Anda di halaman 1dari 5

QUIS TOPIC 3: SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE

1. Apa alasan Roscoe Pound bahwa kontrol sosial diperlukan?


Jawab : Roscoe Pound memandang bahwa hukum yang baik haruslah hukum
yang sesuai dengan hukum yang hidup di masyarakat. Pound
menyatakan bahwa kontrol sosial diperlukan untuk menguatkan
peradaban masyarakat manusia karena mengendalikan perilaku
antisosial yang bertentangan dengan kaidah-kaidah ketertiban sosial.
Pemikiran Pound ini berangkat dari pemikiran tentang pengaruh timbal
balik antara hukum dan masyarakat.

2. Mengapa hukum sering disebut sebagai alat kontrol sosial yang formal?
Jawab : dikutip dari Buku Pengantar Ringkas Sosiologi: Pemahaman Fakta
dan Gejala Permasalahan Sosial (2020) Karya Elly M., kontrol sosial
adalah proses pengawasan yang direncanakan maupun tidak, bertujuan
mengajak, mendidik, bahkan memaksa masyarakat untuk mematuhi
norma serta nilai sosial yang berlaku. Disebut sebagai control sosial
yang formal karena dibentuknya sumber hukum formal berupa aturan
hukum yang secara langsung akan mengikat masyarakat. Hukum
sebagai control sosial, jika hukum dipandang sebagai instrument
control sosial manusia, maka hukum merupakan salah satu control
sosial yang dapat menentukan tingkah laku manusia.

3. Mengapa control sosial terkadang perlu menggunakan paksaan atau pengekangan?


Jawab : Kontrol sosial menggunakan paksaan atau pengekangan terhadap
masyarakat maupun individu karena control sosial memberikan arti
bahwa ini merupakan sesuatu yang dapat menetapkan tingkah laku
manusia. Sebagai akibatnya, control sosial dapat menimbulkan sanksi
atau tindakan sebagai akibat dari pelanggaran aturan apabila dilanggar
oleh masyarakat atau individu. Contohnya apabila ada individu yang
melanggar aturan dalam bermasyarakat, atas dasar perbuatannya
tersebut maka individu tersebut mendapatkan ganjaran/sanksi atas
pelanggaran yang diperbuatnya, akibatnya individu tersebut tidak
dapat memilih pilihan lain selain menjalankan sanksi atas
perbuatannya. Dengan demikian yang dimaksud dengan paksaan atau
pengekangan.

4. Mengapa hukum sering disebut sebagai alat untuk mewujudkan cita-cita politik suatu
bangsa?

1
Jawab : Yang disebut hukum pada dasarnya adalah suatu jenis perintah, tetapi
karena ia disebut sebagai perintah maka setiap hukum yang
sesungguhnya mengalir dari satu sumber yang pasti, apabila suatu
perintah dinyatakan atau diumumkan, satu pihak menyatakan suatu
kehendak agar pihak lain menjalankan atau membiarkan itu dijalankan.
Terkait dengan ini Sunaryati Hartono pernah mengemukakan “hukum
sebagai alat” sehingga secara praktis politik hukum juga merupakan
alat atau langkah yang dapat digunakan oleh Pemerintah untuk
menciptakan sistem hukum nasional untuk mencapai cita-cita bangsa
dan tujuan negara. Dasar pemikiran tersebut didasarkan pada
kenyataan bahwa negara kita ini mempunyai tujuan yang harus dicapai
dan upaya untuk mencapai tujuan itu dilakukan dengan menggunakan
hukum sebagai alatnya melalui hukum sesuai dengan perkembangan
yang dihadapi oleh masyarakat dan negara kita.

5. Apa alat normatif lain selain hukum dalam konteks kontrol sosial?
Jawab : Kontrol sosial merupakan aspek normatif dari kehidupan sosial. Selain
melalui hukum, control sosial lainnya dapat berupa kepercayaan
maupun kesusilaan. Contoh dalam kasus korupsi yang diuraikan oleh
Ko & Moon dalam Jurnalnya (Ko Kilkon & Moon, S. (2013). The relationship
between religion and corruption:Are the proposed causal links empirically valid?.
Seoul: The Korean Association for Public Administration.) menerangkan bahwa
terdapat kaitan yang kuat antara perilaku koruptif dengan agama
(kepercayaan). Selanjutnya dikatakan bahwa pedoman dan peranan
kepercayaan sangat mempengaruhi attitude dan perilaku manusia.
Dengan adanya pedoman agama sebagai kepercayaan, nilai-nilai
spiritual akan membantu seseorang mengontrol diri untuk tidak
melakukan perilaku koruptif karena muncul kesadaran diri akan
tanggungjawab dan amanah yang telah diberikan. Dalam hal ini dapat
kita jadikan gambaran bahwa selain hukum, nilai kepercayaan,
keagamaa, sosial dan budaya juga dapat menjadi control sosial bagi
individu dalam bermasyarakat.

