MAKALAH
Makalah ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan serta Bahasa Indonesia
Disusun Oleh:
Kelompok Munir
1. Aulitha Meisya (9961)
2. Rians Grace Two M.P. (10038)
3. Sayyid Haidir Husein (10055)
4. Vitrya Lestari P. (9989)
Kelas XI MIPA-1
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1
TANJUNG SELOR
2018
i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila
Nama Kelompok : Munir
1. Aulitha Meisya (9961)
2. Rians Grace Two M.P. (10038)
3. Sayyid Haidir Hussein (10055)
4. Vitrya Lestari P. (9989)
Kelas : XI MIPA-1
Makalah ini diajukan dan disahkan di Tanjung Selor pada ... Maret 2018
Mengesahkan,
Pembimbing Kebahasaan,
Rita Junianti, S.Pd.
Pembimbing Isi Makalah,
Zubair, S.Pd. NIP 19821030 200604 1 004
Pembimbing Pengetikan,
Rachmad Hidayat, S.Sos.
ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus
menanggung perihnya kebodohan”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini, dan kami ucapkan terima kasih
kepada:
1. Pembimbing Isi Makalah, Bapak Zubair, S.Pd., yang telah memberikan tugas
dan membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini;
2. Pembimbing Kebahasaan, Ibu Rita Junianti, S.Pd., yang telah memberikan
tugas dan membantu kami dalam bidang kebahasaan;
3. Pembimbing Pengetikan, Bapak Rachmad Hidayat, S.Sos., yang telah
membantu kami dalam bidang pengetikan makalah;
4. Teman-teman yang telah memberikan bantuan berupa motivasi serta kritik
dan saran sehingga kami dapat memperbaiki banyak hal saat proses
pengerjaan makalah ini.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila” dengan tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Bapak Zubair, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila
dan Kewarganegaraan dan Pembimbing Isi Makalah yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
2. Ibu Rita Junianti, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
dan Pembimbing Kebahasaan yang telah membimbing kebahasaan
dalam makalah ini.
3. Rachmad Hidayat, S.Sos., selaku Pembimbing Pengetikan yang telah
membantu kami dengan memberikan saran serta petunjuk dalam proses
pengetikan makalah hingga makalah ini selesai.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca agar kami
dapat menulis makalah yang lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Tanjung Selor, Januari 2018
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................................... iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 3
1.3 Manfaat Penulisan ............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Demokrasi ............................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Demokrasi ............................................................. 4
2.1.2 Prinsip-prinsip Demokrasi ....................................................... 6
2.1.3 Parameter Demokrasi .............................................................. 7
2.1.4 Sejarah Perkembangan Demokrasi .......................................... 7
2.1.5 Landasan Hukum Demokrasi di Indonesia .............................. 9
2.1.6 Bentuk–bentuk Demokrasi di Indonesia ............................... 10
2.2 Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila ..................................... 14
2.2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila ........................................... 14
2.2.2 Asas Demokrasi Pancasila ..................................................... 14
2.2.3 Aspek-aspek Demokrasi Pancasila ........................................ 15
2.2.4 Prinsip Demokrasi Pancasila ................................................. 16
v
2.2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia .................................... 25
2.2.6 Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila ........................... 32
2.3 Membangun Kehidupan yang Demokratis di Indonesia ................. 35
2.3.1 Pentingnya Kehidupan yang Demokratis .............................. 35
2.3.2 Perilaku yang Mendukung Tegaknya Nilai-nilai
Demokrasi.............................................................................. 37
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 39
3.2 Saran ................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan sistem demokrasi.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia bertujuan untuk kepentingan Bangsa dan
Negara Indonesia, yaitu mewujudkan kepentingan nasional. Semua negara
mengakui bahwa demokrasi sebagai alat ukur dari keabsahan politik. Kehendak
rakyat adalah dasar utama kewenangan pemerintahan menjadi basis tegaknya
sistem politik demokrasi. Demokrasi meletakkan rakyat pada posisi penting, hal ini
karena masih memegang teguh rakyat selaku pemegang kedaulatan.
Demokrasi memiliki arti suatu bentuk pemerintahan yang berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat, baik secara langsung ataupun perwakilan. Demokrasi
berasal dari bahasa Yunani “Demokratia” (kekuasaan rakyat), yang dibentuk dari
kata “Demos” yang berarti rakyat, sedangkan “Kratos” adalah kekuasaan.
Di Indonesia sendiri, demokrasi selalu berubah-ubah seiring bergantinya
undang-undang yang berlaku. Adapun jenis-jenis demokrasi yang pernah
diterapkan di Indonesia, yaitu Demokrasi Parlementer (1950-1959), Demokrasi
Terpimpin (1959-1966), dan Demokrasi Pancasila. Namun, demokrasi yang
diterapkan saat ini masih belum jelas setelah pada masa Presiden Soeharto dikenal
dengan Demokrasi Pancasila. Ir. Soekarno dalam bukunya yang berjudul Di Bawah
Bendera Revolusi pernah mengungkapkan pendapatnya tentang demokrasi bagi
bangsa Indonesia. “Apakah demokrasi itu? demokrasi adalah ‘pemerintahan
rakyat’. Masyarakat bebas berpendapat dan berorganisasi dan rakyat juga memilih
vii
langsung atau memilih sendiri pemimpinnya. Komisi negara dibentuk oleh negara.
Diperbolehkannya jalur independen atau calon perseorangan di luar jalur politik
mencalonkan diri dalam pemilihan kepala daerah (pilkada) turut meramaikan
kehidupan demokrasi di Indonesia. Perkembangan demokrasi turut meningkatkan
partisipasi politik masyarakat. Masyarakat boleh mengorganisasikan diri untuk ikut
serta dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat atau rakyat kembali
merasakan kebebasan sipil dan politiknya. Rakyat menikmati kebebasan
berpendapat serta rakyat menikmati kebebasan berorganisasi. Kebebasan sipil bisa
dinikmati meskipun di sisi lain hak sekelompok masyarakat bisa dihilangkan oleh
kelompok masyarakat lain. Dalam kondisi seperti ini, beberapa kalangan menilai
penerapan demokrasi di Indonesia harus dijiwai dengan ideologi atau dasar negara
RI, yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar atau ideologi negara harus diterapkan
dalam kehidupan berdemokrasi.”
Hal ini juga dapat dilihat pada Alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi “...dalam susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia”. Bahwa Negara Indonesia adalah Negara demokrasi juga
nampak dalam pasal 1 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Kedaulatan berada
ditangan rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar” tetapi bukan
Demokrasi Liberal dan juga bukan Demokrasi Rakyat, melainkan Demokrasi
viii
Pancasila. (http://cakmoul.blogspot.co.id/2013/04/makalah-dinamika-pelaksanaan
-demokrasi.html)
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan menguraikan lebih
dalam mengenai sistem demokrasi yang saat ini dianut bangsa Indonesia, yaitu
sistem demokrasi Pancasila dengan judul Sistem dan Dinamika Demokrasi
Pancasila.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui hakikat demokrasi.
b. Untuk mengetahui dinamika penerapan demokrasi pancasila.
c. Untuk mengetahui cara membangun kehidupan yang demokratis di
Indonesia.
