Anda di halaman 1dari 7

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi

Berkaca dari pembangunan masyarakat desa pada masa lalu, terutama di


era orde baru, pembangunan desa merupakan cara dan pendekatan pembangunan
yang diprogramkan negara secara sentralistik. Dimana pembangunan desa
dilakukan oleh pemerintah baik dengan kemampuan sendiri (dalam negeri)
maupun dengan dukungan negara-negara maju dan organisasi-organisasi
internasional. Pembangunan desa pada era orde baru dikenal dengan sebutan
Pembangunan Masyarakat Desa (PMD), dan Pembangunan Desa (Bangdes).
Kemudian di era reformasi istilah yang lebih menonjol “Pemberdayaan
Masyarakat Desa (PMD)”. Dibalik semua itu, persoalan peristilahan tidaklah
penting, yang terpenting adalah substansinya terkait pembangunan desa (Muhi,
2012 dalam Azwardi, 2014).
Definisi pembangunan tidak dapat dipisahkan dengan pengertian
pembangunan ekonomi, karena pada dasarnya baik tujuan pembangunan maupun
pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bedanya pembangunan ekonomi hanya meliputi usaha suatu masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan ekonomi dan mempertinggi tingkat pendapatan
masyarakat, sedangkan pembangunan itu dalam pengertian yang paling mendasar
harus mencakup masalah materi dan finasial dalam kehidupan masyarakat
(Arfianto dan Balahmar, 2014). Pengembangan perekonomian masyarakat
merupakan salah satu tolok ukur keberhasilan pembangunan. Keberhasilan
tentunya salah satu faktornya karena ketersediaan modal dalam mengoptimalkan
pengembangan ekonomi (Suhardi, 2015).
Desa merupakan agen pemerintah yang paling depan dalam melaksanakan
pembangunan, karena pembangunan ditingkat desa berkenaan langsung dengan
masyarakat. Dalam mendorong pembangunan ditingkat desa, pemerintah
memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk mengelola daerahnya
secara mandiri, salah satunya adalah melalui lembaga ekonomi yang berada
ditingkat desa yakni Badan Usaha Milik Desa. Lembaga berbasis ekonomi ini
menjadi salah satu program yang dijalankan desa sebagai sarana untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Desa (PADes) (Budiono, 2015).
2.2. BUMDes
BUMDes adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan
pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.. BUMdes merupakan wahana untuk
menjalankan usaha didesa. Usaha di desa itu sendiri adalah jenis usaha yang
meliputi pelayanan ekonomi desa seperti antara lain : usaha jasa keuangan, jasa
angkutan darat dan air, listrik desa dan usaha sejenis lainnya; penyaluran sembilan
bahan pokok ekonomi desa; perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis; industri dan kerajinan
rakyat (Ridlwan, 2014).
Tujuan Pendirian BUMdes menurut Ridlwan (2014):
1. Meningkatkan perekonomian desa
2. Meningkatkan pendapatan asli desa
3. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat
4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
pedesaan.
BUMDes lahir sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan
ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Pengelolaan BUMDes
sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa,
dan untuk desa. Cara kerja BUMDes adalah dengan jalan menampung
kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk kelembagaan
atau badan usaha yang dikelola secaran profesional, namun tetap bersandar
pada potensi asli desa. Hal ini dapat menjadikan usaha masyarakat lebih
produktif dan efektif (Zulkarnaen, 2016).
Peranan BUMDes sebagai instrumen penguatan otonomi desa dan juga
sebagai instrumen kesejahteraan masyarakat. BUMDes sebagai instrumen
otonomi desa maksudnya adalahuntuk mendorong pemerintah desa dalam
mengembangkan potensi desanya sesuai dengan kemampuan dan kewenangan
desa. Sedangkan sebagai instrumen kesejahteraan masyarakat yakni dengan
melibatkan masyarakat didalam pengelolaan BUMDes akan mendorong ekonomi
dan juga mengurangi tingkat pengangguran di desa (Budiono, 2015)
2.3. Pentingnya BUMDes bagi Desa
Ridlwan (2014) menyatakan perbandingan antara ketentuan BUMDes
dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 dengan UU Nomor 6 Tahun 2014 dapat
diketahui ketentuan dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 lebih elaboratif. UU Nomor
32 Tahun 2004 mengatur hanya dalam satu pasal yaitu Pasal 213, bahwa:
(a) desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan
dan potensi desa.
(b) badan usaha milik desa berpedoman pada peraturan perundang- undangan.
(c) badan usaha milik desa dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan
perundang-undangan.
Penjelasan Pasal 213 ini bahwa Badan Usaha Milik Desa adalah badan
hukum sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Adapun UU Nomor 6 Tahun 2014 mengatur lebih terperinci. UU Desa ini
mengatur tentang BUMDes pada Bab X kedalam tiga pasal:
(a) Pasal 87 ayat (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang
disebut BUM Desa; ayat (2) BUM Desa dikelola dengan semangat
kekeluargaan dan kegotongroyongan; (3) BUM Desa dapat menjalankan
usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(b) Pasal 88 ayat (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah
Desa ayat (2) Pendirian BUM Desa (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa.
Pasal 89 hasil usaha BUM Desa dimanfaatkan untuk:
1) pengembangan usaha; dan
2) pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian
bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan
kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
(c) Pasal 90, Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM
Desa dengan:
1) memberikan hibah dan/atau akses permodalan;
2) melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan
3) memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di
desa.
III
PEMBAHASAN

