Anda di halaman 1dari 172

PIH / PHI

A. LATAR BELAKANG

Maksud diberikannya mata kuliah ini adalah


untuk memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian dalam mempelajari hukum dan
pengantar dalam mempelajari hukum-
hukum yang berlaku di Indonesia (Hukum
Positif)
B. ISTILAH DAN PENGERTIAN DAN RUANG
LINGKUP

- PENGANTAR :
> Mengantar membawa ketempat yang dituju
(Inleiding.Introduction)/memperkenalkan ilmu hukum ;
- ILMU HUKUM :
> - Ilmu Pengetahuan yang obyeknya Hukum ;
- Cross : Segala Pengetahuan
yang mempelajari hukum dalam
segala bentuk dan manivestasinya ;
- Curzon : Ilmu yang mencakup dan
membicarakan segala hal yang
berhubungan dengan hukum
Ilmu hukum tidak hanya membicarakan tentang pelaturan
perundang undangan saja melainkan juga filsafat nya,
perkembangan nya sampai sekarang, fungsi fungsi hukum.
Dengan demikian subjek ilmu hukum adalah hukum sebagai
suatu fenomena dalam kehidupan manusia dimana dan
kapan saja/Universal
Ilmu yang akan mempelajari seluk beluk
mengenai hukum
Cabang-cabang/bagian dari ilmu hukum.
J. Van Apeldoorn:
-Sosiologi hukum
-Sejarah hukum
-Perbandingan hukum
Lemaire:
-Ilmu hukum positip
-Sosiologi hukum
-Perbandingan hukum
-Sejarah hukum
Bellefroid:
-Dogmatik hukum
-Sejarah hukum
-Perbandingan hukum
-Politik hukum
-Ajaran hukum umum
Lie oen Hock :
-Ilmu hukum positip
-Sosiologi hukum
-Sejarah hukum
-Perbandingan hukum
-Ilmu hukum dogmatik/sistematis
a. PIH
Dr. Soejono D
PIH (Encyclopedie hukum) adalah ilmu
pengetahuan yang berusaha menjelaskan tentang
keadaan, maksud dan tujuan dari bagian bagian
penting dari hukum serta hubungan antara bagian
bagian tersebut dengan ilmu pengetahuan hukum
Dr. Achmad Sanusi
PIH merupakan suatu pelajaran dasar (basic
Leervak) yang harus dikuasai oleh mereka yang
ingin mempelajari ilmu hukum
- PIH adalah sarana memperkenalkan ilmu hukum. PIH
menunjukan ilmu hukum secara keseluruhan
- Pelajaran Dasar bagi setiap orang yang akan
mempelajari hukum yang sangat luas ruang
lingkupnya.
- Memberikan dan menanamkan tentang pengertian-
pengertian dasar dari berbagai istilah/terminologi
dalam ilmu hukum.
- Pelajaran Dasar yang bertujuan memperkenalkan Ilmu
Hukum secara keseluruhan, dalam garis besarnya.
Peran dan Fungsi PIH
1. Memberikan Introduksi/ memperkenalkan segala
masalah yang berhubungan dengan hukum
2. Memperkenalkan ilmu hukum yaitu pengetahuan yang
mempelajari seluk beluk dari pada hukum dalam
segala bentuk dan manifestasinya
3. Merupakan dasar dalam rangka mempelajari hukum.
Tampa memahami PIH secara tuntas tidak akan dapat
di peroleh pengertian yang baik tentang ilmu hukum. (
PIH merupakan basic leervak)
Hakikat PIH
1. PIH merupakan Mata pelajaran yang menjadi pengantar dan
penunjuk jalan bagi siapa pun yang ingin mempelajari ilmu
hukum, yang ternyata sangat luas ruang lingkup nya.
2. PIH memberikan dan menanamkan pengertian dasar
mengenai arti, permasalahan dan persoalan persoalan di
bidang hukum sehingga merupakan mata pelajaran
utamayang harus di kuasai oleh mereka yang ingin mendalami
ilmu hukum
3. PIH memberikan gambaran gambaran dan dasar yang jelas
mengenai sendi sendi utama hukum
4. Karena PIH merupakan mata pelajaran dasar maka bagi
mereka yang ingin mempelajari ilmu hukum harus menguasai
PIH lebih dahulu.
b. PHI
> Pelajaran Dasar yang mempelajari
Hukum Positif Indonesia sebagai suatu
sistim hukum yang sedang berlaku di
Indonesia misalnya : H. Perdata, H.
Pidana, H. Acara Per/Pid, HTN, HAN, H.
Agraria
Persamaan: Keduanya merupakan M.P. Dasar
Perbedaan : Terletak pada obyeknya

PIH : Hukum pada umumnya/universal, tidak


dibatasi waktu dan tempat tertentu

PHI : Dibatasi Waktu dan Tempat, H. Positif


Indonesia, Hukum yang sedang berlaku di
Indonesia, saat ini
Hubungan antara PIH dan PHI >

PIH : mendukung/menunjang setiap orang yang


akan mempelajari Hukum Positif Indonesia
1. MANUSIA DAN MASYARAKAT ( HUBUNGAN
MASYARAKAT DAN HUKUM)
- Hukum tidak lepas dari kehidupan manusia,
maka untuk membicarakan hukum kita tidak
dapat lepas dari kehidupan manusia ;
- Sesuai dengan kodratnya, manusia tidak dapat
hidup sendiri.
- Manusia selalu hidup bersama, berkelompok
karena manusia tidak dilengkapi dengan
sarana yang cukup untuk memenuhi semua
kebutuhan dasarnya.
- ARISTOTELES (Filsuf Yunani) :
Manusia adalah mahluk sosial /zoon
Politicon, manusia adalah mahluk
yang selalu ingin bergaul dan berkumpul
dengan manusia yang lain, suka
bermasyarakat.
- Masyarakat :

- Merupakan suatu kehidupan bersama yang

terorganisir untuk mencapai tujuan bersama ;

- Terbentuk bila ada dua orang/lebih, hidup

bersama, sehingga menimbulkan berbagai

hubungan yang mengakibatkan saling kenal


dan saling mempengaruhi
KESIMPULAN :
- Tidak ada manusia yang hidup seorang diri
lepas dari kehidupan bersama. Manusia tidak
mungkin berdiri di luar atau tanpa masyarakat.
Sebaliknya masyarakat tidak mungkin ada tanpa
manusia.

- Hanya dalam kehidupan bersama manusia


dimungkinkan memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya.
Faktor-Faktor yang mendorong agar manusia

selalu hidup berkelompok/bermasyarakat :


(1) Faktor Ekonomi
(2) Faktor Biologi
(3) Faktor Keamanan
2. * BENTUK MASYARAKAT
Masyarakat sebagai bentuk pergaulan hidup atau bentuk
kehidupan manusia bermasyarakat, dapat dilihat dari
berbagai hal, antara lain :
a). Menurut Dasar Pembentukannya.
Bentuk masyarakat dapat dibagi :

- Masyarakat Teratur yaitu :

masyarakat yang diatur dengan tujuan


tertentu (perkumpulan olah raga).
- Masyarakat teratur yang terjadi dengan
sendirinya , tidak dengan sengaja dibentuk, tapi
masyarakat itu ada karena kesamaan kepentingan
(penonton bioskop, penonton sepakbola dsb)

- Masyarakat tidak teratur, masyarakat yang


terjadi dengan sendirinya tanpa dibentuk (orang2 di pasar).

b) .Menurut dasar hubungan yang diciptakan


oleh para anggotanya :
1) Masyarakat Paguyuban
(GEMEINSCHAFT) > masyarakat
yang anggota2nya, ada hubungan
pribadi, sehingga menimbulkan ikatan
batin (perkumpulan kematian, rumah
tangga)
2. Masyarakat Patembayan (Gesellschaft),
adalah masyarakat yang hubungan antara
anggota2nya tidak bersifat kepribadian,
tetapi bersifat tugas dan bertujuan untuk
mendapatkan keuntungan
material/kebendaan (PT, FIRMA,
PERSEROAN, ORGANISASI KARYAWAN).
3. TATA HIDUP BERMASYARAKAT
- Setiap manusia mempunyai sifat, watak, dan
kehendak sendiri-sendiri ;
- Saat berinteraksi dengan orang lain dalam
masyarakat adakalanya keputusan
keputusan tersebut bertentangan satu
dengan yang lain. Bentrokan2 ini apabila
dibiarkan dapat menimbulkan perpecahan
dalam masyarakat ;
- Karena itu gangguan2 tersebut harus
dicegah ;
- Agar masyarakat menjadi teratur/tertib, anggota-
anggotanya harus memperhatikan
kaedah2/norma2/aturan yang ada dan hidup
dalam masyarakat;
- Peraturan-peraturan hidup tsb akan
memberikan patokan2 , petunjuk, pedoman atau
ukuran kepada anggota masyarakat, mana perbuatan-
perbuatan yang boleh dilakukan, mana yang tidak
boleh, sehingga anggota masyarakat tahu bagaimana
harus
berperilaku atau bersikap dalam kehidupan
bersama/bermasyarakat

- Peraturan2 Hidup tsb disebut peraturan hidup


kemasyarakatan, kaedah atau norma ;

- Jadi kaedah/norma adalah patokan atau pedoman


untuk berperilaku/bersikap dalam hidup.

