 
oleh hikmah kebikjasanaan dalam permusyawaratan perwakilan. 
Akhirnya semua kebijaksanaan yang ditempuh harus bisa 
dikembalikan dengan sila keempat Pancasila. Presiden Soekarno 
mengungkapkan demokrasi terpimpin tersebut tidak bertentangan 
dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa namun identik 
dengan demokrasi pancasila. Namun dalam prakteknya yang 
dimaksud dengan terpimpin adalah dipimpin oleh Presiden, 
sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yaitu 
Presiden. Kekuasaan Presiden sangat dominan, kepemimpinannya 
jauh lebih besar dari pada demokrasinya. Kebijakan-kebijakannya 
seringkali bertentangan dan menyimpang dari ketentuan dalam UUD 
1945. Pada masa ini politik di Indonesia didominasi oleh 
penyimpangan-penyimpangan tersebut pemerintahan tidak berjalan 
sesuai dengan UUD 1945, keadaan politik, keamanan dan ekonomi 
semakin memburuk. PKI memanfaatkan keadaan itu untuk 
melakukan pemberontakan, dengan kegagalan pemberontakan 
tersebut berakhir pelaksanaan demokrasi terpimpin dan berlakunya 
demokrasi Pancasila. 
e. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu 1966–1998 
Pelaksanaan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin telah 
membuat bangsa Indonesia hancur karena telah terjadi 
xxxv 
 
peyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan cita-cita 
Proklamasi, UUD 1945 dan Pancasila. Untuk mewujudkan 
pemerintahan yang demokratis diperlukan adanya keberanian dan 
peran aktif dari lembaga kontrol terhadap penyelengaraan 
pemerintahan sehingga demokrasi dapat berjalan dengan baik. 
Sebaliknya berdasarkan pengalaman sejarah kehidupan berbangsa 
dan bernegara pada kurun waktu tahun 1996 sampai dengan 1998, 
membuktikan bahwa dengan lemahnya kontrol terhadap 
pemerintahan demokratisasi tidak berjalan. Hal ini terjadi karena 
orde baru tidak konsekuen dalam pelaksanaan Pancasila dan UUD 
1945. Di mana kekuasaan Presiden sangat sentralistik mendominasi 
suprastruktur maupun infrastruktur, Pancasila sebagai satu satunya 
asas bagi parpol dan ormas sehingga menimbulkan budaya KKN 
yang memicu terjadinya krisis di seluruh aspek kehidupan bangsa, 
terjadinya ketidakadilan, pelanggaran Hak Asasi Manusia dan 
munculnya gejolak sosial yang mengarah pada gejala disintegrasi 
bangsa. Pada masa ini Pancasila dijadikan sumber tindakan otoriter 
dengan diikuti manipulasi pasal-pasal dalam UUD 1945. Maka dari 
itu rakyat menuntut reformasi untuk mengembalikan Pancasila pada 
fungsi dan kedudukan yang sebenarnya yaitu sebagai dasar negara 
bukan alat untuk memperkokoh kedudukan penguasa. Akhirnya 
lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan tumbangnya orde 
baru pada tanggal 21 Mei 1998. 
xxxvi 
 
f. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1988–sekarang 
Dalam praktek orde baru hanya membawa kebahagiaan semu, 
perekonomian merosot, ekonomi mengarah pada kapitalis dan 
banyak lagi. Puncaknya ditandai dengan hancurnya ekonomi 
nasional. Maka timbul sebagai gerakan masyarakat yang menuntut 
reformasi di segala bidang terutama politik, ekonomi, hukum. Maka 
reformasi saat ini banyak disalah artikan sebagai gerakan masyarakat 
untuk melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas umum, 
dan penganiayaan yang hakikatnya merupakan pelanggaran Hak 
Asasi Manusia. Makna reformasi pada hakikatnya sebagai suatu 
gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal yang menyimpang 
untuk dikembalikan ke bentuk semula dengan nilai-nilai ideal yang 
dicita-citakan rakyat. Gerakan reformasi harus tetap ada diletakkan 
dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan 
mengarah pada disintergasi, anarkisme, brutalisme dan pada 
akhirnya menuju ke arah kehancuran bangsa dan negara indonesia. 
Agar gerakan reformasi berhasil harus memiliki kondisi dan syarat 
tertentu, yaitu: 
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu 
penyimpangan-penyimpangan. 
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita 
yang jelas, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan 
Negara Indonesia. 
xxxvii 
 