1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Sebagai sumber bacaan dan tambahan bagi semua pihak yang ingin
mengetahui Sistem dan Dinamika Demokrasi Pancasila.
b. Sebagai bahan perbandingan dengan makalah lain yang mengangkat
masalah yang sama.
c. Makalah ini dapat menjadi tambahan referensi di perpustakaan sekolah.
d. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
mengenai bagaimana cara membuat makalah yang baik dan benar.
ix
x
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Demokasi
Hakikat demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial politik. Hal
ini sesuai dengan tiga pilar penegak demokrasi, yaitu pemerintahan dari rakyat
(government of the people), pemerintahan oleh rakyat (government by the people),
dam pemerintahan untuk rakyat (government for the people). Jadi, untuk dikatakan
sebagai negara yang demokratis maka ketiga hal ini harus terpenuhi dalam suatu
negara.
2.1.1 Pengertian Demokrasi
Secara etimologis atau bahasa kata demokrasi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu demos dan kratos. Demos berarti rakyat, dan kratos berarti
kekuasaan. Secara terminologis demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan
negara yang di dalamnya melibatkan rakyat. Sedangkan pengertian
demokrasi menurut para ahli antara lain:
a. Aristoteles; Demokrasi ialah suatu kebebasan atau prinsip
demokrasi ialah kebebasan, karena hanya melalui kebebasanlah
setiap warga negara bisa saling berbagi kekuasaan di dalam
negaranya. Aristoteles pun mengatakan apabila seseorang hidup
tanpa kebebasan dalam memilih cara hidupnya, maka sama saja
seperti budak.
b. Abraham Lincoln; Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang
diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
xi
c. Henry B.Mayo; Demokrasi sebagai sistem politik merupakan
suatu sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum
ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi
secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan
dalam suasana terjaminnya kebebasan politik.
d. Samuel Huntington; Demokrasi yang adil bila para membuat
keputusan terkuat dalam suatu sistem dipilih lewat pemilu yang
jujur, adil, dan berkala serta adanya kebebasan bersaing bagi setiap
calon dalam memperoleh suara.
e. Hans Kelsen; Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan di
mana segala keputusan pemerintah yang penting secara langsung
ataupun tidak didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang
diberikan dengan bebas kepada rakyat dewasa.
f. C.F. Strong; Demokrasi adalah suatu sistem pemerintahan yang
mayoritas anggota dewan dari masyarakat yang turut ikut dalam
politik berdasarkan sistem perwakilan yang menjamin pemerintah
akhirnya dapat mempertanggungjawabkan segala tindakan pada
mayoritas tersebut.
g. International Commission for Jurist; Demokrasi adalah suatu
bentuk pemerintahan di mana hak untuk membuat keputusan-
keputusan politik diselenggarankan oleh warga negara melalui
xii
wakil-wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggung jawab
kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas.
h. Joseph A. Shumpter; Demokrasi merupakan suatu perencanaan
institusional untuk mencapai keputusan politik dimana individu-
individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara
perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
(http://pknhakikatdemokrasi.blogspot.co.id/2015/09/hakikat-
demokrasi.html)
Lalu dalam ilmu politik, dikenal dua macam pemahaman tentang
demokrasi, yaitu pemahaman secara normatif dan pemahaman secara
empirik. Dalam pemahaman secara normatif, demokrasi merupakan sesuatu
yang secara adil hendak dilakukan atau diselenggarakan oleh sebuah negara.
Ungkapan normatif biasanya diterjemahkan dalam konstitusi masing–masing
negara. Misalnya dalam Undang–Undang Dasar 1945 pada Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi: “Kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar.” Kemudian pemahaman secara empirik,
demokrasi dalam perwujudannya dalam kehidupan politik praktis atau dalam
kehidupan politik sehari–hari. Misalnya kedaulatan rakyat diwujudkan
dengan pemilihan umum yang bebas dan persaingan partai politik berjalan
dengan wajar.
xiii
2.1.2 Prinsip-Prinsip Demokrasi
Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi telah
terakomodasi dalam konstitusi, yaitu:
a. Keterlibatan warga negara dalam pembuatan keputusan politik.
b. Tingkat persamaan (kesetaraan) tertentu antara warga negara.
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan
dipakai oleh para warga negara.
d. Penghormatan terhadap supremasi hukum.
Prinsip demokrasi yang didasarkan pada konsep rule of the law, antara
lain sebagai berikut:
a. Tidak adanya kekuasaan yang sewenang-wenang.
b. Kedudukan yang sama dalam hukum.
c. Terjaminnya Hak Asasi Manusia oleh undang-undang.
2.1.3 Parameter Demokrasi
Parameter untuk mengukur demokrasi dapat dilihat dari empat hal,
yaitu:
a. Pembentukan pemerintahan melalui pemilu.
b. Sistem pertanggungjawaban pemerintahan.
c. Pengaturan sisten dan distribusi kekuasaan negara.
2.1.4 Sejarah Perkembangan Demokrasi
Istilah “demokrasi” berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di
Athena kuno pada abad ke-5 SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai
contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan dengan hukum demokrasi
xiv
modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu, dan
definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem “demokrasi” di banyak negara.
Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti
rakyat, dan kratos yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan
sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan
dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah
kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik
suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian
kekuasaan dalam suatu negara (umumnya berdasarkan konsep dan prinsip
trias politika) dengan kekuasaan negara yang diperoleh dari rakyat juga harus
digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Prinsip semacam
trias politika ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-
fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar
ternyata tidak mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab,
bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran
terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain,
misalnya kekuasaan berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri
anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-anggotanya tanpa mempedulikan
aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat. Intinya, setiap
xv
lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga
negara dan mekanisme ini mampu secara operasional (bukan hanya secara
teori) membatasi kekuasaan lembaga negara tersebut.
2.1.5 Landasan Hukum Demokrasi di Indonesia
Landasan hukum yang digunakan mengenai demokrasi di Indonesia,
yaitu:
a. Pembukaan UUD 1945
1. Alinea pertama yang berbunyi “Kemerdekaan ialah hak segala
bangsa.”
2. Alinea kedua yang berbunyi “Mengantarkan rakyat Indonesia
ke depan pintu gerbang kemerdekaan Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.”
3. Alinea ketiga yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur
supaya berkehidupan dan kebangsaan yang bebas.”
4. Alinea keempat yang berbunyi “Melindungi segenap bangsa.”
b. Batang Tubuh UUD 1945
1. Pasal 1 ayat 2, yaitu tentang kedaulatan adalah di tangan rakyat.
2. Pasal 2, yaitu tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat.
3. Pasal 6, yaitu tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
4. Pasal 24 dan Pasal 25, yaitu tentang peradilan yang merdeka.
xvi
5. Pasal 27 ayat 1, yaitu tentang persamaan kedudukan di dalam
hukum.
6. Pasal 28, yaitu tentang kemerdekaan berserikat dan berkumpul.
2.1.6 Bentuk-bentuk Demokrasi yang pernah diterapkan di Indonesia
a. Demokrasi Liberal (1950–1959)
Pertama kali Indonesia menganut sistem demokrasi parlementer,
yang biasa disebut dengan Demokrasi Liberal. Masa demokrasi
liberal membawa dampak yang cukup besar, mempengaruhi
keadaan, situasi dan kondisi politik pada waktu itu. Di Indonesia
demokrasi liberal yang berjalan dari tahun 1950-1959 mengalami
perubahan-perubahan kabinet yang mengakibatkan pemerintahan
menjadi tidak stabil. Pada waktu itu, pemerintah berlandaskan UUD
1950 pengganti konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat) tahun
1949. Daftar kabinet yang ada di Indonesia selama masa demokrasi
liberal, antara lain:
1. Kabinet Natsir (September 1950–Maret 1951)
2. Kabinet Sukiman (April 1951–April 1952)
3. Kabinet Wilopo (April 1952–Juni 1953)
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo 1 (Juli 1953–Agustus 1955)
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955–Maret 1956)
b. Demokrasi Terpimpin (1959–1966)
Demokrasi Terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di
Indonesia, yang seluruh keputusan serta pemikiran berpusat pada
xvii
pemimpinnya saja. Latar belakang dicetuskannya sistem demokrasi
terpimpin oleh Presiden Soekarno, yaitu:
1. Dari segi keamanan: Banyaknya gerakan separatis pada masa
demokrasi liberal, menyebabkan ketidakstabilan di bidang
keamanan.