- Dengan perkataan lain, kaedah/norma merupakan


perumusan suatu pandangan mengenai
perikelakuan atau sikap tindak.
4. MACAM-MACAM KAEDAH
Untuk Melindung kepentingan manusia dalam
masyarakat, terdapat beberapa kaedah:
1. Kaedah hidup pribadi, mencakup :
a. Kaedah Agama
b. Kaedah Kesusilaan
2. Kaedah hidup antar pribadi, terdiri:
a. Kaedah kesopanan
b. Kaedah hukum
a. Kaedah Agama :
- Peraturan yang berasal dari Tuhan, ;
- Berisi perintah-perintah, larangan-
larangan, dan anjuran-anjuran ;
- Tujuannya untuk memberikan tuntunan dan petunjuk
kearah yang benar dalam kehidupan manusia
beriman
- Sanksi terhada pelanggaran kaedah agama
akan mendapat hukuman dari Tuhan/dosa.
b. Kaedah Kesusilaan :
- Pedoman atau patokan yang berasal dari suara
hati nurani manusia (manusia pribadi) ;
- Berisi perbuatan-perbuatan apa yang dianggap baik
atau yang dianggap buruk ;
- Tujuannya agar terbentuk kebaikan akhlak hidup
pribadi ;
- Sanksi terhadap pelanggaran kaedah
kesusilaan adalah timbulnya rasa penyesalan,
malu, takut,rasa bersalah dalam hati/batin sipelaku.
c. Kaedah kesopanan :
- Peraturan-peraturan yang berasaldari
masyarakat ;
- Berisi sikap tindak/peri kelakuan tertentu,
yang sudah ditentukan sebagai sikap tindak
yang sopan atau tidak sopan
- Ditujukan kepada sikap lahir perilakunya
yang konkrit
- Bertujuan untuk membuat sedap hidup bersama
(Pergaulan, pakaian, cara makan,bahasa)
- Sanksi terhadap pelanggaran kaedah kesopanan,
adalah berupa celaan, teguran, cemoohan,
pengucilan dari lingkungan masyarakatnya.
- Daerah berlakunya kaedah kesopanan ini sempit
,sopan santun disuatu daerah tidak sama dengan
daerah yang lain.
- Kaedah agama, kesusilaan, dan kesopanan pada
hakekatnya hanya membebani manusia dengan
kewajiban-kewajiban semata, tidak memberi hak.
d. Kaedah hukum :
sebagai perlindungan kepentingan manusia,
kaedah agama, kesusilaan, dan kesopanan saja
belum cukup memuaskan, karena :
- Masih ada kepentingan-kepentingan manusia
yang belum diatur/mendapat perlindungan
dari ketiga kaedah tersebut ;
- Selain itu kepentingan-kepetingan manusia
yang sudah mendapat perlindungan dari
ketiga kaedah tersebut pun, dirasa belum
cukup terlindungi, karena sanksi terhadap
pelanggaran kaedah-kaedah tersebut
dirasakan belum cukup memuaskan , perlu
kaedah lain yaitu kaidah hukum
Kaedah hukum :

- Peraturan-peraturan yang dibuat secara


resmi oleh penguasa negara ;

- Mengikat setiap orang dan berlakunya dapat


dipaksakan oleh aparat negara ;

- Sanksinya tegas dan konkrit..


Jadi Kaedah Hukum melindungi lebih lanjut
kepentingan manusia baik yang sudah
maupun yang belum mendapat perlindungan
dari ketiga kaedah tersebut.
Kaedah Hukum, kecuali membebani
manusia dengan kewajiban-kewajiban juga
memberi hak.
Hubungan antara kaedah hukum dengan kaedah
lainnya :
- Kaedah hukum dapat dibedakan dari kaedah agama,
kesusilaan, dan kesopanan, tetapi tidak dapat dipisahkan.
- Keempat kaedah tersebut ada hubungan yang erat, isi
masing-masing kaedah saling mempengaruhi, saling
memperkuat.
- Perbedaan yang menonjol antara kaedah hukum dengan
kaedah-kaedah yang lainnya tersebut adalah sanksinya
yang bersifat memaksa.
5. PENGERTIAN HUKUM / APAKAH HUKUM ITU?
- Para sarjana telah lama mencari suatu batasan/definisi tentang
hukum, tapi belum ada yang dapat memberikan suatu definisi yang
tepat dan lengkap.
- Immanuel Kant (Belanda) Kurang lebih 200 th yang lalu pernah
menulis :
NOCH SUCHEN DIE JURISTEN EINE DEFINISION ZU IHREM
BEGRIFFE VON RECHT
( masih juga para sarjana hukum mencari suatu definisi tentang
hukum ) Para sarjana memberikan definisi dari segi/sudut pandang
yang berbeda (segi sejarah,sosial,ekonomi,filsafat sesuai keadilan
masing masing
Pendapat para sarjana tentang hukum ?

- Apeldoorn :
Tidak mungkin memberikan suatu definisi yang
tepat tentang hukum. Selain banyak seginya dan
luas cakupannya, hukum itu dinamis, selalu
berkembang sesuai dengan perkembangan/kemajuan
masyarakat.
- Lemaire :
Hukum sulit didefinisikan secara tepat karena
hukum mempunyai segi dan bentuk yang sangat
banyak.
Tapi hukum sangat penting bagi kehidupan
manusia, karena hukum mengatur hubungan
hubungan antara sesama manusia/anggota
masyarakat :
> Timbul dua pendapat :
1) Hukum perlu di definisikan, karena definisi
dapat membantu orang-orang yang akan
mengetahui/mempelajari hukum, walaupun
definisi hukum sebagai pegangan, ;

2). Hukum tidak perlu didefinisikan, karena akan


membingungkan orang-orang yang akan mempelajari
hukum.
6. Definisi-definisi hukum ( sebagai pegangan )
- Man in the street.?
- Prof. Mr. E.M. Meyers :
* Semua aturan yang mengandung pertimbangan-
pertimbangan kesusilaan ;
* Ditujukan untuk tingkah laku manusia dalam
masyarakat, dan
* Sebagai pedoman bagi penguasa negara dalam
menjalankan tugasnya.
- Immanuel Kant :

* Keseluruhan syarat-syarat

* Agar kehendak bebas dari orang yang satu

dapat menyesuaikan diri dengan kehendak

bebas orang lain.


- Drs. E. Utrecht :

* Himpunan peraturan-peraturan yang berisi

perintah dan larangan ;

* Yang mengatur tata tertib suatu


masyarakat dan ;

* Harus ditaati oleh masyarakat.


- S.M. Amin, SH :
* Kumpulan peraturan-peraturan ;
* Untuk ketertiban dalam pergaulan
manusia
- JCT Simorangkir & Moeryono, SH :
* Peraturan-peraturan yang bersifat
memaksa ;
* Menentukan tingkah laku manusia
dalam masyarakat ;
* Dibuat oleh instansi resmi/berwenang ;
* Pelanggarannya akan mendapat
hukuman tertentu.
- MH Tirtaamidjaja, SH :
* Semua aturan-aturan yang harus diikuti
dalam pergaulan hidup;
* Ada ancaman terhadap pelanggarannya
7. Unsur-Unsur Hukum
Dari definisi definisi tersebut dapat di simpulkan bahwa
hukum mengandung beberapa unsur :
a. Peraturan-peraturan mengenai tingkah laku
manusia dalam pergaulan masyarakat ;
b. Dibuat oleh instansi resmi yang berwenang ;
c. Bersifat memaksa ;
d. Sanksi terhadap pelanggarannya, tegas.
8. Ciri Ciri Hukum
a. Berisi perintah dan/atau larangan ;
b. Perintah/larangan tersebut harus dipatuhi
setiap orang ;
c. Ada sanksi hukum yang tegas.
9. Sifat Hukum
Mengatur dan memaksa/sanksi yang tegas.
10. TUJUAN HUKUM
Dalam fungsinya sebagai pelindung kepentingan manusia,
hukum mempunyai tujuan, mempunyai sasaran yang ingin
dicapai.
Adapun tujuan pokok hukum adalah menciptakan tatanan
masyarakat yang tertib, menciptakan ketertiban dan
keseimbangan, agar kepentingan manusia dapat terlindungi.
Dalam mencapai tujuannya tersebut hukum bertugas membagi
hak dan kewajiban antar perorangan dalam masyarakat, serta
memelihara kepastian hukum
Dalam literatur dikenal beberapa teori tentang tujuan
Hukum :
A. Teori Etis (Geny) :
Hukum semata-mata bertujuan untuk mewujudkan
keadilan. isi hukum ditentukan oleh keyakinan kita yang
etis tentang yang adil dan yang tidak adil.
Apakah keadilan itu ?
keadilan menyangkut :
(1) Hakekat Keadilan,
yaitu penilaian terhadap suatu tindakan dengan
mengkajinya dengan suatu norma yang menurut
pandangan subjektif (subjektif untuk keputusan
kelompok/golongan) melebihi norma-norma yang lain,
dan
(2) Isi keadilan.
Menurut Aristoteles ada 2 macam keadilan :
- Keadilan Distributif (Justitia Distributiva)
> Keadilan yang menuntut bahwa setiap orang
mendapat apa yang menjadi hak/sesuai jasanya.
Jadi adil disini ialah bila setiap orang
mendapatkan hak/jatahnya secara proporsional
sesuai misal : pendidikan, kedudukan,kemampuan
dsbnya.
> Jadi disini bukan kesamaan yang dituntut

