Anda di halaman 1dari 2

Tragedi 98

Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan rasial


terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia
pada 13 Mei –15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota
Jakarta namun juga terjadi di beberapa daerah lain.
Konflik ini merupakan konflik horizontal yang terjadi
antara pemerintahan dengan massa. Kerusuhan ini
diawali oleh goyahnya perekonomian Indonesia pada
awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia
Gambar 1. Penjarahan yang terjadi di sejumlah tempat
sepanjang 1997-1999.

Kerusuhan ini juga dipicu oleh tragedi Trisakti. Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan
terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, serta puluhan lainnya luka. Mereka tewas
tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan,
dan dada.
Menjelang malam keberingasan massa mulai muncul di berbagai kawasan, terutama di Jakarta
Barat. Massa terus bergerombol di pinggiran jalan layang Grogol dan melempari petugas keamanan
dengan batu maupun botol. Hingga larut malam, keadaan semakin rusuh, terjadinya pembakaran
gedungdan beberapa kendaraan, serta penjarahan toko dan perusahaan terutama milik warga Indonesia
keturunan Tionghoa. Suasana semakin mencekam juga ditambah padamnya lampu penerangan jalan
dan gedung-gedung.
Besarnya kerusuhan waktu itu
menyebabkan situasi pemerintahan tidak
stabil. Presiden Soeharto pun semakin sulit
memegang kendali pemerintahannya. Usai
tragedi Trisakti dan rentetan kejadian
setelahnya, aksi mahasiswa semakin besar dan
bergerak ke Gedung DPR/MPR. Tak butuh lama
hingga akhirnya mahasiswa menguasasi
gedung wakil rakyat tersebut pada 18 Mei
1998. Hal inipun mengakibatkan penurunan - Gambar 2. Aksi mahasiswa di gedung DPR
jabatan Presiden Soeharto, serta pelantikan
B. J. Habibie.
Berdasarkan laporan yang dikeluarkan oleh Tim Relawan untuk Kemanusiaan dari laporan tim
TGPF, setidaknya ada 1.217 jiwa yang meninggal, 91 orang luka, serta 31 orang hilang akibat Tragedi Mei
yang terjadi pada 13 hingga 15 Mei 1998. Selain terjadi pembunuhan, juga terjadi kekerasan seksual
pada masa itu. Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998 telah memverifikasi adanya 85 perempuan
korban kekerasan seksual yang berlangsung dalam rangkaian kerusuhan Tragedi 1998.
Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan bahwa pemerintah telah berusaha secara maksimal
untuk menyelesaikan kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) Tragedi Mei 1998. Meski belum
mengetahui secara pasti siapa dalang di balik pembunuhan mahasiswa juga kerusuhan massal yang
menewaskan hingga ribuan nyawa tersebut, JK mengaku pemerintah telah berusaha keras dan
maksimal.
Sejauh ini, pihak korban berharap Presiden Jokowi bisa bertindak lebih terutama dalam
menindak lanjuti pidatonya pada hari HAM 2014 lalu yakni mendorong pembentukan tim penyelesaian
masalah 1998 di bawah komando Menko Polhukam, Jaksa Agung dan pihak Komnas HAM.
Sementara itu, Komnas HAM, yang turut menyelidiki kasus kerusuhan massal tersebut telah
menyatakan bahwa ada pelanggaran HAM berat dalam peristiwa kerusuhan Mei 1998. Namun, DPR
menyebut kasus Tragedi Semanggi Trisakti hanya bagian dari pelanggaran HAM biasa, bukan HAM berat,
yang membuat luka para keluarga korban. Alhasil, selama tidak ada titik temu di antara para pihak,
penyelesaian kasus Tragedi Mei ini sepertinya akan hanya menjadi wacana tak bertepi.

Sumber:
https://www.kompas.com/mengingat-kerusuhan-mei-1998-bagaimana-kronologinya
https://id.wikipedia.org/wiki/Kerusuhan_Mei_1998
http://humas.trisakti.ac.id/museum-tragedi-12-mei-1998/sejarah
https://www.cnnindonesia.com/pemerintah-sudah-upaya-maksimal-usut-tragedi-mei-98

Anda mungkin juga menyukai