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu 
kerangka struktural tertentu, dalam hal ini UUD sebagai kerangka 
acuan reformasi. 
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi 
serta keadaan yang lebih baik. 
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai 
manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya 
persatuan dan kesatuan bangsa. 
Dengan gerakan reformasi tersebut telah terjadi perubahan- 
perubahan dalam bidang politik, adanya pembagian kewenangan 
secara tegas dan legislatif, eksekutif dan yudikatif, peran serta 
masyarakat semakin meningkat dan berkurangnya dominasi 
pemerintah. Demokrasi yang dikembangkan pada masa ini adalah 
demokrasi yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dengan 
penyempurnaan dan perbaikan peraturan-peraturan agar lebih 
demokratis, meningkatkan peran lembaga-lembaga demokrasi dan 
penegakkan supremasi hukum sehingga hukum yang demokratis 
dapat terwujud. Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami 
kemajuan yang pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan 
dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan 
masyarakat dalam berkeyakinan, berbicara, berkumpul, 
mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya 
pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini 
xxxviii 
 
sudah berjalan sempurna. Masih banyak persoalan yang muncul 
terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin 
kebebasan warga negaranya. Seperti meningkatnya angka 
pengangguran, bertambahnya kemacetan di jalan, semakin parahnya 
banjir, dan masalah korupsi. Dalam kehidupan berpolitik di setiap 
negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik namun 
tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang 
diinginkan, karena pada hakikatnya semua sistem politik 
mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing. 
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus-menerus merupakan 
gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Jika suatu 
negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan 
dengan sempurna, maka negara tersebut adalah negara yang sukses 
menjalankan sistem demokrasi. Sebaliknya, jika suatu negara itu 
gagal menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, maka negara 
itu tidak layak disebut sebagai negara demokrasi. Oleh karena itu, 
kita sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem 
pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus 
menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi 
yang sudah ada. Demi tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari 
cita-cita demokrasi yang sesungguhnya akan mengangkat Indonesia 
kedalam suatu perubahan. 
xxxix 
 
2.2.6 Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila 
Landasan formal dari periode republik indonesia III ialah pancasila, 
UUD 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Sedangkan sistem demokrasi 
pancasila menurut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam batang tubuh 
UUD 1945 berdasarkan tujuh sendi pokok sebagai berikut: 
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum 
Negara Indonesia bedasarkan hukum, tidak berdasarkan atas 
kekuasaan belaka. Hal ini mengandung arti bahwa baik pemerintah 
maupun lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan 
apapun harus dilandasi dengan hukum dan tindakannya terhadap 
rakyat harus ada landasan hukumnya. 
b. Indonesia menganut sistem konstitusional 
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan 
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas). 
Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah 
dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh 
ketentuan konstitusi, di samping oleh ketentuan hukum yang lainnya 
yang merupakan pokok konstitusi, seperti TAP MPR dan Undang- 
Undang. 
c. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang 
kekuasan rakyat tertinggi 
Seperti telah disebutkan pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada 
halaman terdahulu, bahwa kekuasaan negara tertinggi ada di tangan 
xl 
 
