Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA


PENCUCIAN UANG

Mata Kuliah

Hukum Pidana Korupsi

Dosen Pengampu

Umar Dinata S.H, M.H

Disusun Oleh

Elzy Afyantama

220701011

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU

2024
Tindak Pidana Pencucian Uang

Pencucian uang merupakan suatu proses di mana seseorang atau organisasi kejahatan
berupaya menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang yang diperoleh dari kejahatan
agar terlihat berasal dari kegiatan yang sah. Menurut Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang tindak pidana pencucian uang, kejahatan yang dapat menjadi pemicu pencucian uang
meliputi beragam tindak pidana seperti korupsi, penyuapan, penyelundupan, penculikan,
terorisme, pencucian, penggelapan, dan penipuan. Pencucian uang melibatkan kegiatan yang
bertujuan untuk menyamarkan asal usul uang haram, yang merupakan uang yang diperoleh
dari tindak kejahatan. Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan uang tersebut ke dalam
sistem keuangan untuk kemudian dikeluarkan kembali sehingga terlihat sebagai uang yang
sah. Pencucian uang mengubah pendapatan atau kekayaan dari kegiatan ilegal menjadi aset
keuangan yang terlihat berasal dari sumber yang sah1.

Meskipun pencucian uang masih merupakan kejahatan yang relatif baru,


penyelidikannya sulit dilakukan karena memerlukan keahlian khusus dan ketelitian yang
tinggi. Perkembangan teknologi, sementara membawa dampak positif dalam berbagai bidang,
juga memberikan peluang bagi peningkatan kualitas kejahatan. Dalam hal ini, kejahatan
intelektual seperti penipuan besar-besaran dan korupsi skala besar menjadi semakin sulit
untuk terdeteksi karena pelakunya menggunakan metode dan sarana yang semakin canggih.
Pencucian uang merupakan ancaman serius bagi sistem keuangan dan hukum di berbagai
negara. Oleh karena itu, penegakan hukum terhadap pencucian uang memerlukan kerjasama
antarnegara dan upaya yang ekstra dalam penyelidikan dan penuntutan terhadap pelakunya.
Upaya ini menjadi penting untuk memastikan keadilan dan keamanan dalam sistem keuangan
global.

Dampak Pencucian Uang

Pencucian uang merupakan jenis kejahatan baru dalam hukum pidana internasional
dan di Indonesia. Meskipun baru, penanganan hukum terhadap pencucian uang sangat
penting karena dapat berdampak besar pada ekonomi dan sistem keuangan suatu negara.
Kejahatan ini sering dikategorikan sebagai kejahatan kerah putih dan dianggap luar biasa
karena modus operandinya yang kompleks dan berbahaya. Pencucian uang memiliki dampak
yang merugikan pada berbagai aspek, termasuk ekonomi, keuangan, sosial, dan keamanan.

1
S. Da Rosa, ‘Perlindungan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Dalam Pelaksanaan Perampasan Aset
Secara Tidak Wajar’ (2018) 2 (2) Jurnal Bina Mulia Hukum.
Karena sering melintasi batas negara, pencucian uang dianggap sebagai kejahatan lintas
negara yang menjadi tantangan internasional. Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan
berbagai undang-undang untuk mengatasi pencucian uang, termasuk Undang-Undang PP
TPPU2.

Namun, proses pembuktian tindak pidana pencucian uang sangat kompleks dan
seringkali tidak efektif, terutama jika kasus terjadi di luar negeri dan tidak ada kerjasama
internasional. Pembuktian dalam kasus pencucian uang memerlukan upaya luar biasa,
termasuk penggunaan mekanisme pembuktian terbalik di pengadilan. Hal ini karena
pencucian uang sering melibatkan jaringan kejahatan terorganisir dan teknologi keuangan
yang canggih, membuatnya sulit untuk dibuktikan dengan cara biasa3.

Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

Pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang merupakan fokus


utama pemerintah Indonesia dalam upaya menjaga keamanan dan kestabilan sistem keuangan
negara. Untuk mendukung upaya tersebut, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK) telah dibentuk sesuai dengan Undang–Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang
tindak pidana pencucian uang. PPATK memiliki peran penting dalam menyediakan informasi
intelijen kepada penegak hukum untuk mencegah dan memberantas pencucian uang serta
tindak pidana berat lainnya.

PPATK memiliki kewajiban untuk membuat pedoman bagi penyedia jasa keuangan
(PJK) dalam mendeteksi perilaku pengguna jasa keuangan yang mencurigakan. Ini bertujuan
untuk memastikan bahwa transaksi keuangan yang dilakukan melalui sistem keuangan dapat
dipantau dengan baik dan tidak dimanfaatkan untuk tindak pidana pencucian uang. Upaya
pencegahan dan pemberantasan pencucian uang di Indonesia dimulai sejak diberlakukannya
Undang–Undang No. 15 Tahun 2002. Sebelum undang-undang ini diberlakukan, langkah-
langkah pencegahan terbatas pada sektor perbankan, yang ditunjukkan melalui regulasi
seperti Peraturan Bank Indonesia tentang Prinsip Mengenal Nasabah. Ini dilakukan untuk
mengamankan sektor perbankan dari ancaman pencucian uang dan memastikan kepatuhan
terhadap standar internasional dalam pengawasan bank4.

2
Halif, ‘Penyelesaian Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Tidak Dibuktikan Terlebih Dahulu Tindak Pidana
Asalnya’ (2016) 14 (2) Jurnal Era Hukum.
3
Kukun Abdul Syakur Munawar, ‘Pembuktian Terbalik Sebagai Kebijakan Kriminal Dalam Penanganan Tindak
Pidana Korupsi ‘ (2017) 5 (2) Jurnal Ilmiah Galuh Justisi 224, 245.
Pencucian uang memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap perekonomian,
termasuk merongrong sektor swasta yang sah. Biasanya, pencucian uang dilakukan melalui
perusahaan-perusahaan palsu untuk mencampurkan uang hasil kejahatan dengan uang sah,
yang dapat mengganggu persaingan bisnis yang sehat. Pencegahan pencucian uang dilakukan
melalui pemantauan dan penelitian yang cermat terhadap nasabah oleh bank. Bank harus
secara aktif memeriksa dan memantau transaksi nasabahnya, serta mencurigai transaksi yang
tidak sesuai dengan profil dan karakteristik nasabah. Apabila ditemukan transaksi
mencurigakan, bank wajib melaporkannya kepada PPATK agar tindakan lebih lanjut dapat
diambil untuk mencegah tindak pidana pencucian uang. Selain peran bank, karyawan bank
juga memiliki peran penting dalam mencegah tindak pidana pencucian uang dengan bekerja
sama secara aktif dalam melaksanakan tahap-tahap pencegahan. Jika ditemukan transaksi
mencurigakan sesuai dengan Pasal 1 ayat (5) Undang–Undang No. 8 Tahun 2010, bank harus
menolak transaksi tersebut untuk mencegah penyebaran uang hasil kejahatan5.

DAFTAR PUSTAKA

Fuady, M. (2001). Hukum Perbankan Modern: Buku Kedua (Tingkat Advance). Bandung:
PT. Citra Aditya Bakti.

Imaniyati, N. S. (2010). Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. Bandung: Refika Aditama.

Da Rosa, S. (2018). Perlindungan Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Dalam


Pelaksanaan Perampasan Aset Secara Tidak Wajar. Jurnal Bina Mulia Hukum, 2(2).

Halif. (2016). Penyelesaian Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Tidak Dibuktikan Terlebih
Dahulu Tindak Pidana Asalnya. Jurnal Era Hukum, 14(2).

Munawar KAS, ‘Pembuktian Terbalik Sebagai Kebijakan Kriminal Dalam Penanganan


Tindak Pidana Korupsi ‘ (2017) 5 (2) Jurnal Ilmiah Galuh Justisia

4
Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern: Buku Kedua (Tingkat Advance) (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
2001).
5
Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perbankan Indonesia (Bandung: Refika Aditama, 2010).

Anda mungkin juga menyukai