tetapi perimbangan.(proporsional)
- Keadilan Komutatif (Justitia Commutativa) >
Keadilan yang memberikan kepada setiap orang

bagian yang sama banyaknya.

> Jadi disini yang dituntut adalah kesamaan

> yang adil ialah bila setiap orang diperlakukan sama


tanpa memandang kedudukan dsb.

Catatan : Justitia Distributiva merupakan urusan pembentuk Undang-


undang sifatnya Proporsional sedangkan justitia Commutativa
merupakan urusan hakim.Keadilan Komutatif karena memperhatikan
kesamaan maka sifatnya mutlak.
B. Teori Utilities (Bentham) >
Hukum bertujuan hanya untuk mewujudkan apa yang
bermanfaat bagi manusia, menjamin kebahagiaan yang
terbesar bagi manusia

C. Teori Campuran, >

Menurut Mochtar Kusumaatmadja tujuan pokok dan


pertama dari hukum adalah ketertiban dan
tercapainya keadilan.
Tujuan Hukum menurut Ahli Hukum :

1. Prof. Van Apeldoorn :


- Mengatur pergaulan hidup manusia secara
damai, hukum menghendaki perdamaian.

2 . Prof. Van Kant :


- Hukum bertujuan menjaga kepentingan
setiap orang supaya kepentingan
kepentingan tersebut tidak diganggu >
menjamin kepastian hukum.
3. Prof. Soebekti :
- hukum bertujuan mencari keseimbangan
antara pelbagai kepentingan yang saling
bertentangan untuk mendapatkan keadilan
dan

- Juga harus mendapatkan kepastian hukum.

* Tujuan Hukum Menurut Hukum Positif kita menjamin


adanya keadilan , kemanfaatan dan kepastian hukum
1. SUMBER SUMBER HUKUM
- Dimanakah Hukum dapat ditemukan? atau
- Dimanakah Hakim dapat mencari/menemukan
hukumyang dapat digunakannya sebagaidasar
putusannya? Atau
- Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa suatu
peraturan tu mempunyai kekuatan yang mengikat
atau berlaku ?
- Sumber Hukum
Segala apasaja yang menimbulkan aturan- aturan
yang mempunyai kekuatan yang bersifat
memaksa, yaitu aturan aturan yang kalau
dilanggar mengakibatkan sanksi yang tegas
dan nyata.Jadi pada hakekatnya sumber hukum
adalah tempat kita dapat menemukan atau
menggali hukumnya
- ALGRA, membagi sumber hukum dalam :

1. Sumber Hukum Materiel > tempat darimana materi


hukum di ambil (hubungan sosial, politik, ekonomi,
tradisi, agama, kesusilaan, geografis, dsbnya)

2. Sumber Hukum Formil > Tempat/Sumber dari mana


suatu peraturan memperoleh kekuatan hukum > ini
berkaitan dengan cara terjadinya/terciptanya hukum
positif.
- Achmad Sanusi, membagi sumber hukum dalam :

1. Sumber Hukum Normal, yang terdiri dari :


a. Yang langsung diakui Undang undang, yaitu UU,
Traktat & Kebiasaan;
b. Yang tidak langsung diakui UU, yaitu Perjanjian,
Doktrin, dan Yurisprodensi;
2. Sumber Hukum Abnormal, yaitu :
a. Proklamasi
b. Revolusi
c. Coup DEtat
Sumber Hukum Formil :
1. Undang-undang/Statute :
Undang-undang adalah peraturan hasil kerja lembaga
legistatif > Undang undang adalah peraturan negara,
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, diadakan
dan dipelihara oleh penguasa negara.

Undang-undang dapat dibedakan atas :


(1) UU dalam arti materil :
Merupakan keputusan atau ketetapan yang di lihat dari
isinya disebut UU dan mengikat setiap orang/penduduk
secara umum.

2. UU dalam Arti Formil >

Setiap keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan


cara pembuatannya/terjadinya disebut UU.
* Syarat berlakunya suatu UU > Kekuatan mengikatnya
suatu UU:
- Di Undangkan dalam LN, oleh Menteri
- Sekretariat Negara, agar dapat diketahui ssetiap orang;
- Tanggal mulai berlakunya, adalah menurut tanggal yang -
ditetapkan/dotentukan dalam UU tsb;
- Bila tidak disebutkan dalam UU, maka tanggal mulai
berlakunya adalah 30 hari setelah doundangkan dalam
LN;
- Berlaku asas/Fiksi Hukum > setiap orang dianggap telah
mengetahui adanya suatu UU
* Suatu UU Tidak Berlaku lagi, jika :

- Jangka waktu berlakunya telah lewat;


- Keadaan/hal yang diatur oleh UU tsb sudah tidak ada
lagi;
- Dicabut oleh instansi yang membuat UU atau yang
lebih tinggi;
- Telah dibuat UU yang baru yang isinya bertentangan
dengan UU yang lama.
* Asas Tentang Berlakunya UU
- UU tidak berlaku surut (pasal 1 ayat 1 KUHP)
- UU yang dibuat oleh instansi yang lebih tinggi mempunyai
kedudukan yang lebih tinggi;
- UU yang bersifat khusus mengenyamping kan UU yang
bersifat Umum (lex specialis derogat lex generalis);
pasal 1 ayat 2
- UU yang berlaku belakangan/kemudian membatalkan UU
yang terdahulu (lex posteriore derogat lex priori)
- UU tidak dapat diganggu gugat.
- Dapatkah UU dinilai dan dibatalkan? (Judicial Review);
Tata Urutan/Hierarkhi peraturan per UU di Indonesia
(UU no. 12/2011)

1. UUD 45
2. Tap MPR
3. UU/ PERPU
4. PP
5. PERPRES
6. PERDA
- UUD 45
Memuat hukum dasar tertulis negara, merupakan hukum
dasar dalam peraturan per UU/ Sumber Hukum bagi
pembentukan peraturan perundang undangan

- Tap MPR
* UU/PERPU :
- UU dibentuk oleh DPR bersama Presiden untuk
melaksanakan ketentuan UUD 45.
- PERPU ditetapkan oleh Presiden dalam hal/ikhwal
kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan harus
diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut.

* PP
Dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah UU.
PERPRES
Dibuat oleh Presiden, berisi materi yang diperintahkan oleh
UU atau untuk melaksanakan PP.