2. Dari segi perekonomian: Sering terjadinya pergantian kabinet
pada masa demokrasi liberal menyebabkan program-program
yang dirancang oleh kabinet tidak dapat dijalankan secara utuh,
sehingga pembangunan ekonomi tersendat.
3. Dari segi politik: Konstituante gagal dalam menyusun UUD
baru untuk menggantikan UUDS 1950.
4. Masa Demokrasi Terpimpin yang dicetuskan oleh Presiden
Soekarno diawali oleh anjuran beliau agar Undang-Undang
yang digunakan untuk menggantikan UUDS 1950 adalah UUD
1945. Namun usulan it u menimbulkan pro dan kontra di
kalangan anggota konstituante. Sebagai tindak lanjut usulannya,
diadakan voting yang diikuti oleh seluruh anggota konstituante.
Voting ini dilakukan dalam rangka mengatasi konflik yang
timbul dari pro kontra akan usulan Presiden Soekarno tersebut.
Hasil voting menunjukan bahwa 269 orang setuju untuk kembali
ke UUD 1945 dan 119 orang tidak setuju untuk kembali ke UUD
1945.
xviii
Melihat dari hasil voting, usulan untuk kembali ke UUD 1945 tidak
dapat direalisasikan. Hal ini disebabkan oleh jumlah anggota
konstituante yang menyetujui usulan tersebut tidak mencapai 2/3
bagian, seperti yang telah ditetapkan pada pasal 137 UUDS 1950.
Bertolak dari hal tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan sebuah
dekrit yang disebut Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi Dekrit Presiden
5 Juli 1959 yaitu:
1. Tidak berlaku kembali UUDS 1950.
2. Berlakunya kembali UUD 1945.
3. Dibubarkannya Konstituante.
4. Pembentukan MPRS dan DPAS.
c. Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila merupakan demokrasi konstitusional dengan
mekanisme kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan negara dan
penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi, yaitu Undang-
Undang Dasar 1945. Sebagai demokrasi pancasila terikat dengan
UUD 1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
Secara umum ciri-ciri demokrasi pancasila, yaitu:
1. Kedaulatan berada di tangan rakyat.
2. Selalu berdasarkan kekeluargaan dan gotong-royong.
3. Cara pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk
mencapai mufakat.
4. Tidak kenal adanya partai pemerintahan dan partai oposisi.
xix
5. Diakui adanya keselarasan antara hak dan kewajiban.
6. Menghargai hak asasi manusia.
7. Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan
dan disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki
adanya demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua
pihak.
8. Tidak menganut sistem monopartai.
9. Pemilu dilaksanakan secara LUBER.
10. Tidak kenal adanya diktator mayoritas dan tirani minoritas.
11. Mendahulukan kepentingan rakyat atau kepentingan umum.
Ketidaksetujuan terhadap kebijaksanaan pemerintah dinyatakan dan
disalurkan melalui wakil-wakil rakyat. Tidak menghendaki adanya
demonstrasi dan pemogokan karena merugikan semua pihak. Tidak
menganut sistem monopartai, pemilu dilaksanakan secara luber,
mengandung sistem mengambang, tidak kenal adanya diktator
mayoritas dan tirani minoritas, mendahulukan kepentingan rakyat
atau kepentingan umum. Sistem pemerintahan dalam Demokrasi
Pancasila sebagai berikut:
1. Indonesia ialah negara yang berdasarkan hukum.
2. Indonesia menganut sistem konstitusional.
3. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang
kekuasaan negara yang tertinggi.
xx
4. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di
bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
5. Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
6. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara
tidak bertanggung jawab kepada DPR.
7. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.
2.2 Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila
2.2.1 Pengertian Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang pelaksanaannya
mengutamakan asas musyawarah mufakat untuk kepentingan bersama
(seluruh rakyat). Bangsa Indonesia adalah bangsa yang ideologinya terdapat
dalam Pancasila, oleh karena itu setiap sila yang terdapat dalam Pancasila
harus diaplikasikan dalam kehidupan setiap rakyatnya sehari-hari untuk
menunjang kemajuan bangsa kita.
Selain itu, terdapat beberapa ciri khas yang dimiliki Demokrasi
Pancasila, antara lain:
a. Demokrasi pancasila bersifat kekeluargaan dan gotong royong yang
Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Demokrasi pancasila harus menghargai hak hak asasi manusia serta
menjamin hak-hak minoritas.
c. Pengambilan keputusan dalam demokrasi pancasila sedapat
mungkin didasarkan atas musyawarah dan mufakat.
xxi
2.2.2 Asas Demokrasi Pancasila
Asas Demokrasi Pancasila terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Asas kerakyatan, yaitu asas atas kesadaran kecintaan terhadap
rakyat, manunggal dengan nasib dan cita-cita rakyat, serta memiliki
jiwa kerakyatan atau dalam arti menghayati kesadaran senasib dan
secita-cita bersama rakyat.
b. Asas musyawarah untuk mufakat, yaitu asas yang memperhatikan
dan menghargai aspirasi seluruh rakyat yang jumlahnya banyak dan
melalui forum permusyawaratan dalam rangka pembahasan untuk
menyatukan berbagai pendapat yang keluar serta mencapai
mufakat yang dijalani dengan rasa kasih sayang dan pengorbanan
agar mendapat kebahagiaan bersama-sama.
2.2.3 Aspek-aspek Demokrasi Pancasila
Demokrasi Pancasila mengandung 6 aspek, sebagai berikut:
a. Aspek formal, yang mempersoalkan proses dan cara rakyat
menunjuk wakil-wakilnya dalam badan-badan perwakilan dan
pemerintahan serta bagaimana mengatur permusyawaratan wakil-
wakil rakyat secara bebas, terbuka, jujur untuk mencapai konsensus.
b. Aspek material, untuk mengemukakan gambaran manusia dan
mengakui terwujudnya masyarakat manusia Indonesia sesuai
dengan gambaran, harkat dan martabat tersebut.
c. Aspek negara, yang mengungkapkan seperangkat norma atau kaidah
yang membimbing dan membantu dalam pencapaian tujuan.
xxii
d. Aspek optatif, yang mengetengahkan tujuan dan keinginan yang
hendak dicapai.
e. Aspek organisasi, untuk mempersoalkan organisasi sebagai wadah
pelaksanaan Demokrasi Pancasila di mana wadah tersebut harus
cocok dengan tujuan yang hendak dicapai.
f. Aspek kejiwaan, yang menjadi semangat para penyelenggara negara
dan semangat para pemimpin pemerintahan. (http//azizsustiawan.
wordpress.com/2013/11/02/makalah-demokrasi-pancasila/)
Bila dibandingkan sesungguhnya antara demokrasi universal dan
demokrasi pancasila yang berdasarkan UUD 1945, demokrasi Indonesia yang
sering disebut dengan istilah teodemokrasi, yakni demokrasi dalam konteks
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan kata lain, demokrasi universal
adalah demokrasi yang bernuansa sekuler, sedangkan demokrasi Indonesia
adalah demokrasi yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa.
