Anda di halaman 1dari 12

PENETRASI KEBUDAYAAN

Penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu


kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi
kebudayaan dapat terjadi dgn 2 cara:
1. Penetrasi damai (penetration pasifique)- Peace
Penetration
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai.
Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan
Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam
kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi
memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.
Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan
hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat.
Penyebaran kebudayaan sec damai, menghasilkan:
1. Akulturasiadalah bersatunya dua kebudayaan
sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli.
Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur
yang merupakan perpaduan antara kebudayaan
asli Indonesia dan kebudayaan India.
2. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan
shg membentuk kebudayaan baru.
3. Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan
yang berakibat pada terbentuknya sebuah
kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan
kebudayaan asli.
2. Penetrasi kekerasan (penetration
violante)- Hardness Penetration
Masuknya sebuah kebudayaan dengan
cara memaksa dan merusak. Contohnya,
masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia
pada zaman penjajahan disertai dengan
kekerasan sehingga menimbulkan
goncangan-goncangan yang merusak
keseimbangan dalam masyarakat.
NILAI-NILAI KEARIFAN/BUDAYA LOKAL DLM
KEHIDUPAN MASYARAKAT SEBAGAI POLA BUDAYA

Nilai kearifan yang mengandung makna jalinan keakraban dan rasa


persaudaraan, merupakan prinsip hidup bermasyarakat. Prinsip tersebut
dikemas dalam ungkapan terminology bahasa daerah dan perilaku yang
sarat dengan makna simbolik, seperti pada masing komunitas/kelompok
masyarakat.
Apabila nilai-nilai tersebut dikongkritisasikan menjadi norma-norma
hukum, maka nilai-nilai tersebut pada hakikatnya merupakan dasar dari
hukum adat yang berlaku pada masyarakat. Nilai-nilai kearifan lokal
yang merupakan norma-norma hukum adat sangat dipatuhi dan
dilaksanakan secara sukarelah oleh masyarakat, artinya dalam
menegakkan hukum adat tidak ada unsur paksaan.
Adapun segala tindakan yang diambil terhadap adanya pernyimpangan
hanyalah merupakan suatu usaha untuk mengembalikan keadaan pada
situasi semula agar tercapainya ketenteraman dan ketertiban yang
merupakan salah satu tujuan hukum.
Prinsip/Asas Hukum
Menurut Purwadarminta yang dimaksud dengan prinsip adalah
asas (kebenaran yang jadi pokok dasar orang berfikir bertindak *.
Prinsip hukum merupakan suatu yang sangat mendasar bagi
suatu konsep hukum. Prinsip hukum dalam pengertian substansif
tidak merupakan bagian yang terpisah dari kategori norma-norma
hukum melainkan hanya berbeda dalam isi dan pengaruhnya.
Menurut Nursalam Sianipar, suatu prinsip hukum adalah “norma
yang sangat abstrak”, dan jika tidak dituangkan lebih lanjut ke dlm
norma lain, hanya akan berfungsi sebagai petunjuk bagi para
pembentuk peraturan atau pelaksananya atau subjek hukum pada
umumnya, dan bukan sebagai aturan yang meletakkan hak dan
kewajiban secara konkrit. Namun tidak sebagaimana halnya
politik hukum, prinsip hukum tidak terbatas pada penetapan tujuan
dan standar saja. Prinsip hukum dapat meletakkan suatu norma
yang harus dipakai sebagai titik tolak dalam merealisasikan tujuan
atau standar tersebut**.
* W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Cetakan IX, (Jakarta: PN. Balai Pustaka Jakarta,
1986), hal 768
** Nursalam Sianipar, Aspek Hukum Peran Sera Pemerintah Dalam Mengantisipasi Pasar Bebas, Badfan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman dan HAM RI, 2001
Kaitannya dgn Prinsip Hukum, Prof. Koesnoe,
mengatakan : “.....di dalam masyarakat Lokal
selalu diterapkan 3 (tiga ) prinsip/asas penting
yaitu rukun, patut, dan laras, yang merupakan
asas-asas yang menjadi pedoman pokoknya” *:
1. Asas Rukun: suatu pedoman dlm menyelesaikan
segala persoalan di masyarakat. Dari kata rukun
terbentuk istilah “kerukunan” yg berhubungan erat
dgn pandangan dan sikap orang menghadapi
hidup bersama di dlm suatu lingkungan sosial
untuk mencapai suasana hidup bersama yang
aman, tentram, dan sejahtera. Menurut asas ini
bahwa manusia sebagai mahluk tidak dapat
dipisahkan dari manusia lainnya (hidup bermasya-
rakat).

