Disusun Oleh:
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Terbunuhnya Aktivis Unirvesitas.......................................... 2
B. Keadaan Mencekam Jakarta dan Surakarta........................... 3
C. Munculnya Gerakan Reformasi............................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
B. Keadaan Mencekam Jakarta dan Surakarta
3
Kerusuhan di solo berawal pada pukul 14.00 di awali dari masa yang
mengikuti unjuk rasa di seputar kampus UMS pabelan. Masa kemudian
bergerak secara terpisah ke arah timur dan barat dengan melancarkan serangan
mengunakan batu.
Mula mula sasaran amukan masa yaitu show room mobil timor di
wilayah kleco. Setelah puas menghancurkan show room, massa kemudian
bergerak kembali ke arh timur dan menghancurkan dealer sepeda motor
Yamaha. Di tempat tersebut 25 motor di keluarkan dan di tumpuk di tengah
jalan, lalu di bakar ramai ramai.
Dari pantauan KR di lapangan, bangunan yang habis menjadi sasaran
amukan massa antara lain wisma lippo, Bank tamara, bank BII purwosari,
BCA purwosari, Mathari purwosari dan super ekonomi. Sasaran lainya yaitu
pertokoan di bilangan secoyundan, puluhan pertokoan di jalan Slamet Riyad.
Kemudian massa mengalihkan sasran pembakaran pada kawasan elit di solo
baru. Gedunng bioskop termegah Atrium 21 di komplek solo baru tidak luput
dari aksi pembakaran, termasuk rumah mewah milik “orang penting “ di
Jakarta.
Sejak pecahnya kerusuhan di kota solo itu, kegiatan perekonomian
lumpuh total. Seluruh toko perkantoran dan warung warung kecil serentak
tutup. Aparat keamanan dari polri yang gagal mencegah amukan massa juga di
tarik dari pos posnya dan di kumpulkan di Mapolwil,Polres,Polsek dan kantor
satlantas”
Ternyata di kota solo yang sebagai salah satu pusat kebudayaan
msyarakat jawa yang adiluhung, klasik dan halus tidak mampu mencegah
prilaku masyrakat bertindak brital dan melakukan amok massa menurut
Nugroho.Trisnu B, GN Foster dan BG Anderson (1986; 115) termasuk
penyakit budaya khusus yang menjadi bagian dari penyakit jiwa. Penyakit
budaya khusus ini bias diketahui dari para misionaris periode awal yang
dihubungkan dengan kelompok kelompok ras dan etnis yang khusus.
4
Para demonstarn menuntut pelakssanan reformasi Indonesia. Dengan
kejadian kerusuhan pada tanggal 13-14 Mei 1998 dan kerusuhan yang ada di
Surakarta pada tanggal 14-15 Mei 1998 para aparat keamanan meningkatkan
kesiagaan khususnya menghadapi para masa demonstran yang ada diseluruh
Indonesia yang akan digelar pada tanggal 20 Mei 1998. Bagi masa depan
gerakan massa mewujudkan reformasi sendiri, berbagai kerusuhan dan anarki
yang telah terjadi bisa mengancam dan mengagalkan cita cita reformasi.
Gerakan yang berkembang sekarang ini tidak lain alat politik yang secara
tersembunyi menyuarakan kepentingan politik elit yang terlempar dari posisi-
posisi startegis. Maka pesan-pesan politik sebagai strategi menembus jalan
buntu dilakukan secara tidak manusiawi, terkadang dengan korban manusia.
Disini kita dapat melihat kekejian tentang politik di tanah air. Gerakan terus
menerus secara frontal, bahkan memicu kerusuhan, di satu sisi para aktiviss
semakin tidak jelas sehingga kerusuhan menjadi tujuan demonstrasi.
Radikalisasi massa di solo dan Jakarta tidak bias dikendalikan oleh para
aktivis gerakan massa mewujudkan reformasi. Akan tetapi gerakan massa
reformasi juga di untungkan oleh adanya amok massa yang berupa penjarahan,
pembakaran dan perampokan arena amok massa menjadi tekanan kepada
penguasa. Presiden Suharto mundur karena adanya tekanan dari amok massa
yang untuk mlengserkan ke pemerintahannya
5
dipimpin Presiden Suharto selama 32 tahun, ternyata tidak konsisten dan
konsekuen dalam melaksanakan cita-cita Orde Baru. Pada awal kelahirannya
tahun 1966, Orde Baru bertekad untuk menata kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Namun
dalam pelaksanaannya, pemerintahan Orde Baru banyak melakukan
penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang
tertuang dalam UUD 1945 yang sangat merugikan rakyat kecil. Bahkan,
Pancasila dan UUD 1945 hanya dijadikan legitimasi untuk mempertahankan
kekuasaan. Penyimpangan-penyimpangan itu melahirkan krisis
multidimensional yang menjadi penyebab umum lahirnya gerakan reformasi,
seperti berikut ini:
1. Krisis Politik
Krisis politik yang terjadi pada tahun 1998 merupakan puncak dari
berbagai kebijakan politik pemerintahan Orde Baru. Berbagai kebijakan
politik yang dikeluarkan pemerintahan Orde Baru selalu dengan alasan
dalam kerangka pelaksanaan demokrasi Pancasila. Namun yang
sebenarnya terjadi adalah dalam rangka mempertahankan kekuasaan
Presiden Suharto dan kroni-kroninya. Artinya, demokrasi yang
dilaksanakan pemerintahan Orde Baru bukan demokrasi yang semestinya,
melainkan demokrasi rekayasa. Dengan demikian, yang terjadi bukan
demokrasi yang berarti dari, oleh, dan untuk rakyat, melainkan demokrasi
yang berarti dari, oleh, dan untuk penguasa. Pada masa Orde Baru,
kehidupan politik sangat represif, yaitu adanya tekanan yang kuat dari
pemerintah terhadap pihak oposisi atau orang-orang yang berpikir kritis.
2. Krisis Hukum
6
pembenaran para penguasa. Kenyataan itu bertentangan dengan ketentuan
pasa 24 UUD 1945 yanf menyatakan bahwa‘kehakiman memiliki
kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari kekuasaan pemerintah
(eksekutif).
3. Krisis Ekonomi
7
5. Krisis Kepercayaan
8
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
9
DAFTAR PUSTAKA
10
GAMBAR GERAKAN REFORMASI
11