Anda di halaman 1dari 8

2.

3 Dampak Tragedi Trisakti Mei 1998

Dalam Tragedi Trisakti Mei 1998, kita dapat melihat bagaimana perjuangan
mahasiswa di Indonesia dengan turun kejalan. Mahasiswa bergerak dari kampus-
kampus bukan hanya di Jakarta saja, hingga akhirnya suara Reformasi dapat lahir.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan mahasiswa Trisakti 1998 dengan
terbunuhnya 4 mahasiswanya menjadi kasus pemicu bagi munculnya gerakan
mahasiswa yang jauh lebih besar lagi. Dampak yang ditimbulkan dari Tragedi
Trisakti Mei 1998 bukan hanya berdampak bagi kampus Trisakti tetapi juga
berimbas kepada hal lainnya.

1) Dampak Insiden Trisakti 1998 Terhadap Pemerintahan Orde Baru

Pada tahun 1998, Rezim Soeharto runtuh ditengah-tengah suasana yang mirip
dengan suasana kelahirannya di tahun 1965-1966, yaitu ditengah-tengah krisis
ekonomi, kerusuhan, dan pertumpahan darah dijalan. Soeharto telah mundur dari
kursi presiden RI. ABRI meminta para mahasiswa yang menduduki gedung
DPR/MPR RI untuk pulang dan pada tanggal 23 Mei, para mahasiswa pun
menuruti perintah itu.

Keberhasilan dan kejayaan yang dicapai oleh Soeharto dengan rezim Orde
Barunya nampaknya mengalami keruntuhan. Keburukan yang dilakukan oleh
rezim Soeharto mulai nampak ke permukaan semenjak rezim ini mengalami
kemunduran. Periode 1989-1998 merupakan masa tersulit yang harus dilalui oleh
rezim ini. Mulai dari tindakan pelanggaran HAM, pembungkaman pers, korupsi
yang sangat besar, utang luar negeri yang tinggi, dan krisis ekonomi. Separatisme
juga menjadi masalah tersendiri yang harus dihadapi oleh Soeharto ketika Aceh
dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka)-nya ingin memisahkan diri dari Republik
Indonesia.

Setelah kematian isterinya pada 1996 kesehatan Soeharto mulai menurun. Dia
pernah mendapatkan perawatan di Jerman. Kurs dan harga di lantai bursa juga
mengalami dampak akibat kesehatan Soeharto yang memburuk tersebut.
Indonesia mengalami krisis ekonomi yang cukup dahsyat. Krisis yang dialami
oleh Thailand pada Juli 1997 juga berdampak terhadap negara-negara di kawasan
Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada akhir 1997, krisis ekonomi yang dialami
Indonesia berakibat pula terhadap suasana politik Indonesia. Soeharto mengambil
langkah dengan menandatangani perjanjian pemberian utang dengan IMF
(International Monetary Fund).

Beberapa hari sebelum kejatuhan Soeharto merupakan hari-hari terpanjang


yang harus dilaluinya. Tuntutan reformasi dari rakyat terus menggema.
Demonstrasi terjadi diberbgai daerah. Terjadi sebuah insiden ketika penembak jitu
ABRI menembak empat mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 Mei. Lebih dari
seribu orang tewas dalam kerusuhan yang terjadi di Jakarta pada 13-15 Mei.
Suasana negeri ini semakin tidak kondusif.

Soeharto yang kala itu menghadiri sebuah konferensi di Kairo memutuskan


untuk segera kembali ke tanah air pada 15 Mei 1998. Tiga hari berselang,
Harmoko, yang kala itu menjabat sebagai ketua MPR, secara terang-terangan
meminta kepada Soeharto untuk mengundurkan diri. MPR dan ABRI pun
mendukung segera diadakannya sidang istimewa guna memilih presiden yang
baru. Nampaknya usaha yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menggulingkan
Soeharto dari kursi kepresidenannya kala itu telah mendapatkan dukungan dari
pejabat tinggi pemerintahan.

Kajatuhan Soeharto nampaknya tak bisa dihindarkan lagi. Pada 21 Mei pukul
sembilan pagi bertempat di Istana Merdeka, dia menyatakan pengunduran dirinya.
Presiden kedua Indonesia tersebut mengeluarkan pernyataan: “Saya berpandangan
bahwa sangat sulit bagi saya untuk melaksanakan tugas-tugas pemerintahan saya.
Saya memutuskan untuk berhenti sebagai Presiden Republik Indonesia.” B.J.
Habibie yang kala itu menjabat sebagai wakil presiden ditunjuk untuk
menggantikannya memegang pimpinan tertinggi negara ini.
Indonesia mengalami masa-masa reformasi dibawah presiden baru, B.J.
Habibie. Dia mulai menata kembali kehidupan negeri ini. Ada beberapa hal pokok
yang harus dilakukannya. Masa depan ekonomi dan kesejahteraan rakyat, ABRI,
dan wilayah-wilayah konflik menjadi fokus yang harus segera ia selesaikan.
Sementara itu, masalah penyelesaian kasus yang dihadapi oleh Soeharto dengan
berbagai hal yang telah dilakukannya berjalan lambat. Hal tersebut memunculkan
ketidakpuasan besar dikalangan pendukung reformasi. Periode rezim Orde Baru
hingga kejatuhannya memang menjadi periode kelam dalam perjalanan negara ini
setelah menyatakan kemerdekaannya. Banyak hal yang telah dilakukan oleh rezim
terlama yang pernah ada di negeri ini guna mempertahankan kekuasaannya tanpa
menghiraukan adanya pihak lain yang berada diluar rezim tersebut.