2.2.4 Prinsip Demokrasi Pancasila
Ahmad Sanusi dalam tulisannya berjudul Memberdayakan Masyarakat
dalam Pelaksanaan 10 Pilar Demokrasi, mengutarakan sepuluh pilar yang
menjadi prinsip demokrasi konstitusional Indonesia menurut Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai
berikut:
a. Demokrasi yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa artinya, sistem
serta penyelenggaraan kenegaraan Republik Indonesia harus taat
xxiii
asas, konsisten, atau sesuai dengan nilai-nilai dan kaidah-kaidah
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Demokrasi dengan kecerdasan artinya, demokrasi diselenggarakan
sesuai Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 bukan dengan kekuatan naluri, kekuatan otot, atau kekuatan
massa semata-mata. Pelaksanaan demokrasi justru lebih menuntut
kecerdasan rohaniah, kecerdasan aqliyah, kecerdasan rasional, dan
kecerdasan emosional.
c. Demokrasi yang berkedaulatan rakyat artinya, kekuasaan tertinggi
ada di tangan rakyat. Secara prinsip, rakyatlah yang memiliki atau
memegang kedaulatan itu. Dalam batas-batas tertentu kedaulatan
rakyat dipercayakan kepada wakil-wakil rakyat di MPR (DPR/DPD)
dan DPRD.
d. Demokrasi dengan rule of law. Ada empat makna penting yang
terkandung. Pertama, kekuasaan negara Republik Indonesia harus
mengandung, melindungi, serta mengembangkan kebenaran hukum
(legal truth) bukan demokrasi ugal-ugalan, demokrasi dagelan, atau
demokrasi manipulatif. Kedua, kekuasaan negara memberikan
keadilan hukum (legal justice) bukan demokrasi yang terbatas pada
keadilan formal dan pura-pura. Ketiga, kekuasaan negara menjamin
kepastian hukum (legal security) bukan demokrasi yang
membiarkan kesemrawutan atau anarki. Keempat, kekuasaan negara
mengembangkan manfaat atau kepentingan hukum (legel interest)
xxiv
seperti kedamaian dan pembangunan, bukan demokrasi yang justru
mempopulerkan fitnah dan hujatan atau menciptakan perpecahan,
permusuhan, dan kerusakan.
e. Demokrasi dengan pemisahan kekuasaan negara artinya, demokrasi
dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dengan pembagian dan pemisahan kekuasaan
(division and separation of power), melalui sistem pengawasan dan
perimbangan (check and balances).
f. Demokrasi dengan Hak Asasi Manusia artinya, demokrasi menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
mengakui hak asasi manusia yang tujuannya bukan saja
menghormati hak-hak asasi tersebut, melainkan meningkatkan
martabat dan derajat manusia seutuhnya.
g. Demokrasi dengan pengadilan yang merdeka artinya, demokrasi
menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menghendaki diberlakukannya sistem pengadilan yang
merdeka (independen). Sistem pengadilan yang merdeka memberi
peluang seluas-luasnya kepada semua pihak untuk mencari dan
menemukan hukum seadil-adilnya di muka pengadilan penggugat
dengan pengacaranya, penuntut umum, dan terdakwa dengan
pengacaranya mempunyai hak yang sama mengajukan konsiderans
(pertimbangan), dalil-dalil, fakta-fakta, saksi, dan alat pembuktian.
xxv
h. Demokrasi dengan otonomi daerah artinya, otonomi daerah
merupakan pembatasan terhadap kekuasaan negara khususnya
kekuasaan legislatif dan eksekutif di tingkat pusat serta pembatasan
kekuasaan presiden. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 secara jelas mengatur pembentukan daerah-
daerah otonom pada Provinsi dan Kabupaten/Kota. Melalui
peraturan pemerintah daerah-daerah otonom dibangun dan disiapkan
untuk mengatur dan menyelenggarakan urusan-urusan yang
diserahkan oleh pemerintah pusat sebagai urusan rumah tangganya
sendiri.
i. Demokrasi dengan kemakmuran artinya, demokrasi bukan hanya
soal kebebasan dan hak, bukan hanya soal kewajiban dan tanggung
jawab, bukan pula soal mengorganisasi kedaulatan rakyat atau
pembagian kekuasaan kenegaraan. Artinya, demokrasi bukan hanya
soal kebebasan dan hak, bukan Demokrasi menuntut Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membangun
negara kemakmuran (welfare state) oleh dan untuk sebesar-besarnya
rakyat Indonesia.
j. Demokrasi yang berkeadilan sosial artinya, demokrasi menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menggariskan keadilan sosial di antara berbagai kelompok,
golongan, dan lapisan masyarakat. Tidak ada golongan, lapisan,
kelompok, satuan, atau organisasi yang menjadi anak emas, dengan
xxvi
berbagai keistimewaan atau hak-hak khusus. (http://www/academia.
edu/17005011/Pengertian_Hakikat_Dan_prinsip_Demokrasi)
Demokrasi Pancasila mengandung nilai-nilai luhur yang dapat
diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Adapun nilai-nilai Demokrasi Pancasila dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Kebebasan berkelompok dan menyatakan pendapat
Kebebasan berkelompok dan menyatakan pendapat merupakan hak
warga negara yang dijamin dengan undang-undang dalam sebuah
sistem politik demokratis. Kebebasan berkumpul dan mengeluarkan
pendapat dijamin dalam pasal 28E ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berbunyi “Setiap orang
berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan
pendapat”. Berserikat, berkumpul, dan berpendapat merupakan
wujud pelaksanaan kedaulatnya rakyat. Pemerintah harus
mendengarkan pendapat-pendapat rakyat sebagai pertimbangan
dalam membuat kebijakan-kebijakan publik. Hak menyampaikan
pendapat dijamin oleh pemerintah untuk melindungi warga
negaranya yang merasa dirugikan oleh tindakan pemerintah atau
unsur swasta. Kebebasan berkelompok merupakan nilai dasar
demokrasi. Negara menjamin kebebasan warga negara untuk
berkelompok, termasuk membentuk partai baru maupun mendukung
partai apapun. Tidak ada lagi keharusan mengikuti ajakan dan
intimidasi pemerintah. Tidak ada lagi ketakutan menyatakan
xxvii
afiliasinya ke dalam partai, selain partai penguasa/pemerintah.
Demokrasi memberi alternatif yang lebih banyak dan lebih sehat
bagi warga negara. Melalui kelompok yang dibentuk warga negara
dapat berperan aktif dalam memengaruhi pembuatan kebijakan
publik dan mengawal jalannya pemerintahan.
b. Kebebasan berpartisipasi
Kebebasan berpartisipasi sesungguhnya merupakan gabungan dari
kebebasan berpendapat dan berkelompok. Ada empat bentuk
partisipasi politik. Pertama, pemberian suara dalam pemilihan
umum, baik pemilihan anggota legislatif maupun pemilihan
presiden. Di negara-negara demokrasi pemberian suara sering
dipersepsikan sebagai wujud kebebasan berpartisipasi politik paling
utama. Pada umumnya negara demokrasi yang baru berkembang
senantiasa mengharapkan jumlah pemilih atau partisipan dalam
pemberian suara dapat mencapai suara sebanyak-banyaknya. Kedua,
hubungan dengan pejabat pemerintah. Bentuk partisipasi ini belum
berkembang luas di negara demokrasi baru. Kontak langsung dengan
pejabat pemerintah ini akan dibutuhkan karena kegiatan pemberian
suara secara reguler (pemilihan anggota DPR/Presiden) tidak akan
memberikan kepuasan bagi masyarakat. Persoalan dalam
masyarakat akan berkembang lebih cepat dibanding kemampuan
eksekutif dan legislatif menangani persoalan-persoalan tersebut.