PERDA
- Merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum
diatasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah
ybs;
PERDA dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama
kepala daerah :

-PERDA Provinsi dibentuk oleh DPRD Prop/Tk.I


bersama Gubernur.
-Perda Kabupaten/Kota dibuat DPRD
Kabupaten/Kota bersama Bupati/Wali Kota
-Peraturan Desa/Setingkat, dibuat oleh Badan
Perwakilan Desa bersama Kepala Desa/ Nama
lainnya.
Selain itu ada jenis- jenis peraturan per UU yang lain
yang diakui keberadaannya dan mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat.
- Aturan Hukum yang lebih rendah, tidak boleh
bertentangan dengan aturan hukum yang
lebih tinggi.
2. Kebiasaan/Custom >

- Merupakan sumber hukum yang tertua;


- Merupakan tindakan menurut pola tingkah laku
yangtetap/ajeg/lazim.Perbuatanyang dilakukan
berulang ulang (dalam hal yang sama)
- Perbuatan tersebut diterima oleh masyarakat.
- Kebiasaan tidak merupakan sumber hukum
kecuali UU menetapkan demikian (diakui
Pemerintah/Negara).
3. Traktat/Perjanjian antar Negara
Perjanjian/Traktat merupakan Sumber Hukum dalam arti formal,
karena harus memenuhi persyaratan-persyaratanformal tertentu
untuk dapat disebut Traktat/ Perjanjian
Internasional.Traktat bisa bilateral maupun multilateral.
Dalam Traktat / Perjanjian ada suatu asas > Pacta
Sunt Servada :
Perjanjian mengikat pihak pihak yang mengadakannya/berlaku
sebagai UU bagi ybs.
4. Yurisprudensi/Keputusan-Keputusan Hakim >
Keputusan keputusan hakim yang dipakai sebagai dasar
keputusan hakim yang lain, untk mengadili perkara yang
serupa.
Macam macam Yurisprudensi;
1. Yurisprudensi Tetap >
Keputusan hakim yang berulangkali digunakan kembali pada
kasus-kasus yang serupa.Karena putusan tersebut selalu
digunakan kembali maka dikatakanlah yurisprudensi
merupakan Sumber Hukum.
2. Yurisprudensi Tidak Tetap >
Putusan putusan hakim yang belum masuk menjadi
yurisprudensi tetap > jadi belum menjadi SH
5. DOKTRIN
Pendapat para Sarjana Hukum yang terkemuka yang
besar pengaruhnya terhadap hakim dalam
mengambil keputusannya.
Jadi untuk menjadi Sumber Hukum Formil, Doktrin
harus memenuhi syarat yaitu
telah menjelma menjadi putusan hakim.
ASAS HUKUM

-Satjipto Rahardjo
Merupakan jantungnya peraturan hukum, karena merupakan
landasan yang luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum

- Bellefroid :
Norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif. Asas
Hukum merupakan pengendapan hukum positif dalam suatu
masarakat
- V. Eikema Hommes:

Dasar-dasar umum atau petunjuk petunjuk dalam


pembentukan hukum positif/ hukum yang berlaku

P.Scholden
kecendrungan-kecendrungan yang disyaratkan oleh
pandangan kesusilaan kita pada hukum.
Kesimpulan :
a. Asas hukum merupakan pikiran dasar peraturan konkrit
pada umumnya, tidak tersurat melainkan tersirat dalam
kaedah/peraturan hukum konkrit
b. Merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat
dalam dan di belakang setiap sistemhukum yang terjelma
dalam peraturan perundang-undangan dan keputusan
hakim
Landasan Asas Hukum
Asas Hukum mempunyai dua landasan yaitu:
1) Berakar dalam kenyataan masyarakat, dan pada
2) nilai-nilai yang dipilih sebagai pedoman dalam kehidupan
bersama
Sifat Asas Hukum
1) Abstrak :
Karena sifatnya yang abstrak, asas hukum pada umumnya
tidak dituangkan dalam peraturan / pasal yang konkrit.
Misal :
1. Point dinteret point daction (siapa yang mempunyai
kepentingan hukum dapat mangajukan gugatan);
2. Restitutio in integrum (pengembalian kepada keadaan
semula);
3. In dubio pro reo (dalam hal ada keragu-raguan, hakim
harus memutuskan sedemikian sehingga
menguntungkan terdakwa);
4. Res judicata pro veritate habetur (ada yang diputus
hakim harus dianggap benar);
5. setiap orang dianggap tahu akan undang-undang
6. Perlindungan terhadap pihak ketiga yang beritikat
baik
Meskipun demikian ada juga asas hukum yang dituangkan
dalam bentuk peraturan konkrit/pasal:
1. Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege
Poenali (Pasal 1 ayat 1 KUHPidana)
2. Praduga Tak Bersalah/ Presumption of innocence
(Pasal 8 ayat 1 UU no. 48/2009)
3. Exceptio Non Adimpleti Contactus/ tangkisan bahwa
pihak lawan dalam keadaan lalai juga, maka tidak dapat
menuntut pemenuhan prestasi ( pasal 1266 KUHPer )
4. Audie et Alteram Pertem / kedua belah pihak harus
didengar.
5. Actio Paulina (pasal 1341 KUH Perdata)
6. Lex Specialis Derogat Lex Generalis (pasal 1 KUHD)
7. Lex Superior Derogat Lex Inferiori ( Peraturan yang
lebih tinggi mengeyampingkan yang rendah).
8. Lex Posteriori Derogat Lex Priori ( UU yang baru
mengenyampingkan UU yang lama).
9. Actio Paulina (Tuntutan hukum untuk pernyataan batal segala
perbuatan yang tidak di wajibkan yang dilakukan oleh pihak
yang berhutang yang menyebabkan penagih hutang di rugikan)
10. Lex dura sed tamen scripta ( UU adalah keras, tetapi itu sudah
di tulis demikian )
11. Asas Nebis in idem (seuatu pekara tidak dapat diputus unatuk
kedua kali nya oleh pengadilan di tempat yang sama )
12. Pacta sunt servanda ( perjanjian harus dilaksanakan/ berlaku
sebagai UU bagi pembuatnya
2) Umum
Asas Hukum itu sifatnya umum, tidak hanya berlaku untuk
satu peristiwa khusus tertentu saja.Karena bersifat umum,
maka asas hukum membuka kemungkinan pengecualian
pengecualian /penyimpangan-penyimpangan, sehingga
sistem humkumnya tidak kaku/luwes.Contoh: UU no.
1/1974 dikalahkan PP no.45/1990 (UU dikalahkan PP).
>kepastian hukum harus mengalah terhadap kepentingan
yang lebih luhur.
3) Dinamis
Asas Hukum pada umumnya bersifat dinamis,
berkembang mengikuti kaedah hukumnya,sedangkan
keadah hukum akan berubah mengikuti perkembangan
masyarakat, jadi dipengaruhi waktu dan tempat.Sekalipun
bersifat dinamis,menurut P.Scholten, ada asas hukum
yang bersifat universal yang berlaku kapan saja, dan
dimana saja;
Ada lima asas hukum universal:
1. Asas Kepribadian
2. Asas Persekutuan
3. Asas Kesamaan
4. Asas Kewibawaan dan
5. Asas pemisahan antara baik dan buruk.
Macam Asas Hukum :
1. Asas Hukum Umum :
Asas Hukum yang berhubungan dengan seluruh bidang hukum (missal:
asas restitutio in integrum, Asas lex posteriori derogat lex priori, Asas nebis
in idem)
2. Asas Hukum Khusus :
Asas Hukum yang berfungsi dalam bidang yang lebih sempit,seperti dalam
bidang hukum perdata, hukum pidana (misal ; Asas pacta sunt servanda,
Asas konsensualisme, Asas praduga tak bersalah).
Hukum dan Etik
- Karena kaedah hukum itu melindungi kepentingan manusia, maka harus
ditaati. harus dilaksanakan, diperhatikan, bukan dilanggar.
- Yang menjadi tolak ukurnya, ialah melanggar atau tidak, karena itu
kaedah hukum disebut juga kaedah etis.
- Hukum dan etik merupakan dua sisi dari satu mata uang.
- Hukum ditujukan kepada manusia sebagai mahluk social, sedangkan
etik ditujukan kepada manusia sebagai individu (hati nuraninya)
PEMBAGIAN / PENGGOLONGAN HUKUM
1. Menurut isinya :
a. Hukum Publik :
Hukum yang mengatur kepentingan umum dan
mengatur hubungan penguasa/Negara dengan alat-
alat perlengkapanya, atau mengatur hubungan antara
Negara dengan warga Negaranya. (Hukum pidana,
HTN, HTUN, Hukum public International)
b. Hukum Privat/Hukum Sipil :
Hukum yang mengatur hubungan-hubungan hukum antar perorangan >
titk beratnya pada kepentingan perseorangan (Hukum perdata, Hukum
dagang)

Perbedaan :
Hukum Publik :
- Salah satu pihaknya adalah Negara/penguasa;
- Sifatnya memaksa ;
- Tujuan Hukum Publik adalah melindungi kepentingan
Umum.
Hukum Privat :
- Kedua belah pihak adalah perorangan;
- Pada umumnya bersifat pelengkap;
- Tujuannya melindungi kepentingan perorangan/individu.
2. Menurut Bentuknya :
a. Hukum Tertulis ; > ciri dari hukum Modern
1. Sudah dikodifikasikan
2. Belum dikodifikasikan
b. Hukum Tidak Tertulis / kebiasaan / adat> Hukum yang
masih hidup dalam keyakinan masyarakat, ditaati,
walaupun tidak tertulis.
3. Menurut Fungsinya / cara
mempertahankannya :
a. Hukum Materiil (Hukum Substantif) >
Hukum yang memuat peraturan-peraturan yang
mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-
hubungan yang berwujud perintah dan larangan-
larangan.
b. Hukum Formil (Hukum ojektip) >
Atau Hukum Acara adalah hukum yang memuat
peraturan-peraturan yang mengatur bagaimana cara
melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil.
4. Menurut waktu berlakunya ;
a. Ius constitum / Hukum Positif >
Hukum yang telah ditetapkan, hukum yang berlaku
sekarang bagi suatu masyarakat tertentu, dalam suatu
daerah tertentu.
b. Ius Constituendum >
Hukum yang masih harus ditetapkan, hukum yang
diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang / yang
di cita-citakan.
5. Menurut Tempat Berlakunya :
a. Hukum Nasional >
Hukum yang berlaku dalam suatu Negara / dalam
wilayah suatu Negara.
b. Hukum Internasional >
Hukum yang mangatur hubungan Hukum antar Negara.