6. Apa yang membedakan cara normatif lain selain hukum?


Jawab : Fungsi hukum sebagai alat control sosial dapat berjalan dengan baik
jika ada cara-cara lain sebagai pendukung jalannya fungsi hukum. Hal
ini tentu tidak berarti bahwa disiplin hukum (filsafat hukum) hanya
mementingkan teori (filsafat), sedangkan nilai sosiologi hanya
mementingkan praktik. Antara penilaian-penilaian terakhir dan
bekerjanya hukum dalam praktik ada hubungannya teori tentang
hukum (theory of law) dan sosiologi hukum harus bekerja sama
(terjalin) dalam ilmu perundang-undangan (the science of legislation).
Sehingga disimpulkan oleh Timasheff, “growth and scope of sociology
of law, Modern sociology Theory, (Cambridge University Press, 1977),

2
halaman 444, bahwa Sosiologi hukum memberikan cara-cara terbaik
untuk mencapai tujuan-tujuan, tetapi tujuan-tujuan terakhir akan selalu
tergantung atas pertimbangan-pertimbangan filsafat dan tidak atas
pertimbangan-pertimbangan ilmiah.

7. Klasifikasi kepentingan apa yang harus dilindungi oleh hukum menurut Roscoe Pound?
Jawab : Menurut Pound, kepentingan-kepentingan yang harus dilindungi oleh
hukum secara sistematis dapat dibagi menjadi beberapa golongan,
yaitu:
(1) Kepentingan umum (public interest), meliputi:
• Kepentingan negara sebagai badan hukum dalam
memertahankan kepribadian dan substansinya.
• Kepentingan negara sebagai penjaga kepentingan
masyarakat.
(2) Kepentingan masyarakat (social interest), yaitu:
• Kepentingan masyarakat akan keselamatan umum,
seperti keamanan, kesehatan dan kesejahteraan, serta
jaminan bagi transaksi-transaksi dan pendapatan.
• Perlindungan bagi lembaga-lembaga sosial yang meliputi
perlindungan dalam perkawinan, politik dan ekonomi.
• Pencegahan kemerosotan akhlak, seperti korupsi,
perjudian, pengumpatan terhadap Tuhan, transaksi-
transaksi yang bertentangan dengan moral atau peraturan
yang membatasi tindakan-tindakan anggota trust.
• Pencegahan pelanggaran hak (abuse of right)
• Kepentingan masyarakat dalam kemajuan umum, seperti
perlindungan hak milik, perdagangan bebas dan
monopoli, kemerdekaan industri, serta penemuan baru.
• Kepentingan masyarakat dalam kehidupan manusia
secara individual, seperti perlindungan terhadap
kehidupan yang layak, kemeredekaan berbicara dan
memilih jabatan.
(3) Kepentingan pribadi (private interest), terdiri dari:
• Kepentingan kepribadian (interest of personality),
meliputi perlindungan terhadap integritas (keutuhan)
fisik, kemerdekaan kehendak, reputasi (nama baik),
terjaminnya rahasia-rahasia pribadi, kemerdekaan untuk
menjalankan agama yang dianutnya dan kemerdekaan
mengemukakan pendapat.
• Kepentingan dalam hubungan rumah tangga (interest of
domestic), meliputi perlindungan bagi perkawinan,
tuntutan bagi pemeliharaan keluarga dan hubungan
hukum antara orang tua dan anak-anak.

3
• Kepentingan substansi (interest of substance), meliputi
perlindungan terhadap harta, kemerdekaan dalam
penyusunan testamen, kemerdekaan industri dan kontrak,
serta pengharapa legal akan keuntungan-keuntungan
yang diperoleh.

8. Apa fungsi hukum sebagai sarana rekayasa sosial di era pembangunan?


Jawab : Pernyataan Roscoe Pound terkait social engineering baru dibawa ke
Indonesia pada masa orde baru oleh pakar-pakar hukum di Indonesia
dengan pandangan terkait hukum merupakan sarana rekayasa sosial
yang dapat mengontrol tingkah laku dalam bermasyarakat dan
bernegara. Dalam sistem hukum civil law yang diterapkan oleh Bangsa
Indonesia, maka hukum yang dimaksud adalah produk dari penguasa
negara dengan yang dimaksud dibuatnya suatu aturan-aturan atau
undang-undang yang berlaku dalam negara. Dalam pandangan ini,
hukum dihasilkan oleh penguasa yang berwenang dalam negara untuk
membentuk suatu hukum, serta atas hukum tersebut siapapun yang
menjadi warga negara berhak patuh dan tunduk atas hukum yang ada
sebagai rekayasa sosial yang dianggap sebagai pengendali kehidupan
bermasyarakan dan bernegara.

