Uang dan
Pencegahan Pendanaan
Terorisme
0
AGEND
A
Bab I : Gambaran Umum
1
Bab I : Gambaran
Umum
Pencucian Uang dan Pendanaan Terorisme
Kejahatan Penerapan
Pencegaha
Transnasional n APU dan
PPT
mengancam stabilitas PBI + SE
perekonomian BI :
APU PPT
merusak integritas UU:
sistem APU
keuangan PPT
membahayakan
Perka
masyarakat,
PPATK:
bangsa & Negara
2 APU PPT
Konsep APU
1. Pencucian Uang
PPT
1. Definisi Pencucian Uang (pasal 1 ayat 4, UU TPPU)
merupakan perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan,
membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, menukarkan, atau perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan sehingga
seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah.
4
Pelaku Pencuci
Uang
3 jenis pelaku tindak pidana pencucian uang (UU. No. 8 Tahun 2010 tentang TPPU),
yaitu:
a. Pelaku aktif
Yaitu setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
menbayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan uang uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas Harta Kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
Harta Kekayaan. (Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010).
b. Pelaku pasif
Yaitu setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,
hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dlm Pasal 2 ayat
(1).
c. Pelaku yang menyamarkan
Pelaku yang menyamarkan asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau
kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana asal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Hal ini
5
pun dianggap sama dengan melakukan pencucian uang (Pasal 4 UU RI no 8 tahun 2010)
Tahapan Pencucian
Uang
6
Tindak Pidana Pencucian
Uang
26 Jenis Tindak Pidana (Predicate Crimes) dalam pencucian
uang
a. Korupsi
b. Penyuapan p. Pencurian
c. Narkotika q. Pengelapan
d. Psikotropika r. Penipuan
e. Penyelundupan tenaga s. Pemalsuan uang
f. kerja
Penyelundupan t. Perjudian
migrant u. Prostitusi
g. Di bidang perbankan v. Di bidang perpajakan
i.h. Di bidang pasar modal w. Di bidang kehutanan
perasuransian x. Di bidang lingkungan hidup
j. Kepabeanan
k. y. Di bidang kelautan dan
l. Perdagangan
Cukai per-
m. Perdagangan senjata
orang ikanan, atau
gelap z. Tindak pidana lain
n. Terorisme yang diancam dgn pidana
7
o. Penculikan penjara
Pencegahan
Pencucian Uang dan Pendanaan
Terorisme
Program APU & PPT adalah serangkaian aktivitas
yang harus dilakukan oleh Bank untuk mencegah
aktivitas pencucian uang.
3. Pengendalian Intern
Pengendalian intern sangat diperlukan agar pelaksanaan program APU &
PPT dijalankan di seluruh jajaran organisasi, baik bisnis maupun support.
Bank wajib memiliki sistem pengendalian intern yang efektif, yang antara lain sbb :
a.Bank wajib memiliki kebijakan, prosedur, dan pemantauan internal yang memadai;
b.Bank wajib melakukan pemisahan fungsi yang jelas antara satuan kerja operasional
dengan satuan kerja yang melaksanakan fungsi pengendalian.
12
BAB III
Prinsip Pengenalan
Nasabah
Program pengenalan nasabah atau KYC – Know Your Customer, merupakan
prosedur
yang wajib dilakukan
calon tapi juga
bank.dilakukan
Pengenalan
terhadap
nasabahnasabah
bukan hanya
existingdilakukan
bank,
nasabah Walk intermasuk
terhadap Customer (WIC).
Prinsip Pengenalan Nasabah yang dikenal Know Your Customer Principles (KYC)
adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui
identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk
melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan kepada PPATK
Pada UU No.8 Tahun 2010, Prinsip Mengenal Nasabah (KYC) ini berubah
menjadi prinsip mengenali pengguna jasa yang dikenal sebagai Customer Due
Diligence (CDD) dan Enhanced Due Diligence (EDD).