Oleh karena itu, budaya kontak langsung dengan pejabat pemerintah
xxviii
sangat penting untuk membantu masyarakat mencari solusi atas
persoalan kehidupan yang semakin kompleks. Ketiga, melakukan
protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah. Pernyataan
protes terhadap kebijakan kenaikan harga tarif listrik, tarif telepon,
dan harga bahan bakar minyak adalah bagian dari proses demokrasi.
Aksi tersebut diarahkan untuk memperbaiki kebijakan pemerintahan
atau swasta, dan tidak untuk menciptakan gangguan bagi kehidupan
publik. Keempat, mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik
mulai dari pemilihan Lurah, Bupati, Walikota, Gubernur, anggota
DPR, hingga Presiden sesuai sistem pemilihan yang berlaku. Bentuk
partisipasi ini sangat diperlukan dalam pengembangan nilai-nilai
demokrasi. Para calon diharapkan bertanggung jawab sepenuhnya
atas jabatan yang disandangnya bila kelak terpilih, termasuk akan
menanggung risiko bila terlibat dalam korupsi dan bentuk-bentuk
penyimpangan etika pemerintahan lainnya.
c. Kesetaraan antarwarga
Kesetaraan merupakan salah satu nilai fundamental yang diperlukan
bagi pengembangan demokrasi di Indonesia. Kesetaraan diartikan
sebagai adanya kesempatan sama bagi setiap warga negara.
Kesetaraan memberi tempat bagi setiap warga negara tanpa
membedakan etnik, bahasa daerah, maupun agama. Nilai ini
diperlukan bagi masyarakat heterogen seperti Indonesia. Negara
merupakan negara multietnik, multibahasa, multidaerah, dan
xxix
multiagama. Keragaman tersebut menuntut jaminan kesetaraan
antarwarga agar tidak terjadi konflik dalam masyarakat.
d. Kesetaraan gender
Kesetaraan gender adalah sebuah keniscayaan demokrasi,
kedudukan laki-laki dan perempuan memiliki hak sama di depan
hukum karena laki-laki dan perempuan memiliki kodrat yang sama
sebagai makhluk sosial. Laki-laki maupun perempuan sama-sama
memiliki akses dalam politik, sosial, dan ekonomi. Demokrasi tanpa
kesetaraan gender akan berdampak pada ketidakadilan sosial. Oleh
karena itu, baik laki-laki maupun perempuan harus diperlakukan
sesuai hak dan kewajibannya dalam kehidupan demokrasi.
e. Kedaulatan rakyat
Dalam negara demokrasi, rakyat memiliki kedaulatan. Rakyat
berdaulat dalam menentukan pemerintahan. Warga negara sebagai
bagian dari rakyat memiliki kedaulatan dalam pemilihan yang
berujung pada pembentukan pemerintahan. Pemerintah dengan
sendirinya berasal dari rakyat dan bertanggung jawab kepada rakyat.
Oleh karena itu, pemerintah wajib mengembalikan yang
diperolehnya kepada rakyat. Kedaulatan hanya dapat ditegakkan bila
para politisi menyadari asal usul dirinya dan menunjukkan tanggung
jawabnya sebagai wakil rakyat.
xxx
f. Rasa percaya
Rasa saling percaya antarkelompok masyarakat merupakan nilai
dasar lain pembentuk demokrasi. Sebuah pemerintahan demokrasi
akan sulit berkembang bila rasa saling percaya satu sama lain tidak
tumbuh. Tanpa rasa percaya sebuah pemerintahan akan dipenuhi
rasa ketakutan, kecurigaan, kekhawatiran, dan permusuhan.
Akibatnya, hubungan antar kelompok masyarakat akan terganggu.
Rasa percaya sangat diperlukan untuk menghadapi persoalan bangsa
agar tetap tercipta persatuan dan kesatuan.
g. Kerja sama
Kerja sama diperlukan untuk mengatasi persoalan dalam
masyarakat. Kerja sama hanya mungkin terjadi jika setiap orang atau
kelompok bersedia mengorbankan sebagian dari yang
diusahakannya. Kerja sama bukan berarti menutup munculnya
perbedaan pendapat antarindividu dan antarkelompok. Tanpa
perbedaan pendapat, demokrasi tidak mungkin berkembang.
Perbedaan pendapat mendorong persaingan antarkelompok untuk
mencapai tujuan yang lebih baik. Kerja sama saja tidak cukup untuk
membangun masyarakat terbuka. Diperlukan kompetisi sebagai
pendorong bagi kelompok untuk meningkatkan kualitasnya.
Kompetisi menuju sesuatu yang lebih berkualitas sangat diperlukan,
sementara kerja sama diperlukan bagi kelompok-kelompok untuk
menopang upaya persaingan dengan kelompok lain. Kompetisi,
xxxi
kompromi, dan kerja sama merupakan nilai-nilai yang mampu
mendorong terwujudnya demokrasi. (http://andivantastic.blogspot.
co.id/2015/08/hakikat-demokrasi-pilar-pilar-demokrasi.html)
2.2.5 Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Penerapan demokrasi di Indonesia berbeda dengan demokrasi yang
dipraktikkan di negara-negara lain di dunia. Hal tersebut dikarenakan sejarah
pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia berbeda. Perbedaan
tersebut juga disebabkan karena perbedaan tata nilai sosial budaya yang
dianutnya, yaitu Pancasila, maka demokrasi yang diterapkan dinamakan
demokrasi pancasila.
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia pun mengalami pasang surut
sejalan dengan sejarah ketatanegaraan Indonesia yang berubah pula dari sejak
kita merdeka pada tahun 1945 sampai sekarang.
a. Pelaksanaan demokrasi masa 1945–1949 (masa Undang-Undang
Dasar 1945 kurun waktu yang pertama)
Sebagai negara yang baru merdeka Indonesia menghadapi berbagai
rongrongan. Mempertahankan kemerdekaan. Oleh karna itu kita
dapat memahami terjadinya perubahan ketatanegaraan seperti:
1. Tanggal 16 Oktober 1945 pemerintah mengeluarkan maklumat
No. X/1945 yang memberikan kewenangan yang luar biasa
kepada BP KNIP untuk menjalankan kekuasaan legislatif dan
menetapkan GBHN.
xxxii
2. Tanggal 3 Nopember 1945 di keluarkan maklumat pemerintah
agar rakyat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
mendirikan partai politik. Setelah dikeluarkan maklumat tersebut
secara resmi berdiri 10 partai politik.
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 yang merubah
sistem pemerintahan presidensial menjadi kabinet parlementer
yang berdasarkan asas-asas demokrasi liberal yang dipimpin oleh
Perdana Menteri Syahrir. Dalam kabinet ini menteri-menteri
tidak lagi menjadi pembantu dan bertanggung jawab kepada
Presiden tetapi bertanggung jawab kepada KNIP.
b. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1949–1950 (masa
Konstitusi RIS)
Pada masa ini telah terjadi perubahan konstitusi dari Undang-
Undang Dasar 1945 menjadi Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Serikat. Sejak berlakunya konstitusi RIS yang berlaku
adalah demokrasi liberal dengan sistem parlementer. Pelaksanaan
demokrasi pada masa ini tidak berlangsung lama karena bentuk
negara serikat yang dianut dalam konstitusi RIS tidak cocok dengan
bangsa Indonesia oleh karenanya pada tanggal 17 Agustus 1950 kita
kembali lagi ke bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia.
xxxiii
c. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1950–1959 (masa
UUDS)
Pada masa berlakunya UUDS 1950 pemerintah berdasarkan sistem
parlementer dengan demokrasinya liberal. Pada masa ini bangsa
Indonesia untuk pertama kalinya menyelenggarakan pemilu untuk
memilih anggota konstituante dan anggota DPR. Lembaga
konstituante yang diberi tugas untuk membentuk UUD ternyata tidak
dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, hal ini disebabkan oleh
adanya konflik antar partai dalam tubuh konstituante. Akibat
macetnya tugas penyusunan UUD, keadaan ketatanegaraan menjadi
sangat rawan, dan sangat membahayakan kelangsungan hidup
bangsa Indonesia, maka Presiden mengeluarkan dekrit 5 Juli 1959
yang isinya menetapkan:
1. Pembubaran konstituante.
2. Berlakunya UUD 1945 tidak berlakunya UUD Sementara Tahun
1950.
