Anda di halaman 1dari 13

Tantangan bagi Pelaku Usaha

dalam Penyelenggaraan
Layanan P2P Lending di
Indonesia sehubungan
dengan dikeluarkannya
POJK 10/2022

Abadi Abi Tisnadisastra

Seminar Hybrid I HKHPM Tahun 2023


15 Februari 2023
01

Pendahuluan: Perkembangan Regulasi bagi Penyelenggaraan P2P


Lending di Indonesia

2014 - 2016 2016 - 2021 2022 - 2023


• Adanya kebutuhan solusi • POJK 77/2016. • POJK 10/2022.
pendanaan alternatif. → Ekspektasi P2P Lending → Perkembangan industri dan
• Industri P2P Lending mulai menjadi salah satu solusi pertumbuhan pengguna
tumbuh di Indonesia dengan untuk mencapai inklusi yang pesat.
beragam format. keuangan. → Permasalahan dalam
→ Perlunya immediate solution industri P2P Lending
pengaturan kegiatan usaha semakin kompleks.
P2P Lending. → Peraturan yang bersifat
→ Proses pengenalan atas komprehensif dan setara
kegiatan bisnis, produk, dan dengan jasa keuangan
risiko. lainnya.
• UU P2SK → Inovasi Teknologi
Sektor Keuangan (ITSK).
→ Payung hukum dan
legitimasi bagi industri
financial technology.
02

Ruang Lingkup Pengaturan Industri P2P Lending


• Undang-undang No. 4 tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan
(“UU P2SK”).
• POJK No. 10/POJK.05/2022 Tahun 2022 tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis
Teknologi Informasi (“POJK 10/2022”).
• POJK No. 6/POJK.07/2022 Tahun 2022 tentang Perlindungan Konsumen Dan Masyarakat Di
Sektor Jasa Keuangan (“POJK 6/2022”)
• POJK No. 27/POJK.03/2016 Tahun 2016 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Bagi
Pihak Utama Lembaga Jasa Keuangan (“POJK 27/2016”).
• POJK 24/5/2019 Tentang Rencana Bisnis Lembaga Jasa Keuangan Nonbank (“POJK
24/2019”).
• SE OJK No. 21/SEOJK.05/2022 Tahun 2022 tentang Permohonan Perizinan, Permohonan
Persetujuan, Dan Pelaporan Secara Elektronik Bagi Penyelenggara Layanan Pendanaan
Bersama Berbasis Teknologi Informasi (“SE OJK 21/2022”).
• Surat Pemberitahuan OJK No. S-79/NB.222/2023 tentang Batas Ketentuan Waktu Peralihan
POJK 10/2022 (“Surat OJK No. S-79/NB.222/2023”).
• Pedoman Perilaku Penyelenggara Teknologi Finansial di Sektor Jasa Keuangan yang
Bertanggung Jawab tahun 2019 (“Code of Conduct AFTECH – AFPI – AFSI”).
• Pedoman Perilaku Pemberian Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi
Secara Bertanggung Jawab tahun 2020 (“Code of Conduct AFPI”).
03

Key-Provisions: POJK 10/2022

1. Rezim Perizinan Penyelenggara P2P Lending

2. Kelembagaan Perusahaan Penyelenggara P2P Lending

3. Ekuitas Minimum Penyelenggara P2P Lending

4. Kewajiban dan Larangan bagi Perusahaan P2P Lending

5. Batasan Pendanaan

6. Ketentuan Perlindungan Data Pribadi


04

Key-Provisions: Rezim Perizinan Penyelenggara P2P Lending

• POJK 10/2022 mengubah rezim perizinan yang sebelumnya 2-steps (Pendaftaran dan
Perizinan) menjadi Perizinan.

• Calon Penyelenggara P2P Lending diharapkan untuk dapat menunjukkan kesiapan


operasional pada saat proses perizinan.
→ POJK 10/2022 mengatur mengenai persyaratan yang diperlukan untuk perizinan
Penyelenggara P2P Lending, termasuk pemaparan model bisnis dan sistem elektronik;
→ Persyaratan tambahan berdasarkan POJK 10/2022, antara lain: (i) studi kelayakan usaha
untuk 3 tahun pertama; dan (ii) konfirmasi dari otoritas pengawas terkait di negara asal
pemegang saham asing; dan
→ Penyelenggara P2P Lending wajib untuk melakukan pendaftaran PSE di Kemenkominfo 30
hari setelah mendapat izin.

