Akuntansi
Forensik &
Audit Investigasi
12
Fakultas Ekonomi dan Akuntansi S1 190161037 Tim Dosen
Bisnis
Abstract Kompetensi
Follow the money (menelusuri aliran Mahasiswa memahami pengertian
uang) merupakan suatu pendekatan menelusuri aliran uang, Pengertian
yang ditawarkan oleh rezim anti Pencucian Uang dan bagaiman proses
pencucian uang untuk memudahkan munculnya pencucian uang, Undang-
aparat penegak hukum untuk Undang tentang Pencegahan dan
mengungkap para pelaku, tindak Pemberantasan Tindak Pidana
pidana yang dilakukan dan sekaligus Pencucian, Keunggulan Pendekatan
menyita hasil-hasil kejahatannya. Follow the money.
Pokok Bahasan
• Pencucian uang
• Follow the money dan data minning
• Undang-undang tindak pidana pencucian uang
Pendahuluan
Follow the money (menelusuri aliran uang) merupakan suatu pendekatan yang ditawarkan
oleh rezim anti pencucian uang untuk memudahkan aparat penegak hukum untuk
mengungkap para pelaku, tindak pidana yang dilakukan dan sekaligus menyita hasil-hasil
kejahatannya (Siahaan, 2008)
Di Indonesia, pendekatan Follow the money diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang, dan disempurnakan lagi dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Dari ratusan kasus pembalakan liar yang sudah diajukan dipengadilan, kebanyakan yang
dihukum adalah pelaku lapangan seperti penebang kayu, sopir, nakhoda, anak buah kapal,
dan satuan pengamanan. Oknum pejabat dan cukong yang mendalangi pembalakan liar
hampir tidak ada yang terjerat. Bahwa tidak semua kasus penebangan liar yang berhasil
diungkap Polri pelakunya dapat ditangkap/ditahan untuk kemudian diadili di Indonesia.
Selain permasalahan pembuktian pidana yag masih sulit diungkap, para pelaku penebangan
liar ini sebagian ada yang melarikan diri keluar negeri, baik yang berkewarganegaraan
Indonesia maupun asing. Batas antara Negara tetangga yang cukup dekat baik yang
dipisahkan laut/perairan maupun daratan memungkinkan mobilitas yang cepat bagi para
pelaku illegal logging untuk melarikan diri (Yunus Husein, Op. Cit., h. 66). Hal ini terjadi
karena dalam penyelidikan dan penyidikan hanya digunakan pendekatan follow the suspect,
tidak didukung pendekatan Follow the money. Pendekatan follow the suspect tidak akan
pernah menemukan para oknum pejabat dan cukong berkeliaran di lapangan/hutan. Dengan
pendekatan tambahan Follow the money, akan dapat terungkap oknum pejabat yang
menerima hasil pembalakan liar dengan melihat keadaan keuangan dan transaksi
keuangannya. Dengan pendekatan ini, dapat diungkap juga cukong yang mendalangi
pembalakan liar.
Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak lama. Pencucian uang
sebagai suatu tindak pidana telah berkembang sejak tahun 1920-an. Tahun 1980-an adalah
masa perkembangan bisnis haram di berbagai negara. Perdagangan narkotika dan obat
bius misalnya, mampu menghasilkan omset yang sangat besar. Dari sinilah muncul istilah
narco dollar untuk menyebut uang haram yang dihasilkan dari perdagangan (Philips Darwin
2012).
Fenomena tersebut merupakan pemantik lahirnya istilah “pencucian uang”. Istilah ini mulai
digunakan di Amerika Serikat pada tahun 1986, kemudian digunakan secara internasional
dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1988. (Philips Darwin
2012).
Menurut Billy Steel, istilah pencucian uangatau money laundering berasal dari Laundromats,
nama sebuah tempat usaha pencucian pakaian secara otomatis di Amerika Serikat.
Perusahaan yang dimiliki oleh kelompok mafia ini dipilih untuk menyamarkan uang haram
menjadi uang sah. Kalangan mafia memperoleh penghasilan besar dari bisnis pemerasan,
prostitusi, perjudian, dan penyeludupan minuman keras. Mereka kemudian membeli atau
mendirikan perusahaan yang bergerak di bisnis halal untuk mengaburkan asal usul uang
hasil dari bisnis haram. (Philips Darwin 2012).
Para gangster memilih Laundromats karena usaha ini dilakukan dengan menggunakan uang
tunai dan pasti menguntungkan. Salah satu pelakunya adalah mafia terkenal, Al Capone.