6. Menurut Sifatnya :
a. Hukum yang Memaksa
b. Hukum yang Mengatur/Melengkapi
7. Menurut Sumbernya :
a. Hukum Undang-Undang
b. Hukum Traktat
c. Hukum Kebiasaan
d. Hukum Yurisprudensi
8. Menurut Wujudnya :
a. Hukum Objektif >
Hukum yang berlaku umum, yang mengatur hubungah
hukum antara orang dengan orang
b. Hukum Subjektif >
Hak yang timbul dari hukum objektif dari orang-orang tertentu.
KODIFIKASI ?
> Pembukuan jenis hukum tertentu dalam suatu kitab
Undang-undang, dilakukan secara sistematis, dan
lengkap
Tujuan Kodifikasi, adalah untuk memperoleh:
- Kesatuan Hukum,
- Kepastian Hukum, dan
- Penyederhanaan Hukum
PENEMUAN HUKUM
- UU (sebagaimana kaedah pada umumnya) adalah untuk
melindungi kepentingan manusia;
- Oleh karena itu UU harus dilaksanakan/ditegakkan;
- Untuk itu UU harus diketahui orang dan harus jelas;
>setiap UU ada penjelasannya;
- Tapi walaupun UU sudah jelas, UU tidak mungkin lengkap
dan tuntas. (kegiatan manusia selalu berkembang)
-Selain itu ketentuan UU bersifat Abstrak dan pasif. Abstrak
karena umum sifatnya dan pasif karena tidak akan
menimbulkan akibat hukum kalau tidak terjadi peristiwa yang
konkrit.
- Dalam hal terjadi pelanggaran UU, hakim harus
melaksanakan / menegakkan UU
- Pasal 20 AB (Algemene Bepalingen) jo pasal 4 (1) UU
No 48/2009 : Hakim harus mengadili berdasarkan UU
- Pasal 22 AB jo pasal 10 (1) UU No. 48/2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman: Mewajibkan hakim/pengadilan
untuk tidak boleh menolak mengadili perkara yang
diajukan kepadanya dengan alasan UU yang
mengaturnya tidak lengkap atau tidak jelas (Asas non
Liquet)
- Untuk mengatasinya Pasal 5 (1) UU No. 48/2009 :
Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib
menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum
yang hidup dalam masyarakat.