3. Pembentukan MPRS yang terdiri atas anggota DPR di tambah
utusan daerah dan golongan serta pembentukan DPAS.
d. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1959–1966
Melalui Dekrit Presiden 5 Juli 1959 Undang-Undang Dasar 1945
berlaku kembali. Demokrasi yang berlaku adalah demokrasi
terpimpin dengan sistem pemerintahaan Presidensial, menggantikan
demokrasi liberal dengan sistem pemerintahan parlementer.
xxxiv
Demokrasi terpimpin adalah demokrasi yang sesuai dengan sila
keempat pancasila, yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin
oleh hikmah kebikjasanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Akhirnya semua kebijaksanaan yang ditempuh harus bisa
dikembalikan dengan sila keempat Pancasila. Presiden Soekarno
mengungkapkan demokrasi terpimpin tersebut tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD 1945 serta budaya bangsa namun identik
dengan demokrasi pancasila. Namun dalam prakteknya yang
dimaksud dengan terpimpin adalah dipimpin oleh Presiden,
sehingga terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yaitu
Presiden. Kekuasaan Presiden sangat dominan, kepemimpinannya
jauh lebih besar dari pada demokrasinya. Kebijakan-kebijakannya
seringkali bertentangan dan menyimpang dari ketentuan dalam UUD
1945. Pada masa ini politik di Indonesia didominasi oleh
penyimpangan-penyimpangan tersebut pemerintahan tidak berjalan
sesuai dengan UUD 1945, keadaan politik, keamanan dan ekonomi
semakin memburuk. PKI memanfaatkan keadaan itu untuk
melakukan pemberontakan, dengan kegagalan pemberontakan
tersebut berakhir pelaksanaan demokrasi terpimpin dan berlakunya
demokrasi Pancasila.
e. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu 1966–1998
Pelaksanaan demokrasi liberal dan demokrasi terpimpin telah
membuat bangsa Indonesia hancur karena telah terjadi
xxxv
peyimpangan-penyimpangan yang tidak sesuai dengan cita-cita
Proklamasi, UUD 1945 dan Pancasila. Untuk mewujudkan
pemerintahan yang demokratis diperlukan adanya keberanian dan
peran aktif dari lembaga kontrol terhadap penyelengaraan
pemerintahan sehingga demokrasi dapat berjalan dengan baik.
Sebaliknya berdasarkan pengalaman sejarah kehidupan berbangsa
dan bernegara pada kurun waktu tahun 1996 sampai dengan 1998,
membuktikan bahwa dengan lemahnya kontrol terhadap
pemerintahan demokratisasi tidak berjalan. Hal ini terjadi karena
orde baru tidak konsekuen dalam pelaksanaan Pancasila dan UUD
1945. Di mana kekuasaan Presiden sangat sentralistik mendominasi
suprastruktur maupun infrastruktur, Pancasila sebagai satu satunya
asas bagi parpol dan ormas sehingga menimbulkan budaya KKN
yang memicu terjadinya krisis di seluruh aspek kehidupan bangsa,
terjadinya ketidakadilan, pelanggaran Hak Asasi Manusia dan
munculnya gejolak sosial yang mengarah pada gejala disintegrasi
bangsa. Pada masa ini Pancasila dijadikan sumber tindakan otoriter
dengan diikuti manipulasi pasal-pasal dalam UUD 1945. Maka dari
itu rakyat menuntut reformasi untuk mengembalikan Pancasila pada
fungsi dan kedudukan yang sebenarnya yaitu sebagai dasar negara
bukan alat untuk memperkokoh kedudukan penguasa. Akhirnya
lahirlah gerakan reformasi yang ditandai dengan tumbangnya orde
baru pada tanggal 21 Mei 1998.
xxxvi
f. Pelaksanaan demokrasi kurun waktu tahun 1988–sekarang
Dalam praktek orde baru hanya membawa kebahagiaan semu,
perekonomian merosot, ekonomi mengarah pada kapitalis dan
banyak lagi. Puncaknya ditandai dengan hancurnya ekonomi
nasional. Maka timbul sebagai gerakan masyarakat yang menuntut
reformasi di segala bidang terutama politik, ekonomi, hukum. Maka
reformasi saat ini banyak disalah artikan sebagai gerakan masyarakat
untuk melakukan pemaksaan kehendak, merusak fasilitas umum,
dan penganiayaan yang hakikatnya merupakan pelanggaran Hak
Asasi Manusia. Makna reformasi pada hakikatnya sebagai suatu
gerakan untuk menata ulang terhadap hal-hal yang menyimpang
untuk dikembalikan ke bentuk semula dengan nilai-nilai ideal yang
dicita-citakan rakyat. Gerakan reformasi harus tetap ada diletakkan
dalam kerangka perspektif pancasila sebagai landasan cita-cita dan
mengarah pada disintergasi, anarkisme, brutalisme dan pada
akhirnya menuju ke arah kehancuran bangsa dan negara indonesia.
Agar gerakan reformasi berhasil harus memiliki kondisi dan syarat
tertentu, yaitu:
1. Suatu gerakan reformasi dilakukan karena adanya suatu
penyimpangan-penyimpangan.
2. Suatu gerakan reformasi dilakukan harus dengan suatu cita-cita
yang jelas, dalam hal ini Pancasila sebagai ideologi Bangsa dan
Negara Indonesia.
xxxvii
3. Suatu gerakan reformasi dilakukan dengan berdasar pada suatu
kerangka struktural tertentu, dalam hal ini UUD sebagai kerangka
acuan reformasi.
4. Reformasi dilakukan ke arah suatu perubahan ke arah kondisi
serta keadaan yang lebih baik.