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian, 
MPR adalah lembaga tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat 
Indonesia. 
d. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di 
bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 
Di bawah MPR, Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara 
tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk 
dan bertanggung jawab kepada majelis. 
e. Pengawas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR 
mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang 
dipegang oleh Presiden dan DPR harus saling bekerjasama dalam 
pembentukan undang-undang termasuk APBN. 
f. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak 
bertanggung jawab terhadap DPR 
Presiden memiliki kewenangan untuk mengangkat dan 
memberhentikan Menteri Negara. Menteri ini tidak bertanggung 
jawab kepada DPR, tetapi kepada Presiden. Berdasarkan hal 
tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kepresidenan. 
g. Kekuasaan negara tidak tak terbatas 
Kepala negara tidak bertanggungjawab kepada DPR, tetapi ia bukan 
diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus 
memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR. 
xli 
 
2.3 Membangun Kehidupan yang Demokratis di Indonesia 
2.3.1 Pentingnya Kehidupan yang Demokratis 
Pada hakikatnya sebuah negara dapat disebut sebagai negara yang 
demokratis, apabila di dalam pemerintahan tersebut rakyat memiliki 
persamaan di depan hukum, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam 
pembuatan keputusan, dan memperoleh pendapatan yang layak karena terjadi 
distribusi pendapatan yang adil, serta memiliki kebebasan yang bertanggung 
jawab. Hal-hal penting yang dibutuhkan suatu negara agar dapat disebut 
sebagai negara demokratis antara lain: 
a. Persamaan kedudukan di muka umum, semua rakyat memiliki 
kedudukan yang sama di depan hukum. Artinya, hukum harus 
dijalankan secara adil dan benar. Hukum tidak boleh pandang bulu. 
Siapa saja yang bersalah dihukum sesuai ketentuan yang berlaku. 
Untuk menciptakan hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat 
penegak hukum yang tegas dan bijaksana, bebas dari pengaruh 
pemerintahan yang berkuasa dan berani menghukum siapa saja yang 
bersalah. 
b. Partisipasi dalam pembuatan keputusan, dalam negara yang 
menganut sistem politik demokrasi, kekuasaan tertinggi berada di 
tangan rakyat dan pemerintah dijalankan berdasarkan kehendak 
rakyat. Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi dan 
pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi yang merupakan 
arah dan pedoman dalam melaksanakan hidup bernegara. Para 
xlii 
 
pembuat kebijakan memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang 
berkembang. Kebijakan yang dikeluarkan harus dapat mewakili 
berbagai keinginan masyarakat yang beragam. 
c. Distribusi pendapat secara adil, dalam negara demokrasi, semua 
bidang dijalankan dengan berdasarkan prinsip keadilan termasuk di 
dalam bidang ekonomi. Semua warga negara berhak memperoleh 
pendapatan yang layak. Pemerintah wajib memberikan bantuan 
kepada fakir dan miskin yang berpendapatan rendah. 
d. Kebebasan yang bertanggung jawab, dalam sebuah negara yang 
demokratis, terdapat empat kebebasan yang sangat penting, yaitu 
kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan 
pendapat, dan kebebasan berkumpul. Empat kebebasan ini 
merupakan Hak Asasi Manusia yang harus dijamin keberadaannya 
oleh negara. Akan tetapi dalam pelaksanaannya mesti bertanggung 
jawab, artinya kebebasan yang dimiliki oleh setiap warga negara 
tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku. 
Dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, seandainya tidak 
ada pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, maka tentu 
saja tidak akan terwujud kebebasan warga negara untuk memilih 
pemimpinnya. Bayangkan pula seandainya warga negara tidak diberi 
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah, 
maka kebijakan yang dibuat pemerintah kecenderungannya akan sewenang– 
wenang, artinya kebijakan tersebut tidak sesuai dengan aspirasi warga negara. 
xliii 
 