• Lock-up Period sebagai metode OJK untuk memastikan komitmen perusahaan serta para
pemegang saham untuk menyelenggarakan kegiatan usaha P2P Lending di Indonesia.
→ Penyelenggara P2P Lending dilarang melakukan “perubahan kepemilikan” yang
mengakibatkan adanya: (i) pemegang saham baru; dan/atau (ii) perubahan PSP; dalam
jangka 3 tahun terhitung sejak tanggal izin usaha Penyelenggara P2P.
→ “perubahan kepemilikan” meliputi perubahan pemegang saham 2 tingkat di atas
perusahaan Penyelenggara P2P Lending.
05

Key-Provisions: Kelembagaan Perusahaan Penyelenggara P2P


Lending
• POJK 10/2022 meningkatkan ketentuan kelembagaan Penyelenggara P2P Lending dengan mengatur hal
sebagai berikut:
→ Direksi: minimal 2 anggota, dan separuhnya wajib berpengalaman 2 tahun di tingkat manajerial pada LJK
bidang kredit/pembiayaan, manajemen risiko, dan/atau keuangan;
→ Dewan Komisaris: minimal 1 anggota dan paling banyak sama dengan jumlah anggota Direksi. Separuhnya
wajib berpengalaman 2 tahun di tingkat manajerial pada LJK;
→ Tenaga ahli IT: pengalaman paling sedikit 3 tahun;
→ Tenaga kerja asing hanya dapat dipekerjakan pada bidang IT;
→ Kewajiban sertifikasi bagi anggota Direksi, Dewan Komisaris, dan pejabat 1 tingkat di bawah Direksi.

• POJK 10/2022 mensyaratkan minimal modal disetor yang lebih tinggi menjadi Rp25 miliar pada saat pendirian.
→ Wajib disetor secara tunai, penuh, dan ditempatkan dalam bentuk deposito berjangka.
→ Dilarang berasal dari: (i) pinjaman; dan (ii) kegiatan kejahatan keuangan.

• Persetujuan OJK terkait tindakan korporasi Penyelenggara P2P Lending:


→ Perubahan pemegang saham, langsung dan tidak langsung (2 tingkat);
→ Penggabungan dan peleburan.

• POJK 10/2022 mewajibkan fit and proper test bagi: (i) PSP; (ii) anggota Direksi; (iii) anggota Dewan Komisaris;
dan (iv) anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS).

• Batasan kepemilikan asing: 85% secara langsung dan tidak langsung. Tidak berlaku bagi Penyelenggara P2P
Lending yang merupakan perseroan terbuka.

• Kewajiban menunjuk Pemegang Saham Pengendali/PSP (dapat berjumlah lebih dari 1 pihak).
06

Key-Provisions: Ekuitas Minimum Penyelenggara P2P Lending

• POJK 10/2022 mewajibkan Penyelenggara P2P setiap saat memiliki ekuitas paling sedikit Rp12,5
miliar.

• Kepemilikan ekuitas dilakukan melalui tahapan dalam waktu 3 tahun, sebagai berikut:
(i) memiliki paling sedikit Rp2,5 miliar dalam waktu 1 tahun setelah diterbitkannya POJK 10/2022
(i.e., 4 Juli 2023);
(ii) memiliki paling sedikit Rp7,5 miliar dalam waktu 2 tahun sejak diterbitkannya POJK 10/2022
(i.e., 4 Juli 2024); dan
(iii) memiliki paling sedikit Rp12,5 miliar dalam waktu 3 tahun sejak diterbitkannya POJK 10/2022
(i.e., 4 Juli 2025).

• Tantangan untuk memenuhi ketentuan ekuitas minimum:


→ lock-up period, sehingga banyak Penyelenggara P2P yang tidak dapat menggalang dana
dengan mengundang pemegang saham baru; dan
→ Penyelenggara P2P dilarang untuk mendapatkan pinjaman.
07

Key-Provisions: Kewajiban dan Larangan bagi Perusahaan P2P


Lending

• Kewajiban bekerja sama hanya dengan pihak yang telah terdaftar, berizin, atau yang setara di OJK
atau otoritas lain yang berwenang.
→ Kerja sama terkait: (i) layanan informatif; (ii) fasilitas mitigasi risiko; dan/atau (iii) alih daya; wajib
dilaporkan kepada OJK.

• Penyelenggara P2P Lending dapat melakukan kerja sama untuk melakukan fungsi penagihan.
→ Wajib bertanggung jawab secara penuh atas dampak yang timbul dari kerja sama pengalihan
fungsi penagihan.

• Kewajiban Menyusun Rencana Bisnis yang memuat beberapa hal, antara lain: (i) rencana
mengadakan kerja sama; (ii) rencana perubahan model bisnis; (iii) rencana perubahan kepemilikan;
(iv) rencana peningkatan modal disetor; (v) rencana perubahan anggota Direksi, Dewan Komisaris,
dan/atau DPS.

• Penyelenggara P2P dilarang mewakili Pemberi Dana untuk melakukan pendanaan dan/atau
menyediakan fitur pendanaan secara otomatis.
→ “pendanaan secara otomatis”: menggunakan skema dimana Pemberi Dana menyerahkan dana
untuk disalurkan tanpa ada interaksi atau keterlibatan Pemberi Dana atas pendanaan yang
dilakukan.
08

Key-Provisions: Batasan Pendanaan

• Batas maksimum pendanaan kepada Penerima Dana: Rp2 miliar.