KYC =
13
CDD/EDD
CDD/EDD
Customer Due Dilligence (CDD) merupakan kegiatan berupa identifikasi, verifikasi,
dan pemantauan yang dilakukan Bank untuk memastikan bahwa transaksi tersebut
sesuai dengan profil Calon Nasabah, Walk in Customer (WIC), atau Nasabah.
Penerapan KYC atau CDD/EDD pada dasarnya memberikan manfaat bagi bank,
diantaranya :
1. Membantu bank agar dapat mendeteksi sesegera mungkin setiap aktivitas yang
mencurigakan yang dilakukan nasabah.
2. Menegakkan prinsip kehati-hatian.
3. Untuk menghindarkan bank dari tindak pidana pencucian uang dan pencegahan
pendanaan teroris.
4. Mengurangi risiko bank sebagai sarana untuk
dimanfaatkannya
aktivitas kejahatan. melakukan
5. Untuk membantu upaya penegakan hukum, khususnya tindak pidana pencucian
uang.
6. Melindungi reputasi bank.
14
CDD/EDD,
sambungan
Customer Due Dilligence (CDD) dilakukan antara lain pada saat :
a. Melakukan hubungan dengan calon nasabah.
b. Melakukan hubungan Usaha dengan Walk in Customer (WIC). *
c. Terdapat informasi meragukan yg diberikan nasabah, penerima kuasa atau Beneficial Owner.**
d. Terdapat transaksi keuangan yang tidak wajar terkait dengan pencucian uang, pendanaan terorisme,
korupsi dan tindak pidana lainnya misal Narkotika.
Note :
*) Walk in Customer (WIC) adalah :
Pihak yang menggunakan jasa Bank namun tidak memiliki rekening pada Bank tersebut, tidak
termasuk pihak yang mendapatkan perintah atau penugasan dari Nasabah untuk melakukan transaksi
atas kepentingan Nasabah.
CDD terhadap Existing Customer dilakukan apabila terjadi hal-hal sebagai berikut
:
1. Terdapat peningkatan nilai transaksi yang signifikan
2. Terdapat perubahan profil nasabah yang bersifat signifikan
3. Informasi nasabah yang tersedia dalam CIF belum lengkap atau belum
sesuai
dengan informasi yang dipersyaratkan
4. Adanya indikasi rekening yang menggunakan nama fiktif
16
Identifikasi nasabah (customer
profiling)
Dalam proses penerimaan calon Nasabah atau berhubungan dengan WIC, Bank
wajib melakukan identifikasi calon Nasabah/WIC tersebut sebagai berikut :
a. Meminta informasi mengenai calon Nasabah/WIC
b. Meminta bukti identitas dan dokumen pendukung informasi tersebut
c. penelitian atas kebenaran dokumen pendukung identitas
d. permintaan kartu identitas lebih dari satu yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang,
apabila terdapat keraguan terhadap kartu identitas yang ada;
e. apabila diperlukan dapat dilakukan wawancara dengan calon Nasabah untuk memperoleh
keyakinan atas kebenaran informasi, bukti-bukti identitas dan dokumen pendukung
f. Menolak untuk membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening
yang
menggunakan nama fiktif;
g. Melakukan pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah pada awal melakukan
hubungan usaha dalam rangka meyakini kebenaran identitas
h. Kewaspadaan terhadap transaksi atau hubungan usaha dengan Calon Nasabah yang berasal
atau terkait dengan negara yang belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi FATF;
dan penyelesaian proses verifikasi identitas calon Nasabah dan
i. Beneficial Owner atau WIC dilakukan sebelum membina hubungan usaha dengan Calon
Nasabah atau sebelum melakukan transaksi dengan WIC.
17
Identifikasi
WIC
Nilai ≥ Rp 100 juta (setara dlm
valas)
Identifikasi terhadap WIC •Data lengkap WIC (sesuai
wajib dilakukan pada
ketentuan)
saat WIC melakukan
transaksi dengan Bank.