2.3.2 Perilaku yang mendukung tegaknya nilai-nilai demokrasi 
Demokrasi tidak mungkin terwujud, jika tidak didukung oleh 
masyarakatnya. Pada dasarnya timbulnya budaya demokrasi disebabkan 
karena rakyat tidak senang adanya tindakan sewenang–wenang baik dari 
pihak penguasa maupun dari rakyat sendiri. 
Perilaku yang dapat mendukung tegaknya demokrasi, antara lain: 
a. Membiasakan diri untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau 
hukum yang berlaku. 
b. Membiasakan diri bertindak demokratis dalam segala hal. 
c. Membiasakan diri menyelesaikan persoalan dengan musyawarah. 
d. Membiasakan diri mengadakan perubahan secara damai tidak 
dengan kekerasan. 
e. Membiasakan diri untuk memilih pemimpin–pemimpin melalui 
cara–cara yang demokratis. 
f. Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam 
musyawarah. 
g. Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik 
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara 
bahkan secara pribadi. 
h. Menuntut hak setelah melaksanakan kewajiban. 
i. Menggunakan kebebasan dengan rasa tanggung jawab. 
j. Mau menghormati hak orang lain dalam menyampaikan pendapat. 
k. Membiasakan diri memberikan kritik yang bersifat membangun. 
xliv 
 
l. Dalam lingkungan keluarga kita tidak memaksakan kehendak 
kepada anggota keluarga yang lain. 
m. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. 
n. Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan. 
o. Mendukung kelancaran proses pemilu. (http://adityawiryatama. 
blogspot.co.id/2014/12/makalah-pkn-dinamika-pelaksanaan.html) 
xlv 
 
BAB III 
PENUTUP 
3.1 Kesimpulan 
Demokrasi secara umum berarti suatu bentuk pemerintahan yang berasal dari 
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, baik secara langsung ataupun perwakilan. 
Sistem demokrasi yang dianut Indonesia saat ini adalah sistem Demokrasi 
Pancasila. Demokrasi Pancasila ialah suatu sistem demokrasi yang berpedoman 
pada paham-paham yang terkandung dalam sila-sila dan nilai-nilai Pancasila. Di 
mana dalam berjalannya demokrasi di Indonesia dalam bentuk apapun harus 
memperhatikan norma-norma yang dimuat dalam Pancasila. 
Asas Demokrasi Pancasila ada pada sila ke empat Pancasila, yaitu Kerakyatan 
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. 
Prinsip Demokrasi Pancasila adalah persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia, 
keseimbangan antara hak dan kewajiban, pelaksanaan kebebasan yang bertanggung 
jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain, 
mewujudkan rasa keadilan sosial, pengambilan keputusan dengan musyawarah 
mufakat, mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan, menjunjung tinggi 
tujuan dan cita-cita nasional. Kemudian unsur-unsur Demokrasi Pancasila adalah 
kedaulatan rakyat, kepentingan umum, sosok negara hukum, pemerintahan yang 
terbatas kekuasaannya, menggunakan lembaga perwakilan, kepala negara adalah 
atas nama rakyat, mengakui hak asasi dan kelembagaan negara didasarkan pada 
pertimbangan yang bersumber pada kedaulatan. 
xlvi 
 
Dalam demokrasi Pancasila Rakyat adalah Subjek demokrasi, yaitu rakyat 
sebagai keseluruhan berhak ikut serta aktif menentukan keinginan-keinginan dan 
juga sebagai pelaksana dari keinginan-keinginan itu. Keinginan rakyat tersebut 
disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan yang ada yang dibentuk melalui 
Pemilihan Umum. Demokrasi Pancasila mengedepankan adanya prinsip 
musyawarah. Dengan bermusyawarah diharapkan dapat memuaskan semua pihak 
yang berbeda pendapat, suatu harapan yang sebenarnya sangat sulit dapat 
diwujudkan dalam praktek berbangsa dan bernegara. 
(http://cakmoul.blogspot.co.id/2013/04/makalah-dinamika-pelaksanaan- 
demokrasi.html) 
3.2 Saran 
Sebagai warga negara Indonesia yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai 
Pancasila, sebaikya kita lebih meningkatkan kesadaran kita untuk menerapkan 
nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pemahaman yang kita 
miliki tidak hanya sebatas prasyarat pengetahuan dan ilmu belaka. Serta sebagai 
negara yang berdemokrasi kita harusnya bisa menghargai pendapat orang lain, 
meningkatkan kedewasaan dalam berpolitik, bertanggung jawab, dan mematuhi 
segala aturan yang ada. Sehingga, Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan 
lebih baik lagi dalam segala hal. 
xlvii 
 
