Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta pengetahuan sehingga
makalah tentang “Pengertian dan Tujuan Hukum secara Filosofis” ini bisa selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk
menambah pengetahuan rekan-rekan yang merupakan salah satu bagian dari pelajaran
Filsafat Ilmu.
Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf
bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami
juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi terciptanya
makalah yang lebih baik lagi.
Penyusun,
Kelompok Empat
2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pergaulan masyarakat terdapat aneka ragam hubungan antara anggota
masyarakat, yakni hubungan hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan-kepentingan
anggota masyarakat itu. Dengan banyak dan aneka ragamnya hubungan itu, para anggota
masyarakat memerlukan aturan-aturan yang dapat menjamin keseimbangan agar tidak
terjadi kekacauan. Salah satu sistem yang dipergunakan dalam menegakkan norma atau
kaedah yang merupakan kesepakatan bersama, agar dapat menjadi pedoman hidup adalah
adanya suatu lembaga peradilan. Pada awal perkembangannya digunakan hanya sekedar
untuk menegakkan kepastian hukum. Hal ini dianggap penting bukan hanya untuk
mewujudkan satu kehidupan masyarakat yang teratur, tetapi lebih merupakan suatu syarat
mutlak bagi terbentuknya suatu organisasi kehidupan yang dapat menjamin adanya suasana
kehidupan yang aman dan tenteram.
Perkembangan kehidupan masyarakat ke arah suatu bentuk kehidupan yang lebih
maju, menghendaki bukan hanya sekedar penegakan kepastian hukum belaka, tetapi
masyarakat yang telah secara sadar memahami bahwa dalam pola hidup bermasyarakat,
penegakan hukum bukan hanya sekedar kepastian hukum yang dapat membawa
ketenteraman dan kedamaian, tetapi penegakan hukum itu memerlukan pula upaya
penegakan keadilan dan kegunaan (Satjipto Rahardjo, 1996;19) atau kemanfaatan (Sudikno
Mertokusumo, 1993; 1), sebab menumbuhkan keadilan hukum di kalangan masyarakat itu
akan berarti tidak terjadinya kesewenang-wenangan antara individu yang satu dengan yang
lain.
Demikian pula dengan menegakkan kegunaan / kemanfaatan hukum akan membawa
kepada suatu suasana aman, tertib dalam kehidupan suatu masyarakat. Kehidupan
masyarakat tersebut yang kemudian berkembang menjadi suatu negara, tentunya lebih
memerlukan suatu perangkat peraturan formal yang akan menjadi alat pengatur kehidupan
warga negara, yang dalam hal ini dalam rangka penegakan norma-norma kehidupan,
memerlukan perangkat khusus guna penegakan hukumnya, yang dimulai dengan penyediaan
aturan yang akan dipedomani, kemudian ditetapkan penegak hukumnya, dilengkapi dengan
sarana atau fasilitas penegakan hukum, yang dengan ketiga unsur ini, diharapkan apa yang
menjadi kebutuhan dasar warga negara dalam bidang penegakan hukum akan dapat
terwujud.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum secara filosofis ?
2. Apa tujuan hukum secara filosofis ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian hukum secara filosofis
2. Memahami tujuan hukum secara filosofis
D. Manfaat Penulisan
1. Agar memahami .pengertian hukum secara filosofis
2. Agar memahami tujuan hukum secara filosofis
3. Lebih memperkaya diri tentang pengetahuan hukum
4
PEMBAHASAN
5
Masyarakat dan Lembaga Kemasyarakatan (Kaidah Sosial)
1. Definisi masyarakat
• Menurut Ralph Linton, masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang hidup dan
bekerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas.
• Menurut Selo Soemarjan, masyarakat adalah orang yang hidup bersama, yang
menghasilkan kebudayaan.
• Menurut CST. Kansil, SH, masyarakat adalah persatuan manusia yang timbul dari kodrat
yang sama. Jadi masyarakat itu terbentuk apabila ada dua orang atau lebih hidup bersama
sehingga dalam pergaulan hidup timbul berbagai hubungan yang mengakibatkan seorang dan
orang lain saling kenal mengenal dan pengaruh mempengaruhi.