5. Meminta kepada calon Nasabah untuk memberikan lebih dari satu dokumen
identitas yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang, apabila timbul
keraguan terhadap kartu identitas yang ada;
6. Menatausahakan salinan dokumen kartu identitas setelah dilakukan
pencocokan dengan dokumen asli yang sah;
7. Melakukan pengecekan silang untuk memastikan adanya konsistensi dari
berbagai
informasi yang disampaikan oleh Calon Nasabah,
8. Memastikan bahwa Calon Nasabah tidak memiliki rekam jejak negatif dengan
melakukan verifikasi identitas Calon Nasabah menggunakan sumber
independen lainnya antara lain sebagai berikut:
a. Daftar Teroris dan/atau Daftar Terduga Teroris dan Organisasi Teroris
yang diterbitkan oleh Kepolisian RI
b. Daftar Hitam Nasional (DHN);
c. Data lainnya yang dimiliki Bank, seperti major credit card, identitas
pemberi
kerja dari Calon Nasabah, rekening telepon dan rekening listrik.
22
9. Memastikan adanya kemungkinan hal-hal yang tidak wajar atau
Penolakan
Nasabah
Bank wajib menolak melakukan hubungan usaha dengan calon Nasabah
dan/atau melaksanakan transaksi dengan WIC, apabila calon Nasabah atau WIC
:
a. Tidak ada informasi yg memungkinkan Bank utk dapat mengetahui profil
calon Nsb.
b. Identitas calon Nsb tidak dapat dibuktikan dengan keberadaan dokumen
pendukung.
c. Dokumen pendukung identitas calon Nasabah tidak dapat diyakini
kebenarannya.
d. Rekening anonim atau rekening yang menggunakan nama fiktif.
e. Tidak terjadi pertemuan langsung (face to face) dengan calon Nasabah pada
awal melakukan hubungan usaha dlm rangka meyakini kebenaran identitas
calon Nsb.
f. Transaksi atau hubungan usaha dengan Nasabah yang berasal atau terkait
dengan
negara yang belum memadai dalam melaksanakan rekomendasi FATF(FiinancialAction
TaskRatio)
g. Calon nasabah tidak dapat menyediakan dokumen pendukung identitas
23
Penolakan Nasabah,
sambungan
24
Enhanced Due Dilligence /
EDD
Enhance Due Dilligence (EDD) merupakan suatu proses Customer Due Dilligence
(CDD) yang lebih mendalam / lebih detil mengenai profilnya.
1. Obyek Enhance Due Dilligence
Prosedur Enhance Due Dilligence (EDD) wajib dilakukan terhadap Nasabah yang
memiliki risiko tinggi thd kemungkinan pencucian uang dan pendanaan
terorisme.
Kriteria nasabah yang memiliki tingkat risiko tinggi antara lain:
a) Nasabah Tergolong berisiko tinggi atau tergolong sebagai Politically Exposed
Person (PEP).
Politically Exposed Person (PEP) merupakan orang yang memiliki atau pernah
memiliki kewenangan publik diantaranya adalah Penyelenggara Negara
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Penyelenggara Negara, dan/atau orang yang tercatat atau pernah
tercatat sebagai anggota partai politik yang memiliki pengaruh terhadap
kebijakan dan operasional partai politik, baik yang berkewarganegaraan
Indonesia maupun yang berkewarganegaraan asing;
Contoh: menteri, anggota DPR, pengurus partai politik, dll.