* Koesnoe Catatan-Catatan Terhadap Hukum Adat Dewasa 1979 : 48


2. Asas Patut: mendorong manusia untuk membentuk dirinya
sebagai pribadi yang terhormat, sehingga harapan setiap
warga masy mempunyai rasa malu agar terhindar dari
kejatuhan martabatnya sebagai orang-orang terhormat,
oleh karenanya setiap orang berusaha keras untuk selalu
berkata dan berbuat patut dalam arti selalu berkata dan
bertindak dalam koridor moralitas yang mengandung
sistem yang nilai baik menurut pandangan dan penilaian
akal sehat secara universal.
3. Asas Laras, dari kata laras terbentuk kata “kelarasan” -
“keselarasan”: mengandung makna bahwa pengetrapan
adat selain dilakukan seperti apa adanya. Faktor-faktor
tempat, waktu dan keadaan haruslah juga menjadi
perhatian. Dengan demikian segala perkataan dan sikap
tindak setiap individu dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat, dapat diterima semua pihak baik secara
internal maupun internal.
Selanjutnya Prof. Hilman Hadikusuma
mengatakan :
”.....berpangkal tolak dari sila-sila Pancasila sbg
pandangan hidup bangsa Indonesia, maka dapat
disimpulkan bahwa di dalam hukum, bangsa Indo-
nesia bukan semata-mata terdapat asas
kerukunan dan asas kesamaan hak tetapi
selengkapnya berlaku 5 asas kehidupan bersama
sebagai berikut”:

1. Asas Ketuhanan dan Pengendalian diri,


2. Asas Kesamaan Hak dan Kebersamaan Hak,
3. Asas Kerukunan dan Kekeluargaan,
4. Asas Musyawarah dan Mufakat,
5. Asas Keadilan.
* Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, 2003, hal. 21
Upaya pengamalan terhadap prinsip-prinsip
hukum adat tersebut tidak muda untuk
dilaksanakan, lebih lebih pada masyarakat yang
sedang mengalami proses perubahan dari
masyarakat sederhana dalam komunitas lokal ke
masyarakat modern dalam komunitas nasional.
Pengamalan terhadap prinsip-prinsip tersebut
tergantung pada:
a. Tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap
kaidah-kaidah sosial.
b. Kesadaran hukum masyarakat utk mematuhi
kaidah-kaidah sosial yang berlaku di masyarakat
c. Peranan lembaga sosial dalam mendukung
keberadaan dan pelaksanaan norma hukum
dalam masyarakat
MANUSIA DAN HUKUM
 Sasaran utama Antropologi Hukum adalah manusia dan perilaku
budayanya dalam mematuhi hukum.
 Pada prinsipnya perilaku / watak / sifat manusia berbeda-beda (baik -
buruk, sabar - kasar, berani – petakut, malu - tidak malu, tegas - lemah,
tekun - malas, aktif - pasif dll). Perilaku tsb dipengaruhi oleh faktor intern
dan ekstern:
- Faktor Intern (bersifat personal), identitas diri meliputi :
1. Naluri : hasrat, keinginan, emosi, nafsu: dorongan kehendak utk
menggunakan energy, bersifat aktif, energic, mau berbuat, bersemangat,
(positif atau negati)
2. Perasaan (rasa): merupakan ekspresi yang dihasilkan oleh idera seperti:
rasa enak-sakit, senang-susah, gembira-kasihan, dll), hendaknya bisa
dibedakan antara yang berakibat baik dan yang buruk, (positif atau
negatif).
3. Akal (rasio): buah pikiran manusia yang menghasilkan ilmu penge-tahuan
dan teknologi, mendorong perubahan (Positif atau Negatif)
4. Nurani/hati nurani: merupakan ekspresi jiwa manusia yang bersifat
bathinia, (selalu positif).
- Faktor Ekstern (pengaruh luar) yang
mempengaruhi perilaku manusia (Positif atau
negatif) :
1. Faktor waktu (dahulu, sekarang, akan datang)
2. Faktor lingkungan/tempat
a. Lingkungan sosial dan
b. Lingkungan geografis
3. Faktor Kondisi/keadaan
a. Pendidikan (pemahaman agama)
b Ekonomi
c. Informasi dan Teknologi
c. Politik
d. Status Sosial
e. Keamanan
 Faktor-faktor tsb (intern dan ekstern) hendaknya
saling menunjang, dan dilandasi oleh moral yang
baik sesuai dgn hati nurani. Hal ini penting utk
menghindari prilaku buruk pada diri manusia

Norma-Norma Sosial: Fungsi Hukum:


1. Norma Agama - Fungsi Mengatur (Social Regulation)
2. Norma Sopan santun - Fungsi Kontrol sosial (Social Control)
3. Norma Kesusilaan
- Fungsi Rekayasa Sosial(Social Enginering)
4. Norma Hukum
- Fungsi Kepastian hukum (Legal Certainty)

Tujuan Hukum:
selaras, seimbang, harmonis, tertib, aman, adil, sejahtera

Anda mungkin juga menyukai