Anda di halaman 1dari 3

Biosecurity Penetasan

Biosecurity adalah suatu konsep yang merupakan bagian integral dari suksesnya sistem

produksi suatu peternakan unggas, khususnya ayam petelur dalam mengurangi risiko dan

konsekuensi dari masuknya penyakit infeksius terhadap unggas maupun manusia (Payne, 2000).
Tujuan utama dari penerapan biosekuriti adalah :

1. meminimalkan keberadaan penyebab penyakit

2. meminimalkan kesempatan agen berhubungan dengan induk semang

3. membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin (


Zainuddin dan Wibawan, 2007).

Menurut Jeffrey (1997), penerapan biosekuriti pada peternakan petelur dibagi menjadi tiga bagian

utama, yaitu (1) isolasi, (2) pengendalian lalu lintas, dan (3) sanitasi. Sebelum telur tetas

dimasukkan ke dalam mesin tetas, diperlukan usaha untuk menghilangkan bibit penyakit yang

menempel pada kerabang, agar bibit penyakit tidak mencemari isi telur dan unit penetasan. Sanitasi

atau pembersihan terhadap telur dan peralatan penetasan dapat dilakukan dengan menggunakan

bahan yang bersifat membunuh mikroorganisme, seperti bakteri yang dapat mempengaruhi daya
tetas telur (Septiyani et al, 2016).

Mesin tetas yang akan digunakan pun di lakukan sanitasi menggunakan desinfektanbagian

dalam maupun luar baik pada untuk memusnahkan bakteri yang mungkin ada. Mesin tetas

dinyalakan untuk mengatur suhu dalam mesin tetas, apabila menggunakan nampan maka

menyiapkan nampa berisi air untuk mengatur kelembaban. Suhu dan kelembaban yang sudah

teratur dengan baik maka telur yang ingin ditetaskan siap untuk di masukan kedalam mesin tetas

(Jasa, 2006). Kebersihan mesin tetas harus diperhatikan, mesin tetas harus disimpan pada suatu

ruangan yang permanen dengan pintu dan jendela yang cukup lebar untuk mengatur sirkulasi udara
dan cahaya tujuannya untuk meningkatkan keberhasilan penetasan. Ruangan penetasan harus
dalam keadaan sejuk, keadaan sirkulasi udara baik dan keadaan ruangan tidak pengap. Ruang

penetasan jauh dari berbagai pencemaran seperti debu, bau, makanan dan kotoran kandang. Agar

telur yang ditetaskan dapat menetas mencapai 80 % atau bahkan lebih, maka tempat penetasan
harus jauh dari kotoran kandang, pencemaran debu maupun bau dan lainnya.

Hidrogen peroksida merupakan desinfektan yang juga digunakan untuk bahan sanitasi

yang sangat ramah lingkungan, tidak menimbulkan iritasi, sehingga tidak akan mengganggu

perkembangan embrio. Hidrogen peroksida banyak digunakan dibidang kedokteran, sebagai

desinfektan untuk sanitasi tangan, perlatan kesehatan dan ruang operasi. Jenis desinfektan yang

lain yang sering dignakan dalam proses sanitasi adalah iodin, alcohol, kalium permanganate, dan

fenol. Daun sirih juga dapat digunakan sebagai salah satu bahan sanitasi, karena daun sirih

mengandung zat anti mikroorganisme berupa polyphenol yaitu kavibetol dan kavikol. Hasil uji

fitokimia ekstrak etanol daun sirih adalah bahan alami yang mengandung senyawa alkaloid,

flavonoid, tannin dan minyak atsiri. Alkaloid berperan sebagai pelindung dari serangan infeksi

mikroba pathogen, flavonoid berperan secara langsung sebagai antibiotic, mekanisme antibakteri

tannin dapat menghambat enzim ekstraseluler mikrobia dan mengambil alih substrat yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan mikrobia, sedangkan minyak atsiri mengandung mikroorganisme

(Nurwantoro dan Resmisari, 2004).


Daftar Pustaka

Septiyani, D., H. Prakoso dan Warnoto. 2016. Pengaruh sanitasi dengan metode pengelapan pada

penetasan telur itik menggunakan ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap daya tetas dan

mortalitas embrio. J. Sains Peternakan Indonesia. 11 (1): 31 – 38

Jasa, L. 2006. Pemanfaatan Mikrokontroler Atmegal63 pada prototipe mesin penetasan telur ayam.
Teknologi Elektro. 5 (1) 30-36.

Nurwantoro, Y. B., dan Resmisari. 2004. Pengaruh perendaman jus daun sirih (Piper betle L.)

terhadap jumlah bakteri pada telur itik. J. Indonesia Tropic Animal Agriculture. 3 (1): 156-

160

Zainuddin, D. dan Wibawan, W.T. 2007. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam

Lokal.

Payne JB, Kroger EC, Watkins SE. 2002. Evaluation of litter treatments on

Salmonella recovery from poultry litter. J. Appl. Poult. Res. 11: 239-243

Anda mungkin juga menyukai