Pada Oktober 1931, ia dihukum dengan pidana penjara selama sebelas tahun di penjara
Alcatraz setelah dinyatakan bersalah melakukan penggelapan pajak. Namun ia dihukum
bukan karena terbukti bersalah melakukan kejahatan asal (predicate crime) seperti
pembunuhan, pemerasan, dan penjualan minuman keras tanpa izin. (Philips Darwin, 2012)
Money laundering telah menjadi bagian penting dalam kejahatan karena pelaku kejahatan
dapat menyembunyikan hasil kejahatan dalam suatu sistem yang relatif sulit untuk
ditemukan yang dikenal dengan istilah pencucian uang. Tindakan menyembunyikan hasil
kejahatan atau dana-dana yang diperoleh dari tindak pidana dimaksudkan untuk
mengaburkan asal usul harta kekayaan.
Suatu Tindak Pidana Pencucian Uang tidak akan mungkin terjadi tanpa adanya kejahatan
lain (tindak pidana asal) terlebih dahulu. Tindak pidana asal dan tindak pidana pencucian
Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang adalah mengkriminalisasi pencucian uang, yaitu perbuatan
menyembunyikan dan menyamarkan harta kekayaan hasil tindak pidana, sehingga seolah-
olah tampak sebagai kekayaan yang sah.
Contoh tindak pidana pembalakan liar (illegal logging) yang sulit diberantas karena
melibatkan oknum pejabat dan cukong penyandang dana. Dari ratusan kasus pembalakan
liar yang sudah diajukan dipengadilan, kebanyakan yang dihukum adalah pelaku lapangan
seperti penebang kayu, sopir, nakhoda, anak buah kapal, dan satuan pengamanan. Dengan
pendekatan Follow the money, akan dapat terungkap oknum pejabat yang menerima hasil
pembalakan liar dengan melihat keadaan keuangan dan transaksi keuangannya. Dengan
pendekatan ini, dapat diungkap juga cukong yang mendalangi pembalakan liar.
Salah satu pengertian money laundering yang menjadi acuan di seluruh dunia adalah
pengertian yang dimuat dalam United Nation Convention on Against Illicit Trafic in Narcotic
Drugs and Psychotropic Substances 1988 yang kemudian diratifikasi di Indonesia dengan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1997. Secara lengkap money lauendering tersebut adalah
(Yunus Husein, 2002):
“The convention or transfer of property, knowing that such property is derived from any
serious (indictable) offence or offences, or from act of participation in such offence or
offences, for the purpose of concealing or disguising the illicit of the property or of assisting
any person who is involved in the commission of such an offence or offences to evade the
legal consequences of his action; or The concealment or disguise of the true nature, source,
location, disposition, movement, rights with respect to, or ownership of property, knowing
that such property is derived from a serious (indictable) offence or offences or from an act of
participation in such an offence or offences.”
Beberapa keunggulan dari pendekatan Follow the money dalam upaya menelusuri pelaku
serta hasil tindak pidana. Jangkauannya lebih jauh sehingga dirasakan lebih adil seperti
terlihat pada kasus pembalakan liar. Pendekatan ini memiliki prioritas untuk mengejar hasil
kejahatan, bukan pelaku kejahatan, sehingga dapat dilakukan dengan diam-diam. Lebih
mudah, dan risiko lebih kecil karena tidak berhadapan langsung dengan pelaku yang kerap
Uang sangat cair/likuid, mudah mengalir. Itulah sebabnya Follow the money mempunyai
banyak peluang untuk digunakan dalam investigatif. Namun, mata uang kejahatan atau
currency of crime bukanlah uang semata-mata. Mengetahui currency of crime akan
membuka peluang baru untuk menerapkan tehnik Follow the money.
Petaan diawali dengan melihat naluri penjahat. Tanpa disadarinya, nalurinya ini akan
meninggalkan jejak-jejak berupa gambaran mengenai arus uang. Jejak-jejak uang atau
money trails.
Dalam setiap kejahatan pada umumnya, dan fraud khususnya, ada suatu gejala yang
sangat lumrah, yakni pelaku berupaya memberi kesan bahwa ia tidak terlibat fraud. Untuk
itu, pelaku “harus jauh” dari fraud itu sendiri dan “harus jauh” dari uang yang merupakan
hasil kejahatan. Itulah sebabnya, salah satu aksioma dalam fraud ialah fraud is hidden atau
kecurangan itu tersembunyi.
Di lain pihak, motif dari perbuatan fraud itu sendiri pada umumnya, adalah mendapatkan
uang. Kalaupun bukan itu motifnya ada aliran uang ke diri pelaku (atau keluarganya). pada
akhirnya ada arus uang atau dana dari “tempat persembunyian” atau “tempat penitipan”
yang mengalir ke alamat si pelaku utama.