Pembangunan ekonomi dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan


perkapita dan lajunya pembangunan ekonomi ditunjukkan dengan menggunakan
tingkat pertumbuhan PDB untuk tingkat nasional dan PDRB untuk tingkat
wilayah. Arfianto dan Balahmar (2014) menyatakan tuuan dari pembangunan
ekonomi yaitu pembangunan ekonomi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, namun pembangunan itu dalam pengertian yang paling mendasar
harus mencakup masalah materi dan finasial dalam kehidupan masyarakat.
Desa Parakan Salam memiliki potensi dalam mendirikan BUMDES
namun yang menjadi pertimbangan dalam mendirikan BUMDES antara lain:
lokasi kedua desa yang strategis dan dekat dengan Pasar Salam Jaya, belum
maksimalnya pelayanan publik terhadap masayarakat desa, kondisi geografis desa
Parakan Salam dan dan desa Parapatan yang kurang cocok untuk lahan pertanian
membuat lapangan pekerjaan di sektor pertanian terbatas, pengelolaan sampah
yang tidak memadai, banyak anggota masyarakat yang bekerja di luar desa,
banyak aset-aset desa seperti lahan kosong yang belum termanfaatkan sebagai
sumber penghasilan desa jika dikelola dengan baik, potensi Air Permukaan yang
cukup besar sebagai sumber pengairan, banyaknya home industri yang mengalami
kemunduran (Zulkarnaen, 2016).
Melalui penyuluhan oleh Zulkarnaen (2016), peserta penyuluhan dari Desa
Parakan menunjukan sikap positif terhadap pendirian dan pengelolaan BUMDES
yang disampaikan oleh pemateri. Hal ini ditunjukkan oleh perwakilan BPD dan
LPM yang aktif bertanya dan keinginan untuk menindak lanjuti hasil penyuluhan
melalui Musyawarah desa.
Pelatihan untuk menunjang berdirinya BUMdes yang baik perlu dilakukan
untuk menjadikan desa memiliki tingkat perekonomian mandiri yang baik
(Zulkarnaen, 2016). Disamping itu Ridlwan (2014) menyatakan bahwa pendirian
BUMdes dapat meningkatkan perekonomian desa, pendapatan asli desa,
pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta menjadi
tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA

Ridlwan, Zulkarnain. 2014. Urgensi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Dalam
Pembangun Perekonomian Desa .Fiat Justisia Jurnal Ilmu Hukum Volume
8 No. 3 :424-440
Arfianto, Arif Eko W. dan Balahmar, Ahmad R.U. 2014. Pemberdayaan
Masyarakat Dalam Pembangunan Ekonomi Desa. JKMP (ISSN. 2338-
445X), Vol. 2, No. 1, Maret 2014, 1-102
Budiono, Puguh. 2015. Implementasi Kebijakan Badan Usaha Milik Desa
(Bumdes) Di Bojonegoro (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu
Dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor). Jurnal Politik Muda, Vol. 4
No. 1: 116 -125
Zulkarnaen, M. Reza. 2016. Pengembangan Potensi Ekonomi Desa Melalui
Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Pondok Salam Kabupaten
Purwakarta. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat ISSN 1410 – 5675.
Vol. 5, No. 1: 1-4
Azwardi dan Sukanto. 2014. Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) Dan
Kemiskinan di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
Vol. 12, No.1: 29-41
Suhardi. 2015. Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan Melalui
Pengenalan Akuntansi di Kabupaten Kediri. Jurnal Ekonomi Modernisasi,
Vol 11, No 3

Anda mungkin juga menyukai