Unsur masyarakat :
Dalam masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran. Namun walaupun golongan
itu beraneka ragam dan masing-masing mempunyai kepentingan sendiri-sendiri akan tetapi
kepentingan bersama mengharuskan adanya ketertiban dalam kehidupan masyarakat itu.
Adapun yang memimpin kehidupan bersama, yang mengatur tingkah laku manusia dalam
masyarakat ialah peraturan hidup.
Agar supaya dapat memenuhi kebutuan-kebutuhannya dengan aman dan tentram
dan damai tanpa gangguan, maka tiap manusia perlu adanya suatu tata (orde – ordnung).
Tata itu berwjud aturan yang menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan terjamin. Setiap
anggota masyarakat mengetahui hak dan kewajiban. Tata tersebut sering disebut kaidah atau
norma.
2. Kaidah/norma Sosial :
Adalah patokan-patokan atau pedoman-pedoman perihal tingkah laku dan perikelakuan yang
diharapkan.Kaidah berasal dari bahasa Arab atau Norma berasal dari bahasa Latin.
Kaidah/Norma berisi :
• Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh
karena akibat-akibatnya dipandang baik.
• Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu
oleh karena akibat-akibatnya dipandang tidak baik.
6
Guna kaidah/norma tersebut adalah untuk memberi petunjuk kepada manusia bagaimana
seorang harus bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang harus
dijalankan dan perbuatan-perbuatan mana pula yang harus dihindari.
Kaidah sosial dibedakan menjadi :
1. Kaidah yang mengatur kehidupan pribadi manusia yang dibagi lebih lanjut menjadi :
a. Kaidah kepercayaan/agama, yang bertujuan untuk mencapai suatu kehidupan yang
beriman (Purnadi Purbacaraka 1974 : 4). Kaidah ini ditujukan terhadap kewajiban manusia
kepada Tuhan. Sumbernya adalah ajaran-ajaran kepercayaan/agama yang oleh pengikut-
pengikutnya dianggap sebagai perintah Tuhan, misalnya :
• Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina adalah suatu perbuatan yang
keji dan suatu jalan yang buruk (Al Isra’ : 32).
b. Kaidah kesusilaan, yang bertujuan agar manusia hidup berakhlak atau mempunyai hati
nurani. Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati nurani
manusia (insan kamil). Sumber kaidah ini adalah dari manusia sendiri, jadi bersifat otonom
dan tidak ditujukan kepada sikap lahir tetapi ditujukan kepada sikap batin manusia juga,
misalnya :
2. Kaidah yang mengatur kehidupan antara manusia atau pribadi yang dibagi lebih lanjut
menjadi :
a. Kaidah kesopanan, bertujuan agar pergaulan hidup berlangsung dengan menyenangkan.
Kaidah ini merupakan peraturan hidup yang timbul dari pergaulan segolongan manusia,
misalnya :
b. Kaidah hukum, bertujuan untuk mencapai kedamaian dalam pergaulan hidup antar
manusia. Kaidah ini adalah peraturan-peraturan yang timbul dari norma hukum, dibuat oleh
penguasa negara. Isinya mengikat setiap orang dan pelaksanaannya dapat dipertahankan
dengan segala paksaan oleh alat-alat negara misalnya “Dilarang mengambil milik orang lain
tanpa seizin yang punya”.
7
• Ditinjau dari tujuannya, kaidah hukum bertujuan untuk menciptakan tata tertib masyarakat
dan melindungi manusia beserta kepentingannya. Sedangkan kaidah agama dan kesusilaan
bertujuan untuk memperbaiki pribadi agar menjadi manusia ideal.
• Ditinjau dari sasarannya : kaidah hukum mengatur tingkah laku manusia dan diberi sanksi
bagi setiap pelanggarnya, sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan mengatur sikap
batin manusia sebagai pribadi. Kaidah hukum menghendaki tingkah laku manusia sesuai
dengan aturan sedangkan kaidah agama dan kaidah kesusilaan menghendaki sikap batin setia
pribadi itu baik.