5. Reformasi dilakukan dengan suatu dasar moral dan etik sebagai
manusia yang Berketuhanan Yang Maha Esa serta terjaminnya
persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan gerakan reformasi tersebut telah terjadi perubahan-
perubahan dalam bidang politik, adanya pembagian kewenangan
secara tegas dan legislatif, eksekutif dan yudikatif, peran serta
masyarakat semakin meningkat dan berkurangnya dominasi
pemerintah. Demokrasi yang dikembangkan pada masa ini adalah
demokrasi yang berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dengan
penyempurnaan dan perbaikan peraturan-peraturan agar lebih
demokratis, meningkatkan peran lembaga-lembaga demokrasi dan
penegakkan supremasi hukum sehingga hukum yang demokratis
dapat terwujud. Demokrasi di negara Indonesia sudah mengalami
kemajuan yang pesat. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
dibebaskan menyelenggarakan kebebasan pers, kebebasan
masyarakat dalam berkeyakinan, berbicara, berkumpul,
mengeluarkan pendapat, mengkritik bahkan mengawasi jalannya
pemerintahan. Tapi bukan berarti demokrasi di Indonesia saat ini
xxxviii
sudah berjalan sempurna. Masih banyak persoalan yang muncul
terhadap pemerintah yang belum sepenuhnya bisa menjamin
kebebasan warga negaranya. Seperti meningkatnya angka
pengangguran, bertambahnya kemacetan di jalan, semakin parahnya
banjir, dan masalah korupsi. Dalam kehidupan berpolitik di setiap
negara yang kerap selalu menikmati kebebasan berpolitik namun
tidak semua kebebasan berpolitik berjalan sesuai dengan yang
diinginkan, karena pada hakikatnya semua sistem politik
mempunyai kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Demokrasi adalah sebuah proses yang terus-menerus merupakan
gagasan dinamis yang terkait erat dengan perubahan. Jika suatu
negara mampu menerapkan kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan
dengan sempurna, maka negara tersebut adalah negara yang sukses
menjalankan sistem demokrasi. Sebaliknya, jika suatu negara itu
gagal menggunakan sistem pemerintahan demokrasi, maka negara
itu tidak layak disebut sebagai negara demokrasi. Oleh karena itu,
kita sebagai warga negara Indonesia yang menganut sistem
pemerintahan yang demokrasi, kita sudah sepatutnya untuk terus
menjaga, memperbaiki, dan melengkapi kualitas-kualitas demokrasi
yang sudah ada. Demi tercapainya suatu kesejahteraan, tujuan dari
cita-cita demokrasi yang sesungguhnya akan mengangkat Indonesia
kedalam suatu perubahan.
xxxix
2.2.6 Sistem Pemerintahan Demokrasi Pancasila
Landasan formal dari periode republik indonesia III ialah pancasila,
UUD 1945 serta ketetapan-ketetapan MPRS. Sedangkan sistem demokrasi
pancasila menurut prinsip-prinsip yang terkandung di dalam batang tubuh
UUD 1945 berdasarkan tujuh sendi pokok sebagai berikut:
a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum
Negara Indonesia bedasarkan hukum, tidak berdasarkan atas
kekuasaan belaka. Hal ini mengandung arti bahwa baik pemerintah
maupun lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan
apapun harus dilandasi dengan hukum dan tindakannya terhadap
rakyat harus ada landasan hukumnya.
b. Indonesia menganut sistem konstitusional
Pemerintah berdasarkan sistem konstitusional (hukum dasar) dan
tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang mutlak tidak terbatas).
Sistem konstitusional ini lebih menegaskan bahwa pemerintah
dalam melaksanakan tugasnya dikendalikan atau dibatasi oleh
ketentuan konstitusi, di samping oleh ketentuan hukum yang lainnya
yang merupakan pokok konstitusi, seperti TAP MPR dan Undang-
Undang.
c. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) sebagai pemegang
kekuasan rakyat tertinggi
Seperti telah disebutkan pada pasal 1 ayat 2 UUD 1945 pada
halaman terdahulu, bahwa kekuasaan negara tertinggi ada di tangan
xl
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Dengan demikian,
MPR adalah lembaga tertinggi sebagai penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia.
d. Presiden adalah penyelenggaraan pemerintah yang tertinggi di
bawah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Di bawah MPR, Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara
tertinggi. Presiden selain diangkat oleh majelis juga harus tunduk
dan bertanggung jawab kepada majelis.
e. Pengawas Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tetapi DPR
mengawasi pelaksanaan mandat (kekuasaan pemerintah) yang
dipegang oleh Presiden dan DPR harus saling bekerjasama dalam
pembentukan undang-undang termasuk APBN.
f. Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak
bertanggung jawab terhadap DPR
Presiden memiliki kewenangan untuk mengangkat dan
memberhentikan Menteri Negara. Menteri ini tidak bertanggung
jawab kepada DPR, tetapi kepada Presiden. Berdasarkan hal
tersebut, berarti sistem kabinet kita adalah kepresidenan.
g. Kekuasaan negara tidak tak terbatas
Kepala negara tidak bertanggungjawab kepada DPR, tetapi ia bukan
diktator, artinya kekuasaan tidak tak terbatas. Ia harus
memperhatikan sungguh-sungguh suara DPR.
xli
2.3 Membangun Kehidupan yang Demokratis di Indonesia
2.3.1 Pentingnya Kehidupan yang Demokratis
Pada hakikatnya sebuah negara dapat disebut sebagai negara yang
demokratis, apabila di dalam pemerintahan tersebut rakyat memiliki
persamaan di depan hukum, memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam
pembuatan keputusan, dan memperoleh pendapatan yang layak karena terjadi
distribusi pendapatan yang adil, serta memiliki kebebasan yang bertanggung
jawab. Hal-hal penting yang dibutuhkan suatu negara agar dapat disebut
sebagai negara demokratis antara lain:
a. Persamaan kedudukan di muka umum, semua rakyat memiliki
kedudukan yang sama di depan hukum. Artinya, hukum harus
dijalankan secara adil dan benar. Hukum tidak boleh pandang bulu.
Siapa saja yang bersalah dihukum sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk menciptakan hal itu harus ditunjang dengan adanya aparat
penegak hukum yang tegas dan bijaksana, bebas dari pengaruh
pemerintahan yang berkuasa dan berani menghukum siapa saja yang
bersalah.
b. Partisipasi dalam pembuatan keputusan, dalam negara yang
menganut sistem politik demokrasi, kekuasaan tertinggi berada di
tangan rakyat dan pemerintah dijalankan berdasarkan kehendak
rakyat. Aspirasi dan kemauan rakyat harus dipenuhi dan
pemerintahan dijalankan berdasarkan konstitusi yang merupakan
arah dan pedoman dalam melaksanakan hidup bernegara. Para
xlii
pembuat kebijakan memperhatikan seluruh aspirasi rakyat yang
berkembang. Kebijakan yang dikeluarkan harus dapat mewakili
berbagai keinginan masyarakat yang beragam.
c. Distribusi pendapat secara adil, dalam negara demokrasi, semua
bidang dijalankan dengan berdasarkan prinsip keadilan termasuk di
dalam bidang ekonomi. Semua warga negara berhak memperoleh
pendapatan yang layak. Pemerintah wajib memberikan bantuan
kepada fakir dan miskin yang berpendapatan rendah.
d. Kebebasan yang bertanggung jawab, dalam sebuah negara yang
demokratis, terdapat empat kebebasan yang sangat penting, yaitu
kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan
pendapat, dan kebebasan berkumpul. Empat kebebasan ini
merupakan Hak Asasi Manusia yang harus dijamin keberadaannya
oleh negara. Akan tetapi dalam pelaksanaannya mesti bertanggung
jawab, artinya kebebasan yang dimiliki oleh setiap warga negara
tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku.
Dalam lingkup kehidupan berbangsa dan bernegara, seandainya tidak
ada pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, maka tentu
saja tidak akan terwujud kebebasan warga negara untuk memilih
pemimpinnya. Bayangkan pula seandainya warga negara tidak diberi
kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan pemerintah,
maka kebijakan yang dibuat pemerintah kecenderungannya akan sewenang–
wenang, artinya kebijakan tersebut tidak sesuai dengan aspirasi warga negara.
xliii
2.3.2 Perilaku yang mendukung tegaknya nilai-nilai demokrasi
Demokrasi tidak mungkin terwujud, jika tidak didukung oleh
masyarakatnya. Pada dasarnya timbulnya budaya demokrasi disebabkan
karena rakyat tidak senang adanya tindakan sewenang–wenang baik dari
pihak penguasa maupun dari rakyat sendiri.
