Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

Disusun oleh :

Nama : Hefty Dolita

Npm : B1A0191039

PRODI HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITASBENGKULU
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
implikasi nilai nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari Makalah ilmiah ini telah kami susun
dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan segala kekurangan dalam makalah
ini kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang impilkasi nilai
nilai ibadah dalam kehidupan sehari hari dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.

Bengkulu ,1 november 2021

Penulis
Daftar isi

Halaman Judul ........................................................................................................ i

Kata Pengantar ......................................................................................................... ii

Daftar Isi ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakangan Masalah ..................................................................................... 2

Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian pencucian uang ........................................................................................ 3

B. bentuka pelanggaran ...................


……………………………………………………………………………….3

C.tindak pidana
…………………………………………………………………………………………….4

D. cara menerobos bentuk permasalahan ....................................


……………………………………………………………………5

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ......................................................................................................... 22

B.Saran ................................................................................................................... 22

C. daftar pustaka ……….


…………………………………………………………………………….22
Latar Belakang

Terdapat beberapa versi mengenai asal-usul penggunaan istilah “money laundering” atau
“pencucian uang”. Istilah “pencucian uang” pertama kali digunakan dalam surat kabar yang
berkaitan dengan skandal Watergate di Amerika Serikat yang melibatkan Presiden Richard
Nixon pada tahun 1973.1 Adapun kasus pencucian uang yang pertama kali ditangani adalah
perkara US v $ 4.255.625,39 (1982) 551 F Supp. 314 di Amerika Serikat. 2 Menurut Jeffrey
Robinson, latar belakang mengenai istilah “pencucian uang” digunakan karena proses yang
digunakan menunjukkan bagaimana merubah uang yang berkaitan dengan kejahatan atau
diperoleh secara illegal atau kotor untuk kemudian diproses sedemikian rupa hingga seolah-
olah menjadi uang yang diperoleh secara legal atau bersih.3 Proses perubahan uang tersebut
biasanya dilakukan melalui kegiatan usaha, pembelian aset ,atau pemindahan uang dari satu
rekening ke rekening lain. Hal yang menarik dari latar belakang Tindak Pidana Pencucian
Uang (TPPU) adalah, apabila di Indonesia kejahatan pencucian uang ini erat dengan isu
pemberantasan korupsi, maka asal mula kejahatan pencucian uang ini justru erat dengan
upaya pemberantasan narkotika, khususnya di Amerika Serikat. Pada saat itu kartel narkoba
umumnya mengalihkan uang perolehannya dalam bentuk aset, menginvestasikannya dalam
kegiatan usaha, atau mengatasnamakan kerabatnya atas kepemilikan aset tersebut.4 Hal ini
menyulitkan upaya perampasan aset tersebut yang diharapkan dapat menghentikan kegiatan
illegal yang mereka lakukan.
BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakangan Masalah

Latar belakang masalah pada makalah ini yakni tidak tumbuhnya rasa sadar diri terhadap para
pejabat yang sangat sering sekali melakukan tidak pencucian uang dengan sengaja ,nah hal
ini dapat berpengaruh pesat yang buruk bagi keberlangsungan rakyat selaku korban dari
tindak pencucian uang ini .

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari pembuatan makala ini yakni ingin memberikan trobosan baru untuk
mengurangi angka tidak korupsi yang di mana bayak sekali di lakukan dengan sengaja oleh
oknum yang lebih tinnggi tingkat nya serta memberika suatu sedikit ilmu tentang baik dari
pengertian maupun tidak pidana dari pencucian uang tersebut .
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian pencucian uang


Pencucian uang seringkali dikenal dengan money laundering dilakukan oleh pejabat
pemerintah pemegang kekuasaan untuk memutar kembali duit yang tidak sah setelah
mendapatkan hasil yang bukan miliknya. Dalam bahasa Indonesia, money
laundering diterjemahkan dengan istilah “pencucian uang” atau “pemutihan uang”.
Uang yang “dicuci” dalam istilah pencucian uang adalah uang yang berasal dari bisnis
gelap ataupun uang yang berasal dari hasil korupsi sehingga uang yang bersumber
dari secara ilegal dan haram itu tidak terlihat sebagai uang yang berasal dari hasil
kejahatan, melainkan seperti uang-uang lainnya.
Money laundering atau pencucian uang merupakan tindak pidana yang melibatkan
kegiatan keuangan dalam batasan yang sangat sulit untuk menentukan keterlibatan
institusi, selain perbankan yang selama ini dikenal sebagai sarana aktivitasnya.

Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang


Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU), tindak pidana pencucian
uang dapat diklasifikasi ke dalam 3 (tiga) pasal:
 Pasal 3
Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga, atau
perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1) UU ini) dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan dipidana
karena Tindak Pidana Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah).
 Pasal 4
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber,
lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1) UU ini) dipidana karena Tindak Pidana
Pencucian Uang dengan pidana penjara paling  lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
 Pasal 5
Setiap orang yang menerima, atau menguasai, penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana (sesuai pasal 2 ayat (1) UU ini) dipidana karena Tindak Pidana
Pencucian Uang dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp 1 milyar.
B. Bentuk Pelanggaran
Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak atau kepemilikan, yang sebenarnya atas harta
kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana
Pencucian uang banyak sekali bentuk pelanggran dari tidak pencucian uang tersebut
salah satu nya adalah korupsi dai kantor dan korupsi uang rakyat serta korupsi uang
sumbangan dan masih banyak lagi
C. Tindak Pidana
Undang-undang republik indonesia nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang dengan rahmat tuhan yang maha esa
presiden republik indonesia, Menimbang :
a bahwa tindak pidana Pencucian Uang tidak hanya mengancam stabilitas
perekonomian dan integritas sistem keuangan, tetapi juga dapat
membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
b bahwa pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang
memerlukan landasan hukum yang kuat untuk menjamin kepastian hukum,
efektivitas penegakan hukum, serta penelusuran dan pengembalian Harta
Kekayaan hasil tindak pidana;
c bahwa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana
Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2003 perlu disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan penegakan
hukum, praktik, dan standar internasional sehingga perlu diganti dengan
undang-undang baru;
d bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, dan huruf c, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang; Mengingat : Pasal 5 ayat (1)
dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Memutuskan: menetapkan : undang-undang tentang pencegahan dan pemberantasan
tindak pidana pencucian uang. bab i ketentuan umum pasal 1 dalam undang-undang
ini yang dimaksud dengan:
1. Pencucian uang adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak
pidana sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini.
2. Pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan yang selanjutnya disingkat
ppatk adalah lembaga independen yang dibentuk dalam rangka mencegah dan
memberantas tindak pidana Pencucian Uang.
3. Transaksi adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau kewajiban
atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih.
4. Transaksi Keuangan adalah Transaksi untuk melakukan atau menerima
penempatan, penyetoran, penarikan, pemindahbukuan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, dan/atau penukaran atas sejumlah
uang atau tindakan dan/atau kegiatan lain yang berhubungan dengan uang.
5. Transaksi Keuangan Mencurigakan adalah:
a Transaksi Keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau
kebiasaan pola Transaksi dari Pengguna Jasa yang bersangkutan;
b Transaksi Keuangan oleh Pengguna Jasa yang patut diduga dilakukan
dengan tujuan untuk menghindari pelaporan Transaksi yang
bersangkutan yang wajib dilakukan oleh Pihak Pelapor sesuai dengan
ketentuan Undang-Undang ini;
c Transaksi Keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan
menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak
pidana; atau
d Transaksi Keuangan yang diminta oleh PPATK untuk dilaporkan oleh
Pihak Pelapor karena melibatkan Harta Kekayaan yang diduga berasal
dari hasil tindak pidana.
e
D. Cara menerobos bentuk permasalahan
Cara menerobosnya yakni dengan kesadaran sendiri di karnakan kesadaran sendiri
dapat merubah arti sesungguhnya dengan kesadaran diri sendiri dapat sedikit maupun
banyaknya angka korupsi dan pencucisn usng yang lebih besar .
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisis yang telah dilakukan pada BAB sebelumnya maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Dasar Hukum kewenangan KPK untuk melakukan
penyidikan dan penuntut Tindak Pidana Pencucian Uang yang berasal dari Tindak Pidana
Korupsi adalah : a. Pasal 74 dan 75 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2010 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, b. Pasal 6 huruf a Undang-Undang Nomor 46
Tahun 2009 Tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi c. Pasal 25 Undang-Undang Nomor
31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001Tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi

B. Saran

Saran yang dapat saya berikan selaku penulis makalah ini ialahmari semuanya kita harus
sadar diri di karnakan segala sesuatu yang bukan hak milik kita itu semua adalah haram baik
di makan atau di miliki dan mari kita sama sama lebih bertindak adil antar sesama agar tidak
adanya kesalapaham .
DAFTAR PUSTAKA

Adam Chazawi. Pelajaran Hukum Pidana I. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2001.

Amin Widjaja Tunggal. Pencegahan Pencucian Uang. Jakarta: Harvarindo. 2014.

Arief Amrullah. Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering. Jawa Timur: Bayu
Media Publishing, 2003

. Aziz Syamsuddin. Tindak Pidana Khusus. Jakarta: Sinar Grafika. 2013 Bismar Nasution.

Rejim Anti-Money Laundering di Indonesia. Bandung: Books Terrace & Library Pusat
Informasi Hukum Indonesia. 2008.

Anda mungkin juga menyukai