DAFTAR PUSTAKA 
Bakri, Noor Ms. 2009. Pendidikanp Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka 
Pelajar. 
Dewa, Fitrah Ahmad. 2017. Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila. 
http://www. firde7.xyz/2017/08/ppkn-dinamika-penerapan-demokrasi.html 
Diakses pada tanggal 25 Januari 2018 pukul 16.07 Wita. 
Egaluchu. 2008. Tugas Hukum Administrasi Negara. 
https://egaluchu.wordpress.com/2008/11/04/perbandingan-pasal-1-ayat-2- 
sebelum-dan-sesudah-amadem/. Diakses pada tanggal 23 Januari 2018 
pukul 20.29 Wita. 
Kasipahu, Arila. 2016. Makalah Pancasila dan Kewarganegaraan ”Demokrasi 
Indonesia”. 
http://penulisbima.blogspot.co.id/2016/01/makalah-demokrasi- 
indonesia.html. Diakses pada tanggal 26 Januari 2018 pukul 20.00 Wita. 
Lubis, Yusnawan dan Mohamad Sodeli. 2014. Pendidikan Pancasila dan 
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
Mufarokhah, Farkhi. 2013. Makalah Demokrasi. 
http://farkhimufarokhah.blogspot.co.id/2013/01/makalah-demokrasi.html. 
Diakses pada tanggal 23 Januari 2018 pukul 19.47 Wita. 
Multazam, Ahmad. 2013. Makalah Dinamika Pelaksanaan Demokrasi di 
Indonesia. 
http://cakmoul.blogspot.co.id/2013/04/makalah-dinamika-pelaksanaan- 
demokrasi.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2018 pukul 16.58 Wita. 
xlviii 
 
Murny. 2017. Makalah PKN Hakikat Demokrasi dan Penerapan Demokrasi di 
Indonesia. 
https://www.scribd.com/document/363097260/Makalah-PKN-Hakikat- 
Demokrasi-Dan-Penerapan-Demokrasi-Di-Indonesia-Docx. Diakses Pada 
tanggal 23 Januari 2018 pukul 16.05 Wita. 
Pramono, Joko. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta: 
CV.Surya Grafika Mandiri. 
Sandana, Fika. 2016. Dinamika Demokrasi di Indonesia. 
https://www.kompasiana.com/fikasandana/dinamika-demokrasi-di- 
indonesia_ 584a1d9b80afbdff08a9. Diakses pada tanggal 21 Januari 2018 
pukul 20.18 Wita. 
Yuneka, Elsye Stephi, ddk. 2016. Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional. 
Makalah. SMA Negeri 1 Tanjung Selor. 
xlix 
 
LAMPIRAN 
Sumber: www.ramadhan.inilah.com 
Gambar 1. Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia. 
Sumber: www.kabarpolisi.com 
Gambar 2. Presiden dan Wakil Presiden Indonesia ke-7. 

 
Sumber: www.komunitasgurupkn.blogspot.com 
Gambar 3. Demokrasi berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia. 
Sumber: www.arahjuang.com 
Gambar 4. Demokrasi merupakan kekuasaaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk 
rakyat. 
li 
 
Sumber: www.merdeka.com 
Gambar 5. Pemilu sebagai bentuk demokrasi. 
Sumber: www.tribunnews.com 
Gambar 6. Rapat Paripurna seluruh anggota DPR RI. 
lii 

Anda mungkin juga menyukai