Jejak-jejak kejahatan, dalam hal ini, berupa arus uang. Karena itu, dalam mencari pelaku,
investigator menelusuri jejak-jejak uang ini. Tehnik investigatif yang menelusuri arus dana
dan mencari muaranya, disebut Follow the money.
Pendekatan Follow the money mendahulukan mencari uang atau harta kekayaan hasil
tindak pidana dibandingkan dengan mencari pelaku kejahatan. Setelah hasil diperoleh,
kemudian dicarilah pelakunya dan tindak pidana yang dilakukan. Dalam mencari hasil tindak
pidana, dipergunakan pendekatan analisis keuangan (financial analysis).
Pola perilaku pelaku kejahatan dengan “menjauhkan” uang dari pelaku dan perbuatannya
dilakukan melalui cara placement, layering, dan integration.
1. Placement. Upaya menempatkan uang tunai hasil kejahatan ke dalam sistem keuangan
atau upaya menempatkan kembali dana yang sudah berada dalam sistem keuangan ke
dalam sistem keuangan.
2. Layering. Upaya mentransfer harta kekayaan hasil kejahatan yang telah berhasil masuk
dalam sistem keuangan melalui tahap placement.
3. Integration. Upaya menggunakan kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah
berhasil masuk dalam sistem keuangan melalui placement dan layering, seolah-olah
merupakan kekayaan halal.
Tindak perbuatan ini dengan tegas diperlakukan sebagai tindak pidana sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 2003.
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) merupakan lembaga yang
penting untuk mengungkapkan pelaku-pelaku dengan menelusuri laporan-laporan dari
berbagai sumber, tanpa harus membuktikan kejahatan utamanya.
Pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009
dapat berlangsung karena ada dukungan dana yang cukup memadai. Polisi menduga,
Pencucian uang yang lebih sulit ditelusuri atau dilacak adalah dengan menghindari transaksi
perbankan.
Tehnik investigasi ini sebenarnya sangat sederhana. Kesulitannya adalah datanya sangat
banyak dalam hitungan terabytes. Kita tidak bisa mulai dengan pelakunya, yang ingin kita
lihat justru adanya pola-pola arus dana yang menuju ke suatu tempat (yang memberi
indikasi tentang pelaku atau otak kejahatan).
Di samping kerumitan karena data yang begitu besar, juga diperlukan kecermatan dan
persistensi dalam mengumpulkan bahan-bahannya. Kemajuan yang sangat pesat di bidang
teknologi informasi, memfasilitasi proses ini.
1. Mata Uang Kejahatan. Ciri dari penggunaan currency of crime yang bukan berupa uang
adalah izin-izin atau lisensi untuk akses ke sumber-sumber daya alam yang umumnya
dialokasikan kepada keluarga dan kerabat sang diktator. Dalam hal itu currency of
crime-nya bisa berupa intan berlian, minyak bumi, pasir laut, kayu gelondongan (logs),
ganja, dan lain sebagainya. Di sini ada dua arus yang bisa diikuti investigator, yakni arus
dana dan arus fisik barang. Arus fisik barang sering memberikan indikasi kuat, karena
adanya anomali. Contoh: data statistik resmi mengenai impor-ekspor yang menunjukkan
kesenjangan yang besar, antara data negara pengimpor dan negara pengekspor.
2. Investigatif Tindak. Data mining didukung oleh tiga teknologi yang saat ini sudah
matang, yaitu teknologi untuk mengumpulkan data secara besar-besaran, adanya
Multiprocessor Computers yang sangat tangguh, dan tersedianya Data Mining
Algorithms. Dalam evolusi dari data bisnis ke informasi bisnis, setiap pencapaian baru
dibangun atas pencapaian sebelumnya. Contohnya Dynamic Data Access merupakan
faktor kunci untuk Drill-Through dalam aplikasi-aplikasi Data Navigation, sedangkan
kemampuan untuk menyimpan Database yang besar merupakan kunci bagi Data
Mining.
3. Memberikan peluang dalam investigasi melalui kemampuan yang cukup besar dan
bermutu baik dalam Database.
Data Mining memiliki Decision Trees yang penggunaan struktur yang berbentuk pohon
untuk menggambarkan suatu atau beberapa set keputusan. Data Mining memiliki
Decision Trees yang penggunaan struktur yang berbentuk pohon untuk menggambarkan
suatu atau beberapa set keputusan.
Dalam dokumentasi investigasinya, pemeriksa merinci semua indikasi dan alat bukti untuk
masing-masing bagian inti atau tindak pidana korupsi yang disangkakan atau didakwakan.