25
EDD,
sambungan
Pihak lain yang terkait dengan PEP juga tergolong sebagai nasabah risiko tinggi, a.l,:
1. anggota keluarga PEP sampai dengan derajat kedua;
2. perusahaan yang dimiliki atau dikelola oleh PEP;dan/atau
3. pihak-pihak yang secara umum dan diketahui publik mempunyai hubungan
dekat dengan PEP,
maka terhadap calon Nasabah/Nasabah/WIC yang terkait dengan PEP tersebut,
Bank
wajib menerapkan prosedur EDD secara ketat.
b. Nasabah memiliki usaha yang tergolong berisiko tinggi (high risk business)
Yaitu nasabah yang diklasifikasikan mempunyai risiko tinggi sebagai pelaku
atau turut serta dalam kegiatan pencucian uang baik karena pekerjaan,
jabatan, jasa
perbankan yang digunakan maupun kegiatan usahanya misalnya Broker Asuransi dan
Money Changer
26
EDD,
sambungan
27
EDD,
sambungan
28
Pengkinian
Data
Pengkinian Data Nasabah merupakan tindak lanjut dari proses pemantauan
Bank.
29
Pengkinian Data,
sambungan
a. Pemantauan Informasi dan dokumen nasabah
Pengkinian terhadap dokumen identitas antara lain dilakukan apabila terdapat
transaksi keuangan yang memenuhi kriteria sebagai transaksi keuangan mencurigakan
terhadap pencucian uang.
Kegiatan pengkinian data Nasabah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berdasarkan risiko. Dalam hal sumber daya yang dimiliki Bank
terbatas, kegiatan pengkinian data dilakukan dengan skala prioritas, misalnya:
a. Tingkat risiko Nasabah; berkala berdasar tingkat risiko nsb.
b. Transaksi dengan jumlah yang signifikan dan/atau menyimpang dari
profil transaksi atau profil Nasabah (red flag);
c. Saldo yang nilainya signifikan; atau Informasi yang ada pada CIF belum
lengkap
Pelaksanaan pengkinian data Nasabah dapat dilakukan antara lain pada saat:
b. pembukaan rekening tambahan;
c. perpanjangan fasilitas pinjaman;
d. penggantian buku tabungan, ATM, atau dokumen produk perbankan
lainnya;
30
e. kunjungan untuk keperluan safe deposit box;
Pengkinian Data,
sambungan
b. Laporan rencana Pengkinian data
Laporan kegiatan pengkinian data meliputi data kuantitatif dan data kualitatif. Yang
dimaksud dengan “data kuantitatif” antara lain berupa statistik jumlah Nasabah
yang datanya telah atau belum dikinikan. Yang dimaksud dengan “data kualitatif”
antara lain berupa kendala, upaya yang telah dilakukan Bank serta kemajuan
(progress) dari upaya tersebut.
Laporan Rencana Pengkinian Data merupakan komitmen Bank dalam
pelaksanaan Pengkinian Data Nasabah yang harus dilakukan dalam periode
tertentu. Laporan disampaikan setiap tahun dalam Laporan Direktur yang
membawahkan fungsi Kepatuhan bulan Desember.
2. Jenis Dokumen
Dokumen yang ditatausahakan paling kurang mencakup:
a. identitas Nasabah atau WIC; dan
b. informasi transaksi yang antara lain meliputi jenis dan jumlah mata uang
yang digunakan, tanggal perintah transaksi, asal dan tujuan transaksi, serta
nomor rekening yang terkait dengan transaksi.
33
Permintaan Informasi terkait
penyidikan
Bank wajib memelihara seluruh dokumen baik yang terkait dengan data Nasabah
atau WIC maupun dokumen yang terkait dengan transaksi Nasabah atau WIC dapat
disediakan setiap saat untuk kebutuhan otoritas yang berwenang.
Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 72 UU No 8 tahun 2010 tentang TPPU, untuk
kepentingan pemeriksaan, Penyidik, Penuntut Umum, atau Hakim berwenang
meminta Bank untuk memberikan keterangan mengenai harta kekayaan dari:
a. Orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada Penyidik;
b. Tersangka; atau
c. Terdakwa
Permintaan informasi tentang data nasabah tersebut diatas harus diajukan secara
tertulis dengan menyebutkan secara jelas mengenai:
d. Nama dan jabatan penyidik, penuntut umum, atau hakim;
e. Identitas orang yang terindikasi dari hasil analisis atau pemeriksaan PPATK,
tersangka, atau terdakwa;
c. Uraian singkat tindak pidana yang disangkakan atau didakwakan; dan
d. Tempat harta kekayaan berada
e. Serta harus disertai dengan:
1. Laporan kepolisian dan surat perintah
penyidikan;
34 2. Surat penunjukkan sebagai penuntut umum; atau
Permintaan Informasi,
sambungan
35
Pemantauan transaksi
n
dilakukan
nasabah
Pemantaua transaksi
untuk
secara
umu adala suatu
memeriksa dan
m atauh mengamati
ata tindaka yan
prosesperkembangan,
u n pergerakan
g
aktivitas keuangan maupun profil nasabah/WIC/BO yang dilakukan dalam waktu
tertentu dan atau berkesinambungan.
Pemantauan terhadap profil dan transaksi nasabah harus dilakukan secara berkala
dengan menggunakan pendekatan berbasis risiko
37
Pemantauan transaksi…,
sambungan
2. Pemantauan terkait Pengkinian Data
Bank wajib mengkinikan data nasabah yang dimiliki agar pemantauan
transaksi keuangan yang mencurigakan dapat berjalan efektif.
Penetapan objek pengkinian data nasabah dilakukan melalui proses pemantauan
khususnya mengenai peringkat risiko, karakteristik transaksi dan kelengkapan data
nsb.
Pengkinian data dilakukan secara berkala berdasarkan tingkat risiko nasabah atau
transaksi. Misal : untuk Nasabah risiko tinggi pengkinian data dilakukan setiap 1
tahun, untuk nasabah risiko rendah pengkinian data dilakukansetiap 3 tahun, dan
untuk Nasabah risiko menengah pengkinian data dilakukan setiap 2 tahun.
3. Pemantauan terkait Negatif List
Bank wajib mengkinikan profil data nasabah secara regular dengan melakukan
pencocokan terhadap database Daftar Teroris yang diterima dari Bank Indonesia
setiap 6 (enam) bulan berdasarkan data yang dipublikasikan oleh PBB.
a. websitemengenai
Informasi PBB: Daftar Teroris antara lain dapat diperoleh melalui:
b. sumber lainnya yang lazim digunakan oleh perbankan dan merupakan data
38 publik
Kewajiban
A.
Pelaporan
Dalam rangka penerapan program APU danPPT sesuai UU no 8 tahun 2010 perihal
Tindak Pidana dan Pencegahan Pendanaan Teroris dan PBI no. 14/27/PBI/2012tgl
28 Desember 2012 , Penyedia jasa keuangan ( Bank ) mempunyai kewajiban
kelaporan kepada Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK),
yaitu:
1. Laporan Laporan Transaksi Keuangan Tunai ( LTKT)
2. Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan (LTKM)
3. Transaksi Keuangan Transfer Dana dari dan Keluar Negeri (LTKT)
39
Kewajiban Pelaporan,
sambungan
40
Kewajiban Pelaporan,
sambungan
2. Penyedia Jasa Keuangan (Bank) wajib menyampaikan Laporan Transaksi
Keuangan Mencurigakan (LTKM), juga berlaku untuk transaksi yang
diduga terkait dengan kegiatan terorisme atau pendanaan terorisme.
Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan merupakan laporan :
a. Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan polaTransaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b. Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan dengan
tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang bersangkutan yang
wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini;
c. Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana;
atau
d. Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh Pihak
Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana.
Penyampaian LTKM kepada PPATK paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
penyedia
41
jasa keuangan mengetahui adanya unsur Transaksi Keuangan Mencurigakan.
Kewajiban Pelaporan,
sambungan
B. Sanksi
42