2) Dampak Tragedi Trisakti Mei 1998 Terhadap Kampus Trisakti

Dampak gerakan mahasiswa Trisakti pada Mei 1998 menyebabkan banyak


persoalan bagi Universitas Trisakti. Selain harus kehilangan empat mahasiswanya
karena ditembaki aparat, pengusutan kasus penembakan tersebut belum selesai
hingga sekarang. Pernyataan yang paling penting adalah sebenarnya siapakah
yang paling harus bertanggung jawab atas peristiwa tersebut? namun jawaban itu
belum pasti karena pengusutannya pun belum tuntas hingga saat ini.

Majalah time edisi Asia juga termasuk yang secara detail menggambarkan
suasana penembakan mahasiswa Trisakti. Sejak awal majalah ini menuliskan
bahwa para penembak adalah satuan dari polisi. Time bahkan menyaksikan dua
polisi yang menembak secara sporadis sementara seorang dibelakangnya
mengambil jaket-jaket peluru yang jatuh ke aspal. Gedung M. Sjarief Thayeb
kampus Universitas Trisakti, Jakarta menjadi saksi bisu, bagaimana aparat
keamanan melalui selongsongan peluru yang membubarkan barisan mahasiswa,
saat melakukan aksi mimbar bebas 12 Mei 1998 lalu. Peristiwa ini juga
mengakibatkan gedung-gedung maupun pertokoan rusak dan hancur oleh
kekacauan amukan mahasiswa yang demonstrasi pada pemerintahan. Begitu
banyak korban yang harus dirawat di Rumah Sakit. Polisi maupun Brimob yang
mengurusi keamanan akhirnya tidak bisa dikendalikan dengan baik yang
kemudian terpaksa dengan menembaki mahasiswa dan masyarakat.
Mahasiswa yang gugur sebagai pahlawan reformasi pada saat terjadinya Tragedi
Trisakti adalah:

1. Elang Mulya Lesmana


2. Hafidin Royan
3. Hendriawan Sie
4. Hery Hartanto

Pada tanggal 12 November 1998 ratusan ribu mahasiswa dan masyarakat


bergerak menuju ke gedung DPR atau MPR dari segala arah, Semanggi-Slipi-
Kuningan, tetapi tidak ada yang berhasil menembus ke sana karena dikawal
dengan sangat ketat oleh tentara, Brimob dan juga Pamswakarsa (pengamanan
sipil yang bersenjata bambu runcing untuk diadu dengan mahasiswa). Pada malam
harinya terjadi bentrok pertama kali di daerah Slipi dan puluhan mahasiswa masuk
rumah sakit. Satu orang pelajar, yaitu Lukman Firdaus, terluka berat dan masuk
rumah sakit. Beberapa hari kemudian ia meninggal dunia yang kemudian akan
disusul peristiwa semanggi 1 dan semanggi 2 yang mengakibatkan peristiwa ini,
sejumlah petinggi TNI Polri sedang diburu hukum. Mereka adalah Jenderal
Wiranto (Pangab), Mayjen Sjafrie Sjamsoeddin (mantan Pangdam Jaya), Irjen
(Pol) Hamami Nata (mantan kapolda Metro Jaya), Letjen Djaja Suparman
(mantan Pangdan Jaya) dan Noegroho Djajoesman (mantan Kapolda Metro Jaya).

3) Dampak gerakan mahasiswa Trisakti 1998 terhadap perubahan sosial di


Masyarakat Indonesia

Proses reformasi pada tahun 1998 telah berdampak besar dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia secara umum. Pertama, yang paling dapat dirasakan dan
dapat dilihat dengan jelas adalah jatuhnya rezim Orde Baru yang telah berkuasa
selama 32 tahun. Selama berkuasa, Rezim Orde Baru telah menjadi orde
kekerasan, yang selalu mengedapankan tindakan represif dalam menjaga
kelanggengan kekuasaannya. Mundurnya Presiden Soeharto sebagai symbol dari
Orde Baru telah menjadi tolak ukur dari perubahan tersebut.