Perilaku yang dapat mendukung tegaknya demokrasi, antara lain:
a. Membiasakan diri untuk berbuat sesuai dengan aturan main atau
hukum yang berlaku.
b. Membiasakan diri bertindak demokratis dalam segala hal.
c. Membiasakan diri menyelesaikan persoalan dengan musyawarah.
d. Membiasakan diri mengadakan perubahan secara damai tidak
dengan kekerasan.
e. Membiasakan diri untuk memilih pemimpin–pemimpin melalui
cara–cara yang demokratis.
f. Selalu menggunakan akal sehat dan hati nurani luhur dalam
musyawarah.
g. Selalu mempertanggungjawabkan hasil keputusan musyawarah baik
kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat, bangsa dan negara
bahkan secara pribadi.
h. Menuntut hak setelah melaksanakan kewajiban.
i. Menggunakan kebebasan dengan rasa tanggung jawab.
j. Mau menghormati hak orang lain dalam menyampaikan pendapat.
k. Membiasakan diri memberikan kritik yang bersifat membangun.
xliv
l. Dalam lingkungan keluarga kita tidak memaksakan kehendak
kepada anggota keluarga yang lain.
m. Aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
n. Ikut serta dalam kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan.
o. Mendukung kelancaran proses pemilu. (http://adityawiryatama.
blogspot.co.id/2014/12/makalah-pkn-dinamika-pelaksanaan.html)
xlv
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi secara umum berarti suatu bentuk pemerintahan yang berasal dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat, baik secara langsung ataupun perwakilan.
Sistem demokrasi yang dianut Indonesia saat ini adalah sistem Demokrasi
Pancasila. Demokrasi Pancasila ialah suatu sistem demokrasi yang berpedoman
pada paham-paham yang terkandung dalam sila-sila dan nilai-nilai Pancasila. Di
mana dalam berjalannya demokrasi di Indonesia dalam bentuk apapun harus
memperhatikan norma-norma yang dimuat dalam Pancasila.
Asas Demokrasi Pancasila ada pada sila ke empat Pancasila, yaitu Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Prinsip Demokrasi Pancasila adalah persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia,
keseimbangan antara hak dan kewajiban, pelaksanaan kebebasan yang bertanggung
jawab secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, dan orang lain,
mewujudkan rasa keadilan sosial, pengambilan keputusan dengan musyawarah
mufakat, mengutamakan persatuan nasional dan kekeluargaan, menjunjung tinggi
tujuan dan cita-cita nasional. Kemudian unsur-unsur Demokrasi Pancasila adalah
kedaulatan rakyat, kepentingan umum, sosok negara hukum, pemerintahan yang
terbatas kekuasaannya, menggunakan lembaga perwakilan, kepala negara adalah
atas nama rakyat, mengakui hak asasi dan kelembagaan negara didasarkan pada
pertimbangan yang bersumber pada kedaulatan.
xlvi
Dalam demokrasi Pancasila Rakyat adalah Subjek demokrasi, yaitu rakyat
sebagai keseluruhan berhak ikut serta aktif menentukan keinginan-keinginan dan
juga sebagai pelaksana dari keinginan-keinginan itu. Keinginan rakyat tersebut
disalurkan melalui lembaga-lembaga perwakilan yang ada yang dibentuk melalui
Pemilihan Umum. Demokrasi Pancasila mengedepankan adanya prinsip
musyawarah. Dengan bermusyawarah diharapkan dapat memuaskan semua pihak
yang berbeda pendapat, suatu harapan yang sebenarnya sangat sulit dapat
diwujudkan dalam praktek berbangsa dan bernegara.
(http://cakmoul.blogspot.co.id/2013/04/makalah-dinamika-pelaksanaan-
demokrasi.html)
3.2 Saran
Sebagai warga negara Indonesia yang selalu berpegang teguh pada nilai-nilai
Pancasila, sebaikya kita lebih meningkatkan kesadaran kita untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, sehingga pemahaman yang kita
miliki tidak hanya sebatas prasyarat pengetahuan dan ilmu belaka. Serta sebagai
negara yang berdemokrasi kita harusnya bisa menghargai pendapat orang lain,
meningkatkan kedewasaan dalam berpolitik, bertanggung jawab, dan mematuhi
segala aturan yang ada. Sehingga, Indonesia dapat menjadi negara yang maju dan
lebih baik lagi dalam segala hal.
xlvii
DAFTAR PUSTAKA
Bakri, Noor Ms. 2009. Pendidikanp Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Dewa, Fitrah Ahmad. 2017. Dinamika Penerapan Demokrasi Pancasila.
http://www. firde7.xyz/2017/08/ppkn-dinamika-penerapan-demokrasi.html
Diakses pada tanggal 25 Januari 2018 pukul 16.07 Wita.
Egaluchu. 2008. Tugas Hukum Administrasi Negara.
https://egaluchu.wordpress.com/2008/11/04/perbandingan-pasal-1-ayat-2-
sebelum-dan-sesudah-amadem/. Diakses pada tanggal 23 Januari 2018
pukul 20.29 Wita.
Kasipahu, Arila. 2016. Makalah Pancasila dan Kewarganegaraan ”Demokrasi
Indonesia”.
http://penulisbima.blogspot.co.id/2016/01/makalah-demokrasi-
indonesia.html. Diakses pada tanggal 26 Januari 2018 pukul 20.00 Wita.
Lubis, Yusnawan dan Mohamad Sodeli. 2014. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Mufarokhah, Farkhi. 2013. Makalah Demokrasi.
http://farkhimufarokhah.blogspot.co.id/2013/01/makalah-demokrasi.html.
Diakses pada tanggal 23 Januari 2018 pukul 19.47 Wita.
Multazam, Ahmad. 2013. Makalah Dinamika Pelaksanaan Demokrasi di
Indonesia.
http://cakmoul.blogspot.co.id/2013/04/makalah-dinamika-pelaksanaan-
demokrasi.html. Diakses pada tanggal 25 Januari 2018 pukul 16.58 Wita.
xlviii
Murny. 2017. Makalah PKN Hakikat Demokrasi dan Penerapan Demokrasi di
Indonesia.
https://www.scribd.com/document/363097260/Makalah-PKN-Hakikat-
Demokrasi-Dan-Penerapan-Demokrasi-Di-Indonesia-Docx. Diakses Pada
tanggal 23 Januari 2018 pukul 16.05 Wita.
Pramono, Joko. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
CV.Surya Grafika Mandiri.
Sandana, Fika. 2016. Dinamika Demokrasi di Indonesia.
https://www.kompasiana.com/fikasandana/dinamika-demokrasi-di-
indonesia_ 584a1d9b80afbdff08a9. Diakses pada tanggal 21 Januari 2018
pukul 20.18 Wita.
Yuneka, Elsye Stephi, ddk. 2016. Peran Indonesia dalam Hubungan Internasional.
Makalah. SMA Negeri 1 Tanjung Selor.
xlix
LAMPIRAN
Sumber: www.ramadhan.inilah.com
Gambar 1. Garuda Pancasila sebagai lambang negara Indonesia.
Sumber: www.kabarpolisi.com
Gambar 2. Presiden dan Wakil Presiden Indonesia ke-7.
l
Sumber: www.komunitasgurupkn.blogspot.com
Gambar 3. Demokrasi berlaku bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sumber: www.arahjuang.com
Gambar 4. Demokrasi merupakan kekuasaaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat.
li
Sumber: www.merdeka.com
Gambar 5. Pemilu sebagai bentuk demokrasi.
Sumber: www.tribunnews.com
Gambar 6. Rapat Paripurna seluruh anggota DPR RI.
lii