- Hakim harus memiliki kemampuan dan keaktifan untuk


dapat menemukan hukumnya (Rechtvinding)
Penemuan hukum / rechtvinding :
- Proses pembentukan hukum oleh hakim/aparat penegak
hukum lainnya, dalam penerapan peraturan umum terhadap
peristiwa-peristiwa hukum yang konkrit. (merupakan proses
konkritisasi dan individualisasi pelaturan hukum yang bersifdat
umum dengan peristiwa konkrit ). Dan hasil penemuan Hukum
menjadi dasar bagi hakim untuk mengambil keputusan.
- Penemuan hukum terutama dilakukan oleh hakim dalam
memeriksa dan memutuskan suatu perkara
- Jadi rechtvinding dilakukan karena UU tidak sempurna, tidak
lengkap ataupun kurang jelas.
- Selain itu ketentuan UU bersifat abstrak dan pasif. Abstrak
karena umum sifatnya dan pasif karena tidak akan
menimbulkan akibat hukum kalau tidak terjadi peristiwa yang
konkrit
- Jadi setiap ketentuan UU perlu diberi arti, dijelaskan atau
ditafsirkan lebih dahulu untuk kemudian diterapkan pada
peristiwanya.
- Penemuan hukum dilakukan karena UU tidak sempurna, tidak
lengkap ataupun kurang jelas.
- Salah satu cara/metode penemuan hukum adalah dengan
interpretasi/ penafsiran hukum.
Salah satu cara/metode penemuan hukum adalah dengan
melakukan Interpretasi/penafsiran hukum
- Interpretasi/Penafsiran Hukum adalah sarana/alat
untuk mengetahui makna suatu peraturan perundangan-
undangan
MACAM-MACAM PENAFSIRAN
1. Penafsiran Gramatikal/Tata Bahasa > penafsiran
menurut susunan kata-katanya (arti perkataan
menurut tata bahasa/kebiasaan). Penafsiran
Gramatikal merupakan cara penafsiran yang paling
sederhana untuk mengetahui makna suatu ketentuan
UU, dengan menguraikan menurut bahasa, susunan
kata atau bunyinya (misal: kata kendaraan,
menggelapkan,diserahkan) Metode penafsiran
gramatikal di sebut juga metode objektif.
2. Penafsiran Sistimatikal/Dogmatis >
penafsiran yang menghubungankan pasal-pasal yang satu
dengan pasal yang lain, baik dalam UU itu sendiri maupun
hubungan dengan UU yang lain serta membaca penjelasan
UU tersebut (contoh pasal 1330 KUHP dengan pasal 330
KUHP, asas monogami/pasal 27 KUHP dihubungkan juga
dengan pasal 34,60,64,279 KUHP)
3. Penafsiran Historikal >
Penafsiran dengan jalan meneliti sejarah
terjadinya/terbentuknya suatu UU (proses pembahasan di
DPR, memori penjelesan, notulen notulen /surat menyurat).
Dengan lain perkataan penafsiran dengan melihat maksud
pembentuk UU pada waktu membuat UU tersebut (misal UU
No. 1/74 dikaitkan dengan gerakan emansipasi wanita
Indonesia, UU pornografi)
4. Penafsiran Teleologika/Sosiologis >
makna UU ditetapkan berdasarkan tujuan
kemasyarakatanya artinya peraturan perundang-undangan
disesuaikan dengan hunbungan dan situasi sosial yang baru.
Misalnya UU yang masih berlaku tapi sudah usang/tidak
sesuai lagi diterapkan/disesuaikan dengan peristiwa,
kebutuhan dan kepentingan masa kini.
- Dengan perkataan lain, peraturan yang lama di sesuaikan
dengan keadaan yang baru, peraturan yang lama dibuat
actual (misalnya penyadapan listrik untuk kepentingan
sendiri sama artinya dengan pencurian/pasal 362 KUHP)
5. Interpretasi Restriktif
Interprestasi Restriktif :
Adalah penafsiran yang bersifat membatasi yaitu
penafsiran dengan cara mempersempit arti/istilah
/pengertian suatu pasal dalam UU.
6. Interpretasi ekstentif
Penafsiran dengan cara memperluas arti/istilah/kata-kata
yang terdapat dalam UU sehingga suatu peristiwa dapat
masukan kedalamnya (misalnya listrik=benda).
7. Penafsiran Otentik/Resmi/Sahih >
Yaitu penafsiran pasti terhadap arti kata-kata sebagaimana
diberikan pembuat UU.
Sebagian sarjana berpendapat penafsiran otentik tidak
termasuk dalam ajaran tentang interprestasi, karena
penafsiran otentik adalah penjelasan yang diberikan oleh UU
dan termuat/terdapat dalam teks UU itu sendiri, bukan dalam
Tambahan LN (misalnya pasal 97 KUHP kata sehari sama
dengan 24 jam)
- Pemilihan metode interpretasi yang akan digunakan,
merupakan otonomi/wewenang hakim. Hakim akan
memilih/menentukan pilihannya berdasarkan
pertimbangan metode yang paling meyakinkan dan yang
hasilnya paling memuaskan.
- Selain metode interpretasi dalam ilmu hukum dikenal pula
metode Argumentasi/pengisian kekosongan hukum/konstruksi
hukum
- Interpretasi adalah metode penemuan hukum dalam hal
peraturannya ada tetapi tidak jelas untuk dapat diterapkan
pada peristiwanya.
- Sebaliknya dapat terjadi hakim harus memeriksa dan
mengadili perkara yang tidak ada peraturannya yang khusus
(disini hakim menghadapi kekosongan atau ketidak
lengkapan UU). Padahal hakim terikat ketentuan psl 22 AB
- kekosongan hukum oleh hakim)
- Prof Utrecht menyebutnya memenuhi ruangan kosong yang ada
dalam sistem UU
- Kekosongan dapat di timbulkan oleh hal hal :
a. Kelanjutan dari suatu hal yang diatur atau di sebut dalam suatu
UU tidak/ belum di selesaikan secara legislatif
b. Akibat dari hal yang di atur/di sebut dalam UU tidak/belum
ditampung secara legislatip
c. UU membuat rumusan yang meragukan
d. Disengaja/tidak di sengaja di timbulkan oleh UU
- Kesimpulan nya suatu UU dalam kenyataan nya senantiasa
terbelakang jika dibandingkan dengan kejadian kejadian yang
baru dalam perkembangan masyarakat
- Dalam hal ini untuk mengisi kekosongan dalam sistem
perundang undangan dapat dilakukan dengan metode
argumentasi/konstruksi hukum.
- Konstruksi hukum yaitu membentuk suatu pengertian baru yang
lebih tinggi, dan dengan mempergunakan kata kata yang
sesingkat singkatnya dan dapat mencakup pengertian yang lebih
luas lagi (psl 1576 KUHPer)
Teknik pelaksanaan konstruksi hukum/Argumentasi hukum,
dengan :
a) Analogi (analogische wetstopassing)/ Argumentum per
Analogiam
Yaitu memberikan penafsiran pada sesuatu peraturan hukum
dengan memberikan kias/ibarat pada kata-kata dalam
peraturan tersebut sesuai dengan asas hukumnya,
sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak termasuk
kedalamnya, kemudian dianggap sesuai dengan bunyi
peraturan tersebut. (cara penafsiran dengan memperluas
isi ketentuan dalam uu, dan kemudian menerapkanya pada
peristiwa konkrit)
- Jadi suatu peraturan per UU diterapkan terhadap suatu
peristiwa tertentu yang tidak diatur dalam UU tersebut,
tetapi peristiwa itu mirip/serupa dengan peristiwa yang
diatur oleh UU (misal pasal 1576 KUHP)
- Analogi boleh dilakukan bila menghadapi peristiwa-
peristiwa yang analog/mirip.
- Analogi merupakan metode penemuan hukum, tapi
sekaligus juga merupakan penciptaan sesuatu hal yang
baru.
- Analogi dapat juga di sebut interprestasi ekstensif, karena
memperluas pengertian.
- Analogi dilarang dalam hukum pidana, tapi penafsiran
ekstensif diperbolehkan (pencurian listrik).
b) Penghalusan hukum (rechtsverfijing)
Untuk mencapai apa yang dikatakan adil di dalam
penanganan suatu perkara hakim sering menyelesaikan
suatu perkara dengan suatu aturan tersendiri. Dengan
demikian hakim menyempurnakan sistem hukum yang
bersangkutan dengan memenuhi ruang kosong dalam
per uu ( penghalusan hukum)
c. Argumentum a Contrario
- Kadang-kadang suatu peristiwa tidak secara khusus diatur
oleh UU, tapi kebalikanya dari peristiwa tersebut diatur
oleh UU.
- Suatu penafsiran yang memberikan perlawanan
pengertian antara peristiwa konkrit yang dihadapi dengan
peristiwa yang diatur dalam UU (misal pasal 34 KUHP)
- Pada argumentum a Contrario, titik berat diletakan pada
ketidaksamaan peristiwa (dalam hal ketidaksamaan ada
kemiripan)
- Berfikir secara argumentum a contrario adalah kebalikan
dari cara analogi
Hakim merupakan pembentuk hukum:
- Kedudukan hakim di pengadilan adalah melengkapi ketentuan-
ketentuan hukun tertulis melalui penemuan hukum dan
pembentukan hukum. Jadi hakim/ pengadilan dalam sistem
hukum kita mempunyai fungsi membuat hukum baru (creation
of new law)
v. Apeldorn menyatakan bahwa seorang hakim harus
a. Meneyesuaikan UU dengan fakta konkrit
b. Menambah UU apabila diperlukan
- Pembentukan hukum oleh hakim wujudnya adalah dalam
bentuk pertimbangan hukum hakim dalam vonis, berisi hal-hal
yang tidak terdapat dalam hukum material yang ada.
Pasal 21/AB : Hakim tidak dapat memberi keputusan yang akan
berlaku sebagai peraturan umum. (hukum yang dihasilkan
hakim tidak sama dengan produk legislatif).
Keputusan hakim hanya berlaku untuk pihak-pihak yang
berperkara saja.
- Akan tetapi para ahli hukum sadar bahwa UU tidak akan
pernah lengkap. Jadi disinilah peran hakim untuk
menyesuaikan peraturan perundang-undangan dengan
kenyataan yang ada dalam masyarakat agar dapat mengambil
keputusan hukum yang adil sesuai tujuan hukum
MASHAB ILMU PENGETAHUAN HUKUM
mengapa orang mentaati hukum/mengapa kita harus tunduk
pada hukum?
Persoalan ketaatan terhadap hukum ini telah menimbulkan
berbagai teori/aliran pendapat mashab-mashab dalam ilmu
pengetahuan hukum:
1. Mazhab Hukum Alam/Hukum kodrat
Hukum Alam = Hukum yang memiliki sifat-sifat:
-Terlepas dari kehendak manusia/tidak tergantung
pada pandangan manusia;
- Berlaku kapan saja/tidak mengenal batas waktu
- Berlaku untuk semua orang/universal;
- Berlaku di semua tempat/dimana saja;
- Bersifat jelas(dengan sendirinya) bagi manusia.
> Hukum Alam adalah hukum yang tidak tergantung pada
pandangan manusia, berlaku kapan saja.Dimana saja, bagi
siapa saja, dan jelas bagi semua manusia tanpa ada yang
menjelaskannya. Ajaran Hukum Alam dikemukakan antara
lain oleh Aristoteles, Thomas Aquino, Hugo de Groot.
*Menurut Aristoteles ada dua macam hukum :
a. Hukum yang berlaku karna penetapan penguasan
Negara/pemerintah.
b. Hukum yang asli yaitu hukum yang tidak tergatung dari
pandangan manusia tentang buruk dan baik.
Menurut Aristoteles :
Hukum alam itu adalah hukum yang oleh orang-orang yang
berfikir sehat dirasakan sebagai selaras dengan kodrat
manusia.
Thomas Aquino :
Segala kejadian di alam dunia ini dikemudikan/diatur oleh
suatu UU Abadi
(Lex eterna) yang menjadi dasr kekuasaan dari semua
peraturan lainnya. Lex eterna ini merupakan kehendak
dan fikiran tuhan yang menciptakan dunia ini.
* Hugo De Groot>
Hukum Alam adalah bersumber dari akal manusia.
Hukum Alam adalah pembawaan dari setiap manusia
dan merupakan hasilpertimbangan akal manusia itu
sendiri, karena dengan menggunakan akalnya manusia
dapat memahami ada yang adil/tidak adil, benar/tidak
benar, jujur/tidak jujur.
Dari akalna itu manusia berkeinginan untuk hidup secara
damai dalam masyarakat yang teratur. Manusia harus
hidup menurut kehendak akalnya.
Isi Hukum Alam menurut De Groot di per oleh dari akal
manusia.
2. Mazhab Sejarah (Carl V Saviqny)
Mazhab ini merupakan reaksi dari hukum alam Mazhab
sejarah adalah mazhab yang menghubungkan hukum dengan
sejarah suatu bangsa.
Menurut Saviqny, Hukum harus dipandang sebagai suatu
penjelmaan dari jiwa/rohani suatu bangsa selalu ada
hubungan yang erat antara hukum dengan kepribadian suatu
bangsa.Hukum bukan diciptakan oleh orang, tapi hukum ini
timbul sendiri di tengah -tengah rakyat/penjelmaan dari
kehendak rakyat. Jadi hukum itu merupakan suatu rangkaian
kesatuan dan tak terpisahkan dari sejarah suatu bangsa. Oleh
karena itu hukum senantiasa berubah-ubah menurut tempat
dan waktu (Hukum alam berlaku abadi)
3. Teori Teokrasi/ke Tuhanan (Friederich Stahl)
Teori ini menjelaskan berlakunya hukum atas kehendak
tuhan. Karna peraturan per UU tersebut ditetapkan oleh
penguasa Negara. Maka menurut teori ini para penguasa
Negara mendapatkan kuasa dari Tuhan (merupakan wakil
Tuhan).
4. Teori kedaulatan rakyat (Jean Jacques RoosseaU)
Menurut teori ini dasar hukum itu adalah
akal/rasio manusia (=aliran rasionalisme).
Menurut teori ini Raja/penguasa Negara memperoleh kekuasannya
bukan dari Tuhan (teori theokratie) tetapi dari rakyatnya. menurut
Rousseau, dasar terjadinya suatu Negara ialah perjanjian
masyarakat (contrak social), Negara bersandar atas kemauan
rakyat, demikian pula semua peraturan peraturan adalah
penjelmaan kemauan rakyat. Jadi hukum adalah kemauan orang
banyak. teori ini disebut juga teori perjanjian masyarakat karena
semua orang sudah berjanji mentaatinya.
5. Teori kedaulatan Negara (Hans Kelsen)
Menurut teori ini kekuasaan hukum tidak dapat
didasarkan atas kemauan rakyat tapi hukum ditaati
karena Negara yang menghendakinya.
Hukum adalah kehendak Negara dan Negara
mempunyai kekuasaan/kekuatan yang tak terbatas Hukum
Adalah kemauan Negara.
Orang taat pada hukum karena ia merasa wajib mentaati
sebagai perintah Negara.
6. Teori kedaulatan hukum (Krabbe/Duguit)
Menurut Krabbe sumber hukum adalah rasa keadilan,
hukum hanyalah apa apa yang memenuhi rasa keadilan
dari orang banyak. Suatu peraturan yang tidak sesuai
dengan rasa keadilan orang banyak, tidak mengikat.
- Hukum berasal dari perasaan hukum yang ada pada
sebagian besar anggota masyarakat,
- Oleh karena itu hukum di taati oleh anggota masyarakat.
7. Asas keseimbangan (Kranenburg)
Menurut Kranenburg, kesadaran hukum orang menjadi
sumber hukum. Kesadaran berfungsi karena adanya dalil
yang nyata/riil
Setiap orang akan menerima keuntungan atau mendapat
kerugian sesuai dasar-dasar yang telah di tetapkan terlebih
dahulu Jadi menurut ajaran ini hukum ditaati karena selain
memenuhi rasa keadilan orang banyak.
Juga mampu berfungsi nyata serta menjadi dasar untuk
menetapkan dan mengatur apakah seseorang akan
mendapat Keuntungan/kerugian, karena setiap warga
Negara sama kedudukannya dalam hukum dan wajib
menjunjung hukum dengan tidak ada kecualinya.
Selain aliran-aliran/mahzab tersebut, terlepas dari pada
adanya sanksi, secara sadar/tidak, pada umumnya orang
mentaati hukum karena:
- mereka benar-benar merasa berkepentingan akan
berlakunya peraturan-peraturan tersebut sebagai hukum.
- supaya ada rasa Ketentraman;
- masyarakat menghendakinya.
Subyek Hukum
Hukum itu adalah untuk manusia. Kaedah kaedahnya
yang berisi perintah perintah dan Larangan larangan
tersebut ditujukan untuk manusia sebagai anggota
masyarakat . Hukum mengatur hubugan hubungan
antara anggota anggota masyarakat, antara subyek
subyek hukum.
Subyek hukum ?
Segala sesuati yang menurut hukum dapat mempunyai
hak dan kewajiban atau pendukung hak dan kewajiban.
Siapa Subyek Hukum ?
1. Manusia (Natuurlijke Persoon)
Manusia oleh hukum diakui sebagai penyandang hak dan
kewajiban
- Setiap Manusia pada dasarnya adalah SH;
- Dimulai sejak lahir, dan berakhir setelah orang tersebut
meninggal dunia (Hak & Kewajiban akan beralih kepada
ahli warisnya) (kecuali Pasal 2 KUH Perdata)
2. Badan Hukum (Rechts Persoon)
Manusia bukan sati satunya SH dalam hukum, selain
Manusia dikenal juga SH yang bukan manusia yaitu BH.
Badan Hukum :
- Organisasi/kelompok manusia yang mempunyai tujuan TT
yang dapat mempunyai/menyandang hak dan kewajiban
seperti manusia (Negara, PT, dll)
- Suatu badan yang oleh hukum diberi status Persoon
sehingga mempunyai Hak dan Kewajiban seperti manusia.
Menurut sifatnya Badan Hukum dapat di bedakan :
- BH Publik : BH yang didirikan / diatur menurut Ketentuan.
Hukum Publik (NEG, DATI I/II )

- BH Perdata
BH yang didirikan/diatur menurut ketentuan Hukum
Perdata (perkumpulan dagang / PT. Perseroan, Bank,
Yayasan, Koperasi, dsb)
Syarat syarat menentukan kedudukan sebagai BH
1) Syarat materil
- Ada harta kekayaan tersendiri yang terpisah;
- Mempunyai tujuan T.T;
- Mempunyai kepentingan sendiri
- Ada organisasi yang teratur; (AD,ART,Pengurus)
2) Syarat Formil :
- Didirikan dengan Akta Notaris
-Syarat syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan
permohonan untuk mendapatkan status sebagai BH (Pasal
36 KUPD)
Hukum menciptakan BH sebagai SH, karena pengakuan
organisasi / kelompok manusia sebagai SH itu sangat
diperlukan, karena sangat bermanfaat bagi lalulintas hukum.
3. Kewenangan Hukum dan Kecakapan Bertindak
- Sebagai SH, manusia/ BH berwenang untuk melakukan
suatu tindakan hukum/ perbuatan hukum, karena
mempunyai hak dan kewajiban.
- Sebagai SH, manusia/BH mempunyai wewenang ntuk
melaksanakan kewajiban kewajiban dan menerima
hak - haknya;
Tetapi mempunyai hak dan kewajiban tidak selalu berarti
mampu / cakap untuk melakukan sendiri Hak dan
Kewajibannya tersebut.
Hukum juga menentukan ada golongan golongan
tertentu yang dianggap tidak Tidak Cakap/ Tidak Mampu
melaksanakan sendiri hak dan kewajibannya.
Seseorang dinyatakan cakap/ mampu/
berwenang untuk melakukan perbuatan
Hukum, (bekwaam) bila :
a. Sudah dewasa
b. Sehat rohanijJiwanya, tidak ditaruh dibawah
pengampuan (Curatele)
c. Tidak dilarang UU
Orang orang yang tidak memenuhi persyaratan
tersebut, dianggap Tidak Cakap/Tidak Mampu
melakukan sesuatu perbuatan Hukum, (Handeling
on Bekwaam/Tidak Cakap Hukum).Harus diwakili/
dibantu Orang Lain (Misalnya : Orang tua, Wali,
Curator/Pengampu)
a. Belum Dewasa/ dibawah umur <21 tahun/
belum menikah Perwalian
b. Tidak sehat pikirannya (Sakit ingatan,
Pemboros, Pemabuk) Curatele
c. Dilarang UU (Orang Yang dinyatakan Pailit)
Objek Hukum ?
-Segala sesuatu yang berguna bagi subjek hukum.
(manusia/BH), dan yang dapat dikuasai / dimliki oleh
SH.Misalnya = Jual beli Rumah Rumah = Objek
Hukum, biasanya objek Hukum = Benda.
Benda
Benda = Segala barang dan Hak yang dapat dimiliki
Orang (Pasal 499 KUHP).
Menurup pasal 503 dan 504 KUH benda di bagi antara
lain :
- Benda berwujud dan Benda tak berwujud
- Benda Bergerak dan Benda tidak Bergerak.
- Benda tak berwujud Hak (Merek, Cipta, Paten, Hak
atas suatu piutang dan lain lain)
4. Hak dan Kewajiban
- Manusia adalah SH punya hak dan kewajiban
- Manusia setiap saat melakukan hubungan
hubungan hukum dalam masyarakat
- Hubungan Hukum tercermin pada Hak dan
Kewajiban yang diberikan oleh Hukum.
- Hak dan Kewajiban timbul bila Hukum diterapkan
pada peristiwa Konkrit.
- Hukum tidak sama dengan Hak dan Kewajiban (tapi
keduanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lainnya)
- Setiap hubungan hukum selalu mempunyai 2 segi, di satu
pihak Hak, sedang di pihak lain,Kewajiban :
Tidak ada Hak Tanda Kewajiban dan Sebaliknya.
5. Pengertian hak dan kewajiban
Hak dan kewajiban merupakan kewenangan yang
diberikan oleh Hukum kepada seseorang.
Hak :
- Ijin / kekuasaan yang diberikan hukum kepada SH,atau
- Kepentingan yang dilindungi oleh Hukum dalam
pelaksanaan nya
- Hak memberikan kenikmatan dan keleluasaan kepada
seseorang sedangkan kewajiban merupakan
pembatasan/beban
- Hak itu sah karna di lindungi hukum
Menurut v. Apeldoorn
Hak ialah hukum yang di hubungkan dengan seseorang
manusia/SH tertentu, yang kemudian menjelma menjadi
suatu kekuasaan. Suatu hak timbul bila hukum mulai
bergerak.
6. Perbedaan Hak dan Hukum
Hukum : bersifat umum, berlaku pada setiap orang.
Hak dan Kewajiban : Sifatnya individual, melekat pada
seseorang
7. Beda Kewajiban dan Tanggung Jawab
Kewajiban : Suatu beban yang bersifat kontraktual
atau tugas yang di bebankan oleh hukum kepada SH;
Tanggung Jawab : Beban yang bersifat moral
Pada dasarnya sejak lahirnya kewajiban, lahir pula
tanggung jawab.
8. Macam macam Hak
1) Hak Mutlak / Absolut :
- Hak yang memberikan kewenangan kepada
seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan, yang
- Dapat di pertahankan terhadap siapapun juga;
- Harus di hormati oleh siapapun juga. (Misalnya
: Hak milik )
Hak Mutlak :
- Hak Asasi Manusia
- Hak Publik Mutlak (Hak Negara Memungut Pajak)
-Sebagian Hak Keperdataan (Hak Orang Tua, Perwalian,
Pengampuan)
- Menurut ahli etika kebanyakan hak adalah hak prima facie
atau hak pada pandangan pertama artinya hak itu berlaku
sampai di kalahkan oleh hak lain yang lebih kuat. Jadi hak
tidak selalu bersifat absolut karena suatu hak akan kalah
oleh alasan atau keadaan tertentu lain yang dapat
mengugukan posisi hak tersebut (kalah oleh situasi,
keadaan, dan alasan yang cukup)
2) Hak Relatif /Nisbi
- Hak yang memberikan wewenang kepada
seseorang/beberapa orang tertent,untuk menuntut
agar seseorang / beberapa orang tertentu lain nya
untuk memberikan sesuatu, melakukan sesuatu,
atau tidak melakukan sesuatu.

- Hak nisbi sebagian besar timbul/terdapat dalam


hukum perjanjian/perikatan yang timbul karena
persetujuan pihak pihak yang bersangkutan.
9. Dalam ilmu hukum ada dua teori untuk menjelaskan
keberadaan hak :
a) Teori kepentingan (Belangen theorie)/Rudolf von Jhering
- Hak adalah sesuatu yang penting bagi seseorang yang
dilindungi oleh hukum (kepentingan yang terlindungi)
b) Teori Kehendak (Wilsmacht Theorie)/ Bernhard Winscheid
- Hak adalah kehendak yang dilengkapi dengan kekuatan
dan di beri oleh tata tertib hukum kepada seseorang
10. Timbul dan hapus nya suatu hak
a) Hak dapat timbul karena:
- Adanya SH baru baik orang maupun BH
- Terjadinya perjanjian yang disepakati para pihak
- Terjadinya kerugian yang di derita oleh seseorang akibat kesalahan
/kelalaian orang lain
- Terjadinya daluarsa
b) Hapusnya suatu hak karena:
- Pemegang hak meningal dunia dan tidak meninggalkan ahli waris
- Masa berlakunya hak telah habis dan tidak dapat di perpanjang
- Telah diterimanya suatu benda yang menjadi objek hukum
- Terjadinya daluarsa
Prof. Soedikno M,SH :
Hak Absolut, terdiri dari :
- Hak Absolut bersifat kebendaan (Objeknya benda)
Hak milik Hipotik
- Hak Absolut yang tidak bersifat kebendaan (Hak atas
Kekayaan industri, Hal milik Intelektual) objeknya
hasil pemikiran manusia, pendapat, merek, penemuan,
Misalnya : Hak Merek, Hak Paten, Hak Cipta.
- Hak Merek : Hak khusus yang diberikan Negara kepada
pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum
Merek,untuk jangka waktu TTT (Merek = Tanda Berupa
gambar,nama,kata,huruf,angka,susunan warna, yang
memiliki daya pembeda dan dapat di gunakan dalam
kegitan perdangangan barang/jasa)
-Hak paten : hak khusus yang diberikan Negara kepada
penemu atas hasil penemuannya di bidang teknologi, untuk
selama waktu tertentu, melaksanakan sendiri penemuan
nya atau memberi persetujuan kepada orang lain untuk
melaksanakannya
(membuat,menjual,menyewakan,memakai)

- Hak cipta : hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan


atau memperbanyak ciptaan nya maupun member izin
untuk itu
Peristiwa Hukum / Kejadian Hukum
- Untuk memenuhi kebutuhan masing masing, setiap
anggota masyarakat setiap saat mengadakan
hubungan satu dengan yang lain, yang menimbulkan
berbagai Peristiwa kemasyarakatan;
- Peristiwa kemasyarakatan yang oleh hukum diberikan
akibat disebut Peristiwa Hukum / Kejadian Hukum.
Peristiwa Hukum dibedakan :
a. Perbuatan SH (Manusia dan BH)
b. Bukan perbuatan SH
a. Perbuatan SH
1. Perbuatan Hukum
Segala perbuatan SH yang secara sengaja dilakukan
untuk menimbulkan akibat hukum, atau
- Perbuatan yang mempunyai akibat hukum; dan
- Akibat tersebut di kehendaki oleh sipembuat/SH
- Perbuatan Hukum disin dapat berarti perbuatan yang
aktif maupun yang pasif.
- Perbuatan Hukum terdiri dari perbuatan bersegi
satu/sepihak/eenzijdig (surat wasiat, Hibah), dan
perubahan bersegi dua / Timbal balik / Tweezijdig (jual
beli, sewa menyewa)
2. Bukan Perbuatan Hukum :
- Perbuatan yang akibatnya tidak dikehendaki oleh si
pembuat.
- Tapi akibat yang tidak di kehendaki oleh si pembuat
itulah yang di atur oleh hukum.
- ZAAKWAARNEMING (pasal 1354 KUHP) Perbuatan
mengurus kepentingan orang lain tanpa diminta Oleh
orang lain tersebut
- ZAAKWAARNEMING (pasal 1354 KUHP) Perbuatan mengurus
kepentingan orang lain tanpa diminta oleh orang lain tersebut.
ZAAKWAARNEMING merupakan perbuatan yang tidak
melanggar hukum.

- ONRECHTMATIGE DAAD
Perbuatan melawan hukum (pasal 1365 KUHP) : tiap
perbuatan yang bertentangan dengan hukum, yang merugikan
orang ,mewajibkan pelaku perbuatan tersebut untuk mengganti
kerugian.
b. Peristiwa yang bukan perbuatan SH :
Kelahiran :
membawa kewajiban bagi ortu untuk memelihara/mendidik
anak anak. Kelahiran menimbulkan langsung hak anak
untuk mendapat pemeliharaan orang tua (pasal 298
KUHPER)
sebaliknya : kedewasaan

Kematian :
Juga merupakan peristiwa Hukum/ menimbulkan akibat
Hukum. Pada saat kematian maka hak dan kewajiban si mati
akan lenyap, dan langsung beralih kepada ahli warisnya.
(pasal 830, 533 KUHPER)
Daluawarsa :
Dapat menimbulkan/memperoleh hak atau
menghilangkan/membebaskan dari suatu
perikatan/kewajiban, (PSL 1946 KUHP PER) Lewat waktu :
- Akuisitif
- Ekstintif
PENEGAKAN HUKUM
- Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan
manusia oleh karena itu hukum harus dilaksanakan;
-Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara
normal /ditaati atau karena adanya pelanggaran
hukum.

- Hukum yang dilanggar harus ditegakkan, karena


melalui penegakan hukum inilah hukum Itu menjadi
kenyataan.
- Dalam Penegakan Hukum harus memperhatikan :
1. KEPASTIAN HUKUM.
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan
FIAT JUSTITIA ET PEREAT MUNDUS (Hukum harus
ditegakkan meskipun langit/dunia akan runtuh). Hukum
bertugas menciptakan kepastian hukum, karena hukum
bertujuan menciptakan ketertiban masyarakat
2. Kemanfaatan
Pelaksanaan /Pengakan Hukum harus memberi
manfaat/ kegunaan bagi masy. bukan menimbulkan
keresahan
3. KEADILAN
Pelaksanaan /Penegakan Hukum harus dilakukan
dengan adil

Dalam Penegakan hukum, harus ada kompromi antara ke 3


unsur tersebut harus seimbang.

Anda mungkin juga menyukai