Selain di Jakarta, pada aksi penolakan UU PKB ini korban juga berjatuhan
di Lampung dan Palembang. Pada Tragedi Lampung 28 September 1999, 2
orang mahasiswa Universitas Lampung, tewas tertembak di depan Koramil
Kedaton. Di Palembang, 5 Oktober 1999, seorang mahasiswa Universitas IBA
Palembang tewas karena tertusuk di depan Markas Kodam II/Sriwijaya.
————————— KERUSUHAN MEI 1998 —————————
INTRODUCTION
Kerusuhan 1998 terjadi pada tanggal 13-15 Mei 1998 khususnya Jakarta, dan
diketahui secara luas bahwa masalah kejadian ini berpusat pada rasisme terhadap etnis
Tionghoa.
Sepanjang 13-15 Mei, yang disebut dengan "Hari Kebebasan", terjadi penjarahan
dan pembakaran toko-toko terutama milik etnis Tionghoa. Hal ini terjadi di berbagai kota
di Indonesia, namun yang terparah ada di Jakarta.
4. ORDE BARU
- Banyak rakyat yang menjadi pengangguran pada saat itu
- Terjadi demonstrasi dimana-mana yang memprotes pemerintah Orde Baru
KERUSUHAN
Pada saat terjadinya kerusuhan, aparat kepolisian menjaga toko-toko dengan
ketat, siap menembakkan peluru karet dan gas air mata. Tetapi pertahanan hancur ketika
massa mulai melempari kaca dengan batu, kemudian memaksa masuk.
Blunder: Tidak semua aparat melarang massa untuk masuk, ada yang
mempersilakan asalkan barang yang dijarah tidak terlalu banyak.
AKHIRNYA
14 Mei 1998, pukul 19.00 di Kairo (pukul 23.00 di Jakarta), Soeharto mengatakan
di depan masyarakat Indonesia dari ruangan di Kedutaan Besar Indonesia untuk Mesir
bahwa ia bersedia mengundurkan diri jika rakyat menginginkan seperti itu.
21 Mei 1998, Soeharto mengundurkan diri, Orde Baru jatuh, dan reformasi
bergulir.
ADDITIONAL NOTES
9 Mei 1998 Soeharto ke Kairo, Mesir untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi
(KTT) kelompok 12 negara-negara Nonblok (G-15).
14 Mei 1998 Soeharto pidato soal dirinya yang siap mundur. Ia sempat
mengatakan bahwa keluarganya dituduh memonopoli ekonomi Indonesia dan disebut
sebagai keluarga terkaya ke-4 di dunia. Ia mengatakan bahwa hal itu adalah fitnah
supaya kepercayaan rakyat hancur. Soeharto menyatakan bahwa ia tidak akan
mempertahankan kursi presidennya dengan kekuatan senjata dan rela mundur begitu
saja apabila rakyat menginginkan hal itu.
DARK FACTS
1. Kerusuhan rasial dianggap oleh ahli sebagai operasi yang rapi dan terstruktur
setelah diamati polanya:
Semua insiden berpola mirip: massa pasif yang terdiri dari massa lokal dan
pedatang berkumpul, setelah itu muncul provokator yang memancing massa
dengan modus tindakan seperti membakar ban atau memancing perkelahian. Jika
modus berhasil, provokator-provokator tersebut memancing massa melakukan
perusakan, penjarahan, dan pembakaran gedung.
Modusnya adalah, pertama-tama ditiupkan isu besar bahwa ‘Ini saatnya
kalian yang sudah begitu lama ditindas dan begitu lama menjadi korban miskin,
mengambil alih hak kalian. Jadi barang-barang besar di toko elektronik seperti TV
silahkan ambil'.
2. Provokator merupakan orang-orang yang terlatih secara fisik (sebagian memakai
seragam sekolah seadanya (tidak lengkap)), tidak ikut menjarah, hanya
menyiapkan alat-alat untuk merusak, dan segera meninggalkan lokasi setelah
gedung atau barang terbakar.
Contoh kejadian: kerusuhan di Yogya Plaza Klender yang dimulai oleh sekelompok
orang yang diduga siswa yang sedang tawuran
PENELITIAN
_Tentang Kerusuhan_
Tragedi Mei, pada dasarnya adalah operasi militer, bukan karena konflik rasial
atau krisis ekonomi yang jadi penyebab utama. Publik salah besar dalam menilai, apalagi
kalau ini dinilai sebagai masalah konflik dengan orang keturunan Cina. Hal tersebut
terasa terlalu konyol untuk menjadi alasan kerusuhan yang sangat besar itu. Tragedi Mei,
dibuktikan oleh TGPF 100% merupakan operasi militer. Konflik itu digunakan untuk
mencapai tujuannya yaitu supaya pemerintahan Orde Baru berkuasa kembali.
_Tentang Penjarahan_
Dalam kerusuhan penjarahan, para pelaku dijebak untuk menjarah lalu dijebak di
dalam untuk dibakar. Hal tersebut tidak terlihat aneh karena mereka itu penjarah, jadi
wajar saja kalau mereka dibakar atau dibantai. Itu logika yang selama ini banyak diterima.
TGPF berhasil membuktikan adanya pola yang dipersiapkan oleh aktor intelektual
untuk menciptakan kerusuhan. Misalnya “pelatihan” tiga bulan sebelum Tragedi Mei.
Pelatihan ternyata tidak hanya diikuti personel militer tapi juga dilakukan masyarakat sipil
seperti organisasi masyarakat dan paramiliter yang kelak disebut “pasukan siluman”.
SOURCES:
- https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sejarahlengkap.co
m/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/kerusuhan-mei-
1998&ved=2ahUKEwi42IqR-
evjAhUhSo8KHSkkCXgQFjAFegQIBhAB&usg=AOvVaw1SIgVsUPtfdVMOuWSIqF
c7&cshid=1565015646381
- https://www.vice.com/id_id/article/a3av7e/pengakuan-para-pelaku-penjarahan-mei-
98-korban-operasi-kerusuhan-sistematis
- https://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/1551342/Melihat.Kembali.Perjalana
n.Soeharto.ke.Kairo
- https://www.liputan6.com/news/read/2049065/kerusuhan-mei-1998-ketika-ratusan-
nyawa-jadi-tumbal-
reformasi?related=dable&utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.1&utm_referrer
=https%3A%2F%2Fwww.google.com%2F
- https://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Semanggi
https://tirto.id/tragedi-semanggi-i-dan-mandeknya-peradilan-ham-di-indonesia-
bQQo
- https://tirto.id/tragedi-semanggi-ii-dan-suramnya-kasus-pelanggaran-ham-oleh-
aparat-c1ga
- https://nalarpolitik.com/latar-belakang-tragedi-semanggi-1/