9. Mengapa dalam masyarakat yang kompleks seperti Indonesia peran hukum digunakan
sebagai alat perubahan?
Jawab : Masyarakan terus berkembang dengan sifat dasarnya yang disebut
dengan heterogen. Dalam metode control sosial mengenal dengan
istilah Ubi Societas, Ibi Ius yang dicetus oleh Cicero dengan membawa
maksud adalah dimana ada masyarakat disitu ada hukum. Berkaitan
dengan hal tersebut maka fungsi hukum dapat dipandang menjadi dua
bagian. Pertama, hukum berfungsi sebagai alat perubah (bersifat aktif)
atau dikenal law as a tool of social engineering. Kedua, hukum sebagai
wadah perubahan (bersifat pasif) yaitu masyarakat berubah terlebih
dahulu, baru selanjutnya hukum datang untuk mengatur hal-hal
sehubungan dengan perkembangan yang ada di masyarakat.

10. Apa langkah utama dalam mewujudkan hukum sebagai sarana manipulasi psikologis?
Jawab : Manipulasi psikologis biasanya dilakukan untuk menguntungkan
kepentingan salah satu pihak dengan cara mempengaruhi pengetahuan
sosial seseorang baik dengan menipu, atau penyalahgunaan strategi
yang dapat ditandai salah satunya dengan eksploitasi maupun tindakan
yang kasar. Sehingga kenali masalah yang timbul dimasyarakat dengan
sebaik mungkin. Termasuk siapa-siapa saja yang berperan atau terlibat
langsung dalam masalah yang dimaksud. Memahami yang dimaksud

4
adalah untuk mengetahui berbagai nilai yang terkandung agar dapat
ditinjau dari berbagai sektor pandangan kehidupan.

11. Berikan contoh konkret yang anda lihat di masyarakat bahwa hukum adalah alat yang
diciptakan secara sadar untuk rekayasa sosial. Ambil salah satu atau dua pasal yang ada
di Omnibus Law. Coba analisis rekayasa sosial apa yang diinginkan atau pembaharuan
apa yang diciptakan?
Jawab : salah satu yang termasuk dalam pembaharuan pasca Omnibus Law
adalah Undang-Undang Perseroan Terbatas. Ketentuan PT sudah
diatur sebelumnya dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas yang kemudian diubah melalui UU No. 11 Tahun
2020 Tentang Cipta Kerja. Merujuk pada UU No. 40 Tahun 2007
Tentang PT, sebuah perseroakan akan sah mendapat status badan
hukum ketika sudah memperoleh Keputusan Pengesahan Badan
Hukum Perseroan dari Menteri Hukum dan HAM. Seperti yang diatur
dalam Pasal 7 Ayat (4) UU PT. Alhasil status badan hukum suatu PT
baru akan sah berlaku sejak diperolehnya keputusan Menteri. Di dalam
UU Cipta Kerja, ketentuan mengenai sahnya status badan hukum
perseroan ini diubah. Berdasarkan Pasal 109 angka 2 UU Cipta Kerja,
yang merubah ketentuan Pasal 7 sehingga berbunyi, Perseroan akan
memperoleh status badan hukum setelah didaftarkan kepada Menteri
dan mendapatkan bukti pendaftaran. Bukti pendaftaran yang dimaksud
adalah sama dengan bukti tanda registrasi. Konsekuensinya, Perseroan
tidak perlu lagi menunggu keputusan Menteri seperti sebelumnya.
Perubahan ini boleh dibilang sebagai bentuk penyederhanaan bidang
perizinan. Sebab dalam aturan yang lama, terdapat 14 hari bagi Menteri
untuk menerbitkan keputusan. Meskipun format PT pada dasarnya
sudah dinyatakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari
sini dapat dilihat bahwa pembaharuan yang diciptakan adalah untuk
memberikan aspek kemudahan berusaha di wilayah Indonesia bagi
seluruh lapisan masyarakat. Memaknai rekayasa sosial maka dalam
sistem hukum yang maju dengan pembuatan dan perkembangan
hukum didesain secara profesional dan logis, tidak disangsikan lagi
bahwa produk hukum dapat memengaruhi, bahkan mengubah sendi-
sendi kehidupan masyarakat. Perubahan hukum yang dapat
memengaruhi perubahan sosial sejalan dengan salah satu fungsi
hukum, yakni fungsi hukum sebagai sarana perubahan sosial atau
sarana rekayasa masyarakat (social engineering).

~TERIMA KASIH~

Anda mungkin juga menyukai