Kedua, seiring dengan jatuhnya Rezim Orde Baru maka berdampak pada
struktur pemerintah. Ketiga, perubahan system politik di Indonesia. Walaupun
sering dikatakan bahwa paham yang dianut oleh system politik di Indonesia
adalah demokrasi, ini jauh berbeda dengan apa yang dirasakan oleh masyarakat.
Perbedaan pendapat kerap kali dianggap mengganggu stabilitas nasional, menjadi
hal yang dilarang pada masa Orde Baru. Perubahan sosial juga mempengaruhi
sistem nilai, sikap, dan perilaku dalam sistem masyarakat di Indonesia. Dalam
konteks Reformasi pada tahun 1998 terjadi perubahan-perubahan yang cukup
signifikan dalam kehidupan sehari-hari. Pengekangan yang dulu dilakukan pada
masa Rezim Orde Baru diberbagai bidang berangsur-angsur sudah mulai
dihilangkan. Sebagai salah satu contohnya kebebasan berpendapat yang dilarang
sekarang sudah mulai terbuka. Kemudian, mulai dilindungi Hak Asasi Manusia
menjadi salah satu indikator perubahan sosial di Indonesia setelah jatuhnya Orde
Baru.

Perubahan yang diharapkan dalam gerakan mahasiswa adalah sebuah


perubahan yang menyeluruh di masyarakat. Tujuannnya adalah semua
kebijaksanaan politik dan ekonomi berada ditangan rakyat. Walaupun pada
akhirnya gerakan mahasiswa di Indonesia menjadi gerakan moral yang
menyuarakan masalah-masalah sosial masyarakat kemudian berubah menjadi
sebuah gerakan politik. Gerakan mahasiswa sebaiknya kembali menjadi gerakan
yang mempunyai pandangan lebih mendalam pada berbagai masalah sosial yang
melanda bangsa ini.
Kemudian ada pula dampak positif dan negatif peristiwa Trisakti 1998, yaitu:

Dampak Negatif

1. Agenda reformasi telah ditetapkan melalui berbagai ketetapan MPR dan


berbagai produk perundang-udangan yang baru, tetapi setelah berlangsung
lebih dari 12 tahun lamanya, terasa bahwa reformasi berjalan secara belum
terarah.

2. Bila dinilai kembali kepada kondisi sebelum reformasi maka tampak


bahwa kekuasaan yang pada wkatu dulu bersifat otoriter, sekarang harus
bersifat demoratis, pemerintahan yang terpusat harus menjadi
desentralisasi. Pemerintahan yang bersifat tertutup dan penuh larangan
serta pengawasan seharusnya lebih terbuka, transparan, serta kebebasan.

3. Rasionalitas dan objektivitas telah tersisihkan sehingga muncul egoism,


perseorangan maupun kelompok tanpa mengidahan etika, moral, norma,
dan hukum yang ada. Politik kekerasanbanyak bermunculan dan
berkembang mewarnai kehidupan baru dalam masyarakat sehingga sulit
mengatasi maupun kehidupan bermasyarakat bangsa dan bernegara. Oleh
karena itu, hal-hal seperti ini harus segera diatasi dan dihapuskan.

Dampak Positif

1. Dampak positif reformasi dapat kita rasakan dan kita saksikan melalui
berita-berita media massa, serta surat kabar dan internet maupun pendapat-
pendapat pengamat bidangnya. Munculnya suasana baru yang bisa kita
saksikan diantaranya terdapatnya kebebasan pers, kebebasan akademis,
kebabasan berorganisasi dan lain-lain yang selama ini belum pernah ada,
termasuk kebebasan pemikiran dalam memperjuangkan pembebasan
tahanan politik maupun narapidana politik, hal ini bisa dinilai sebagai
lambang dari suatu kebebasan berpolitik di Indonesia.
2. Timbulnya kesadaran baru masyarakat bisa bertindak dan berbuat sesuatu
serta melakukan perubahan-perubahan diantaranya pendobrakan atas rasa
ketakutan berpolitik, terhadap proses pembodohan yang telah berlangsung
hampir lebih dari tiga puluh tahun.

3. Memang, sebelum gerakan reformasi dimulai maka semua orang


merasakan kelemahan tidak bisa berbuat apa pun tanpa daya dan takut
berpolitik, berpendapat, dan berbicara. Namum, dengan pengalaman baru
bereformasi, masyarakat Indonesia, khususnya para mahasiswa, mulai
sadar dan memiliki serta dapat memperjuangkan politik mereka yang
benar-benar dapat membawa ke arah perubahan yang positif, kesadaran
baru ini penting sekali artinya dalam rangka perjuangan selanjutnya
menuju reformasi yang total dan menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman. 2009. Membongkar Manipulasi Sejarah, Kontroversi


Pelaku dan Peristiwa. Kompas, Jakarta.

Baharudin, J. H. 2006. Detik-Detik yang Menentukan: Jalan Panjang Indonesia


Menuju Demokrasi. TCH Mandiri, Jakarta.

Insiden di Universitas Trisakti: Enam Mahasiswa Tewas. Tersedia:


http://www.seasite.niu.edu/indonesian/Reformasi/Chronicle/Kompas/May13/
enam01.htm (15 November 2017).

Kurniarifin, R. dkk. 2014. Pelanggaran HAM pada Peristiwa TRISAKTI 1998.


Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun, Madiun.

Prasetyantoko, A. 1999. Kaum Profesional Menentang Rezim Otoriter. Grasindo,


Jakarta.

Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Serambi Ilmu


Semesta, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai