(LAW 101)
MODUL 1
PROSES LAHIRNYA KAIDAH HUKUM
DISUSUN OLEH
NIN YASMINE LISASIH S.H., M.H.
Dalam sesi sebelumnya kita sudah mepelajari mengenai apa itu kaidah
hukum. Untuk menyegarkan ingatan serta memudahkan dalam usaha memperoleh
pemahaman dalam pembahsan kali ini maka, terlebih dahulu kita bahas kembali
beberapa poin penting mengenai kaidah hukum.
Jimly Asshiddiqie mengemukakan mengenai pengertian norma bahwa
norma atau kaidah merupakan pelembagaan nilai-nilai, baik dan buruk, dalam
bentuk tata aturan yang berisi kebolehan, anjuran atau perintah.1
Kaidah hukum merupakan segala peraturan yang ada yang telah dibuat
secara resmi oleh pemegang kekuasaan , yang sifatnya mengikat setiap orang dan
pemberlakuannya merupakan paksaan yang harus ditaati dan apabila telah terjadi
pelanggaran akan dikenakan sanksi tertentu.
Berbeda dengan norma-norma yang lain, norma hukum (legal norm,
rechtrnormen) mengatur secara nyata internal kehidupan pribadi (internal life)
dalam berperadaban dan humanis dan juga mengatur hubungan antar pribadi
dalam proses sosial, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Norma hukum ditujukan untuk kebahagiaan pribadi dan sekaligus
kedamaian hidup bersama, baik melalui keamanan dan ketertiban maupun dalam
memperbaharui perilaku.
Berlakunya norma hukum negara bersifat mutlak, artinya bahwa setiap
norma hukum negara berlaku bagi seluruh masyarakat yang berada di Negara
1
Jimly Asshiddiqie, 2006,Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta, hlm.1.
MANUSIA
MEMERLUKAN
BASIC NEED :
-FOOD, CLOTHING,SHELTER
- SAFETY OF SELF AND PEROFERTY
-SELF ACTUALIZATION
-SELF ESTEEM
-LOVE MEMERLUKAN
HASRAT :
- untuk memenuhi kebutuhan ekonomis
- untuk memenuhi kebutuhan psikis
- untuk mengadakan keturunan
MEMERLUKAN
3
Ibid., hlm. 23.
4
Rosjidi Ranggawijaya, 1998, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Mandar
Maju. Jakarta, hlm. 22.
5
Purnadi Purbacaraka, Soerjono Soekanto, 1978, Perihal Kaidah Hukum, Alumni. Bandung,
hlm.16.
Berbeda dengan kaidah agama, kaidah hukum dilihat sebagai karya manusia,
maka pembicaraanya juga harus dimulai sejak dari pembuatan hukum. Jika
masalah pembuatan hukum itu hendak dilihat dalam hubungan dengan bekerjanya
hukum sebagai suatu lembaga sosial, maka pembuatan hukum itu dilihat sebagai
fungsi masyarakatnya.
Di dalam hubungan dengan masyarakat di mana pembuatan hukum itu
dilakukan, orang membedakannya dalam beberapa model sedangkan pembuatan
hukumnya merupakan pencerminan dari model-model masyarakat. Hal tersebut
lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut:
6
I Gde Pantja Astawa, Suprin Na’a. Op. cit. hlm. 25.
7
Achmad Ali, 2015, Menguak Tabir Hukum, Kencana, Jakarta, hlm 57.
8
M Fauzan, 2014, Kaidah Penemuan Hukum Yurisprudensi Bidang Hukum Perdata, Kencana,
Jakarta, hlm. 27-34.
F. Kunci Jawaban
1. F
2. F
3. T
4. F
5. F
G. DAFTAR PUSTAKA