• Batas maksimum pendanaan oleh Pemberi Dana (dan afiliasinya) sebesar 25%.

• Batasan maksimum Pendanaan tersebut diimplementasikan dalam beberapa tahapan:


o 80% dalam waktu 6 bulan (i.e., 4 Januari 2023),
o 50% dalam waktu 12 bulan (i.e., 4 Juli 2023), dan
o 25% dalam waktu 18 bulan (i.e., 4 Januari 2024),
sejak POJK 10/2022 diundangkan pada tanggal 4 Juli 2022.

• Bagi Pemberi Dana yang berupa LJK, batas Pendanaan adalah sebesar 75%.

• Selain batasan yang diatur di dalam POJK 10/2022, Pemberi Dana berupa LJK juga patut
memperhatikan ketentuan batasan pembiayaan/pemberian pinjaman yang diatur di dalam
masing-masing peraturan LJK tersebut.
09

Key-Provisions: Ketentuan Perlindungan Data Pribadi

• Rezim POJK 10/2022 dan POJK 6/2022 → mengatur bagaimana Penyelenggara P2P
Lending memproses data pribadi para konsumen dalam konteks pelaksanaan kegiatan P2P
Lending (e.g., pemrosesan dan pembagian data pribadi kepada pihak lain).

• Namun, Penyelenggara P2P Lending juga patut menyadari keberlakuan Undang-Undang No.
27 tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (“UU PDP”).
→ Merupakan “umbrella regulation” yang mengatur mengenai bagaimana sebuah
organisasi (termasuk perusahaan Penyelenggara P2P Lending) dalam memproses data
pribadi secara umum.
→ Contoh keberlakuan UU PDP: (i) pemrosesan data pribadi para karyawan dari
perusahaan penyelenggara P2P Lending; dan (ii) pelaksanaan kewajiban Data
Protection Impact Assessment (DPIA) atau penunjukan Data Protection Officer (DPO).
10

Batas Waktu Pemenuhan Ketentuan POJK 10/2022


• OJK melalui Surat OJK No. S-79/NB.222/2023 tanggal 7 Februari 2023 menyatakan bahwa:
• Penyelenggara P2P Lending wajib memenuhi beberapa ketentuan dan persyaratan yang diwajibkan
oleh POJK 10/2022 sebelum 4 Juli 2023, antara lain:

No. Pasal Ketentuan


1. Pasal 6 ayat (1) Dilarang menjadi PSP pada >1 Penyelenggara Konvensional atau 1
dan Pasal 114 Penyelenggara Syariah. Setiap PSP pada >1 Penyelenggara P2P
ayat (5) Konvensional dan 1 P2P Syariah harus menyesuaikan maksimal 1 tahun
sejak POJK 10/2022 diundangkan.
2. Pasal 16 ayat (1) Sertifikasi profesi di bidang fintech bagi anggota Direksi, Dewan Komisaris,
dan pejabat 1 tingkat di bawah Direksi
3. Pasal 26 ayat (5) Batas maksimum Pendanaan maksimal 25% oleh setiap Pemberi Dana dan
afiliasinya dilakukan secara bertahap, dengan Pendanaan maksimal 50%
dari posisi akhir Pendanaan pada akhir bulan berlaku maksimal 1 tahun
sejak POJK 10/2022 diundangkan.
4. Pasal 50 ayat (1) Kepemilikan Ekuitas paling sedikit Rp12,5 miliar setiap saat dilakukan
dan Pasal 50 ayat secara bertahap, paling sedikit Rp2,5 miliar maksimal 1 tahun sejak POJK
(2) 10/2022 diundangkan.
5. Pasal 55 ayat (1) Memiliki minimal 2 anggota Direksi
. 6. Pasal 56 ayat (1) Memiliki minimal 1 anggota Dewan Komisaris dan maksimal sama dengan
jumlah anggota Direksi
11

Key-Takeaways

• P2P Lending sebagai salah satu alternatif fasilitas pendanaan yang mendukung inklusi
keuangan;

• Peranan regulator dan asosiasi dalam memelihara ekosistem bisnis yang sehat;

• Industri P2P Lending sudah lebih mature, sehingga Penyelenggara P2P Lending dianggap
memiliki kemampuan untuk memenuhi ketentuan-ketentuan selayaknya perusahaan jasa
keuangan pada umumnya;

• Pentingnya peraturan yang dapat memberikan the same level of playing field dan tepat
sasaran.
Terima Kasih

Disclaimer
The presentation material herein is the property of ATD Law, and it should not be used by any other party without
our prior written consent. The information herein is of general nature, and should not be treated as specific legal advice.
The information herein shall not be relied upon by any party for any circumstance.
Specific legal advice must be sought by such party in any given circumstance

Anda mungkin juga menyukai