Anda di halaman 1dari 6

1

RESUME
MELAWAN MONEY LAUNDERING
MENGENAL, MENCEGAH, DAN MEMBERANTAS
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
Dr. H. Juni Sjafrien Jahja, S.H., M.H.
Visimedia, Jakarta 2012

Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) dalam berbagai pendapat yang
berkembang mengarah pada pengertian yang menyatakan bahwa Money Laundering merupakan suatu
cara atau proses untuk mengubah uang yang berasal dari sumber ilegal (haram) sehingga menjadi
halal. Pengertian pencucian uang dalam Black’s Law Dictionary menggambarkan bahwa pencucian
uang adalah penyetoran/penanaman uang atau bentuk lain dari pemidahan/pengalihan uang yang
berasal dari pemerasan, transaksi narkotika, dan sumber-sumber lain yang ilegal melalui saluran legal,
sehingga sumber asal uang tersebut tidak dapat diketahui/dilacak.

Pengertian pencucian uang secara rinci dapat ditemukan dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang yang menyebutkan bahwa pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur
tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini, dengan hasil tindak pidana berupa
harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana asal sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 ayat (1),
yaitu:
1. Korupsi;
2. Penyuapan;
3. Narkotika;
4. Psikotropika;
5. Penyelundupan tenaga kerja;
6. Penyelundupan imigran;
7. Di bidang perbankan;
8. Di bidang pasar modal;
9. Di bidang perasuransian;
10. Kepabeanan;
11. Cukai;
12. Perdagangan orang;
13. Perdagangan senjata gelap;
14. Terorisme;
15. Penculikan;
16. Pencurian;
2

17. Penggelapan;
18. Penipuan;
19. Pemalsuan uang;
20. Perjudian;
21. Prostitusi;
22. Di bidang perpajakan;
23. Di bidang kehutanan;
24. Di bidang lingkungan hidup;
25. Di bidang kelautan dan perikanan; atau
26. Tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih
Yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut
juga merupakan tindak pidana menurut hukum indonesia.

Secara umum unsur-unsur Money Laundering menurut Balck’s Law Dictionary meliputi
beberapa hal sebagai berikut:
1. Adanya uang (dana) yang merupakan hasil ilegal.
2. Uang haram (dirty money) tersebut diproses dengan cara-cara tertentu melalui
kelembagaan yang legal (sah).
3. Dengan maksud menghilangkan jejak, sehingga sumber asal uang tersebut tidak dapat
atau sulit diketahui dan dilacak.

Secara umum ada 2 (dua) alasan pokok yang menyebabkan praktik pencucian uang
dinyatakan sebagai tindak pidana, yaitu:
1. Pengaruh pencucian uang pada sistem keuangan dan ekonomi diyakini berdampak
negatif bagi perekonomian dunia. Disamping itu, pencucian uang juga dapat mengakibatkan
fluktuasi yang tajam pada nilai tukar suku bunga.
2. dengan ditetapkannya pencucian uang sebagai tindak pidana akan memudahkan
penegak hukum untuk melakukan penindakan.

Modus Operandi yang dilakukan dalam proses pencucian uang secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Penempatan (Placement).
2. Transfer (Layering).
3. Integration.
3

Berbagai Peraturan Perundang-undangan yang telah diterapkan di Indonesia terkait Money


Laundering adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara
Pidana.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas
Devisa dan Sistem Nilai Tukar.
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia 20 Tahun 2001.
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Bantuan Timbal
Balik Dalam Masalah Pidana.
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengesahan
International Convention for The Supression of The Financing of Terrorism, 1999
10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 tentang Pengesahan
United Nation Convention Against Corruption, 2003
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan
Saksi dan Korban.

Rumusan Delik atau tindak pidana pencucian uang terdapat berbagai bentuk sebagaimana
tercantum dalam Pasal 3, 4, dan 5 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010, yaitu:
1. Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asasl-usul harta kekayaan, dipidana karena tindak
pidana pidana pencucian uang.
2. Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta kekayaan yang
diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.
3. Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penititpan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana.
4

Indonesia mulai menerapkan prinsip mengenali pengguna jasa yang ditetapkan oleh setiap
lembaga pengawas dan pengatur yang dilakukan pada saat:
1. melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa;
2. terdapat transaksi keuangan dengan mata uang rupiah dan/atau mata uang asing yang
nilainya paling sedikit atau setara dengan RP100.000.000;
3. terdapat transaksi keuangan mencurigakan yang terkait tindak pidana pencucian uang
dan tindak pidana pendanaan terorisme; atau
4. Pihak pelapor meragukan kebenaran informasi yang dilaporkan pengguna jasa.

Penanggulangan tindak pidana pencucian uang pada dasarnya diawali dengan adanya produk
undang-undang. Hal ini menunjukkan keseriusan negara dalam masalah tersebut, selain itu undang-
undang dapat dijadikan dasar/payung hukum dalam penanggulangan tindak pidana pencucian uang.
Di Indonesia sendiri saat ini menggunakan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan tindak pidana yang menggantikan Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002 dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2003 .

Tahap berikutnya yaitu Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di sidang pengadilan.


Terkait dengan hal tersebut ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. tindak pidana peencucian uang menganut asas kriminalitas ganda, artinya ada dua
kejahatan pidana yang masing-masing sebagai perbuatan tersendiri yang dikenal dengan
istilah concursus realis yaitu kejahatan asal (predicate crime) dan pidana pencucian uang
(money laundering).
2. meskipun menganut asas kriminalitas ganda, namun berdasarkan Pasal 69 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak pidana Pencucian Uang, dalam penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
terhadap tindak pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan terlebih dahulu tindak pidana
asalnya.
3. penanganan perkara korupsi dan pencucian uang sebaiknya dilakukan secara simultan
dan kerja sama simbiose mutualistis yang dalam penelusuran kemana aliran dana hasil
korupsi dapat dilacak dengan bantuan PPATK sebagaimana terdapat dalam Pasal 74 jo. Pasal
90 Ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
4. Jika penyidik menemukan alat bukti adanya dua kejahatan, baik tindak pidana asal
maupun pencucian uang, maka bentuk surat dakwaan harus Kumulatif.
5

Dalam proses pemeriksaan sidang pada pokoknya hakim memerintahkan Terdakwa untuk
membuktikan bahwa harta kekayaannya bukan berasal dari tindak pidana atau dikenal dengan asas
pembuktian terbalik.

Mengingat money laundering tergolong sebagai white collar crime maka dengan adanya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak pidana Korupsi diharapkan penanganan kasus kejahatan pencucian uang diharapkan
penanganan kasus kejahatan pencucian uang yang merupakan kejahatan bersifat transnasional dapat
dilakukan dengan lebih efektif.

Dengan telah diratifikasinya Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti Korupsi 2003


dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2006 oleh Indonesia, telah ada dasar
hukum yang sangat mendasar bagi penegak hukum dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama
mewujudkan pencegahan tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang secara simultan
khususnya di dunia internasional.

Anda mungkin juga menyukai