Di Indonesia, pendekatan Follow the money diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 tahun
2002 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2003 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang, dan disempurnakan lagi dalam Undang-Undang No. 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Salah satu peran penting dari FATF adalah menetapkan kebijakan dan mengambil langkah-
langkah yang diperlukan dalam bentuk rekomendasi tindakan untuk mencegah dan
memberantas pencucian uang. Sejauh ini FATF telah mengeluarkan 40 (empat puluh)
rekomendasi pencegahan dan pemberantasan pencucian uang.
Rekomendasi tersebut oleh berbagai negara di dunia telah diterima sebagai standar
internasional dan dibuat menjadi pedoman baku dalam pemberantasan kejahatan pencucian
uang. Negara-negara yang berdasarkan penilaian FATF tidak memenuhi rekomendasi
tersebut, akan dimasukkan dalam daftar Non-Cooperative and Teritories (NCCTs). Negara
yang masuk dalam daftar NCCTs dapat dikenakan counter-measures. Dengan masuknya
suatu negara pada daftar NCCTs tersebut dapat menimbulkan akibat buruk terhadap sistem
keuangan negara bersangkutan, misalnya meningkatnya biaya transaksi keuangan dalam
melakukan.
perdagangan internasional khususnya terhadap negara maju atau penolakan oleh negara
lain atas Letter of Credit (L/C) yang diterbitkan oleh perbankan di negara yang terkena
counter-measures tersebut.
Akibat lain yang cukup serius adalah pemutusan hubungan korespondensi antara bank luar
negeri dengan bank domestik, pencabutan izin usaha kantor cabang atau kantor perwakilan
bank nasional di luar negeri, dan kemungkinan penghentian bantuan luar negeri kepada
pemerintah. Sanksi tersebut pada akhirnya akan dirasakan langsung oleh masyarakat luas.
Oleh karena itu, penanganan tindak pidana pencucian uang telah menjadi perhatian khusus
oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Salah satu bentuk nyatanya adalah dengan
disahkannya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian
Uang, dimana undang-undang tersebut dengan tegas menyatakan bahwa pencucian uang
adalah suatu tindak pidana dan memerintahkan pendirian Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK). Namun demikian, undang-undang tersebut dinilai oleh FATF
masih belum memadai karena belum sepenuhnya mengadopsi 40 rekomendasi dan 8
Kewajiban melapor harta kekayaan bagi penyelenggara negara, ditetapkan dalam Undang-
undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi. Ketentuan KPK
tersebut mendefinisikan “Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara” sebagai harta benda
yang dimiliki oleh penyelenggara negara beserta istri dan anak yang masih menjadi
tanggungan, baik berupa harta bergerak, harta tidak bergerak, maupun hak-hak lainnya
yang dapat dinilai dengan uang yang diperoleh penyelenggara negara sebelum, selama dan
setelah memangku jabatannya. Harta kekayaan penyelenggara negara dilaporkan dalam
“Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara” disingkat (LHKPN). LHKPN adalah daftar
seluruh Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, yang dituangkan dalam formulir yang
ditetapkan oleh KPK.
Teknik audit investigatif dengan menggunakan perbandingan kenaikan dan penurunan asset
merupakan teknik yang ampuh, terutama jika diikuti dengan ketentuan beban pembuktian
terbalik. Di tingkaat penyelenggara Negara teknik audit investigatif ini akan efektif kalau
penyelenggara Negara menaati ketentuan undang undang mengenai pelaoran harta
kekayaan.
Tindak Pidana Korupsi (TPK) dilihat dari ketentuan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Yang akan dipakai sebagai acuan dalam pembahasan ini adalah Undang-Undang nomor 31
tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2001
tentang pemberantasan TPK. Untuk TPK yang dilakukan sebelum berlakunya undang-
undang ini, yakni tanggal 21 november 2001, berlaku Undang-Undang nomor 3 tahun 1971.
Keberhasilan atau kegagalan suatu investigatif TPK, di luar masalah penyuapan kepada
penegak hukum, ditentukan oleh kemampuan membuktikan bagian-bagian inti dan
meyakinkan majelis hakim dalam persidangan pengadilan.
Daftar Pustaka
Siahaan, 2008, Money Laundering dan Kejahatan Perbankan, Jala, Jakarta, hal.1-3
Philips Darwin, Money launderingCara Memahami Dengan Tepat dan Benar Soal Pencucian
Uang, Sinar Ilmu, 2012
Yunus Husein, Upaya Memberantas Pencucian Uang, Makalah disampaikan dalam Temu
Wicara “Upaya Nasional dalam menunjang peran ASEAN untuk memerangi terorisme
melalui pemberantasan pencucian uang dan penyelundupan senjata” yang
diselenggarakan oleh Dirjen Kerjasama ASEAN Deplu. Jakarta, 9 Juli 2002