• Ditinjau dari sumber sanksinya, kaidah hukum dan kaidah agama sumber sanksinya berasal
dari luar dan dipaksakan oleh kekuasaan dari luar diri manusia (heteronom), sedangkan
kaidah kesusilaan sanksinya berasal dan dipaksakan oleh suara hati masing2 pelanggarnya
(otonom).
• Ditinjau dari kekuatan mengikatnya, pelaksanaan kaidah hukum dipaksakan secara nyata
oleh kekuasaan dari luar, sedangkan pelaksanaan kaidah agama dan kesusilaan pada asasnya
tergantng pada yang bersangkutan.
• Ditinjau dari isinya kaidah hukum memberikan hak dan kewajiban (atribut dan normatif)
sedang kaidah agama dan kaidah kesusilaan hanya memberikan kewajiban saja (normatif).
• Kaidah hukum memberi hak dan kewajiban, kaidah kesopanan hanya memberikan
kewajiban saja.
• Sanksi kaidah hukum dipaksakan dari masyarakat secara resmi (negara), sanksi kaidah
kesopanan dipaksakan oleh masyarakat secara tidak resmi.
Mengapa kaidah hukum masih diperlukan, sementara dalam kehidupan masyarakat sudah
ada kaidah yang mengatur tingkah laku manusia dalam pergaulan hidupnya ?
Hal ini karena :
8
sepenuhnya dari kaidah agama, kesusilaan dan kaidah sopan santun, kebiasaan
maupun adat.
• Kepentingan-kepentingan manusia yang telah mendapat perlindungan dari kaidah-
kaidah tersebut diatas, dirasa belum cukup terlindungi karena apabila terjadi
pelanggaran terhadap kaidah tersebut akibat atau ancamannya dipandang belum
cukup kuat.
B. PENGERTIAN HUKUM
c. Sahnya kaidah-kaidah hukum dari golongan tingkat yang lebih rendah tergantung atau
ditentukan oleh kaidah-kaidah yang termasuk golongan tingkat yang lebih tinggi.
9
5. Hukum dalam arti jalinan nilai
Hukum dalam artian ini bertujuan mewujudkan keserasian dan kesinambungan antar faktor
nilai obyektif dan subyektif dari hukum demi terwujudnya nilai-nilai keadilan dalam hubungan
antara individu di tengah pergaulan hidupnya. Nilai objektif tersebut misalnya ttg baik buruk,
patut dan tidak patut (umum), sedangkan nilai subjektif memberikan keputusan bagi keadilan
sesuai keadaan pada suatu tempat , waktu dan budaya masyarakat (khusus). Inilah yg perlu
diserasikan antara kepentingan publik, kepentingan privat dan dengan kepentingan individu.
Politik hukum adalah mencakup kegiatan-kegiatan mencari dan memilih nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai tersebut bagi hukum dalam mencapai tujuannya.
Filsafat hukum adalah perenungan dan perumusan nilai-nilai, juga mencakup penyesuaian
nilai-nilai, misalnya penyerasian antara ketertiban dengan ketentraman, antara kebendaan
dengan keakhlakan dan antara kelanggengan dan pembaharuan.
10
Berbagai Definisi Hukum
Arnold (Achmad Ali, 1996 : 27) salah seorang sosiolog, mengakui bahwa dalam
kenyataan hukum memang tidak akan pernah dapat didefinisikan secara lengkap, jelas dan
tegas. Sehingga sampai sekarang ini tidaka ada kesepakatan bersama tentang definisi hukum.
Namun Arnold juga menyadari bahwa bagaimanapun para juris tetap akan terus berjuang
mencari bagaimana hukum didefinisikan sebab definisi hukum merupakan bagian yang
substansial dalam meberi arti keberadaan hukum sebagai ilmu. Hukum juga merupakan
sesuatu yang rasional dan dimungkinkan untuk dibuatkan definisi sebagai penghormatan para
juris terhadap eksistensi hukum.
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto menyebutkan sembilan arti hukum, yaitu:
1. Ilmu pengetahuan, yaitu pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar
kekuatan pemikiran
2. Disiplin, yaitu suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi.
3. Norma, yaitu pedoman atau patokan sikap tindak atau perilaku yang pantas diharapkan.
4. Tata Hukum, yaitu struktur dan proses perangkat norma-norma hukum yang berlaku pada
suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.
5. Petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat
dengan penegakan hukum (law enforcement officer).
6. Keputusan Penguasa, yakni hasil proses diskresi.
7. Proses Pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal balik antara unsur-unsur pokok dari
sistem kenegaraan.
8. Sikap tindak ajeg atau perilaku yang teratur, yakni perilaku yang diulang-ulang dengan cara
yang sama, yang bertujuan mencapai kedamaian.
9. Jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap
baik dan buruk.
Berikut beberapa definisi hukum yang dikemukakan para ahli hukum (juris) berdasarkan aliran
atau paham yang dianutnya :
1. Van Apeldoorn, hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin
menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.
2. I Kisch, oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah
untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.
3. Lemaire, hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan tak
mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.
4. Grotius, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu
otoritas pengendalian.
11
5. Aristoteles, hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan
mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku
hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman terhadap pelangggar.
6. Schapera, hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh
pengadilan.
7. Paul Bohannan, hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan
kembali dalam pranata hukum.
8. Pospisil, hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui
sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui
suatuotoritas pengendalian.
9. Karl von savigny, hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan
kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada
sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan warga
masyarakat.
10. Marxist, hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam
masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.
11. John Austin, melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak
langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan masyarakat
politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa) meruipakan otoritas
tertinggi.
1. Hukum dilihat semata-mata sebagai kaidah bersanksi yang dibuat dan diberlakukan oleh
negara, padahal di dalam kenyataannya kaidah tersebut belum tentu berlaku.
2. Undang-undang yang dibuat oleh negara, hanya salah satu sumber-sumber hukum
3. Hanya warga masyarakat yang dilihat sebagai subjek hukum, padahal dalam kenyataannya
dikenal pula adanya hukum tata negara, hukum administrasi negara, dsb.
12. Hans Kelsen, hukum adalah suatu perintah terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah
kaidah primer yang menetapkan sanksi-sanksi. 13 Paul
13. Scholten, hukum adalah suatu petunjuk tentang apa yang layak dilakukan dan apa yang
tidak layak untuk dilakukan yang bersifat perintah.
14. Van Kan, hukum adalah keseluruhan aturan hidup yang bersifat memaksa untuk
melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.
15. Eugen Ehrlich (Jerman), sesuatu yang berkaitan denagan fungsi kemasyarakatan dan
memandang sumber hukum hanya dari legal history and jurisprudence dan living law (hukum
yang hidup didalam masyarakat).
16. Bellefroid, hukum adalah kaidah hukum yang berlaku dimasyarakat yang mengatur tata
tertib masyarakat dan didasarkan atas kekuasaan yang ada di dalam masyarakat.
12
17. Holmes (Hakim Amerika Serikat), hukum adalah apa yang dikerjakan dan diputuskan oleh
pengadilan.
18. Salmond, hukum adalah kumpulan-kumpulan asas-asas yang diakui dan diterapkan oleh
negara di dalam pengadilan.
19. Roscoe Pound, hukum itu dibedakan dalam arti :
20. Liwellyn, hukum adalah apa yang diputuskan oleh seorang hakim tentang suatu
persengketaan adalah hukum itu sendiri.
21. Drs. E. Utrecht, SH, Hukum adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati
oleh masyarakat itu.
22. SM. Amin, SH, Hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan
sanksi-sanksi.
23. J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto, Hukum adalah peraturan-peraturan
yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan
masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap
peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan yaitu hukuman tertentu
24. M.H. Tirtaatmidjaja, SH, Hukum adalah semua aturan (norma yang harus diturut dalam
tingkah laku tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti
kerugian —- jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau harta,
umpamanya orang akan kehilangan kemerdekaannya, di denda dsb.
25. Van Vollenhoven (Het adatrecht van Nederlandsche Indie), Hukum adalah suatu gejala
dalam pergaulan hidup yang bergejolak terus menerus dalam keadaan bentur membentur
tanpa henti-hentinya dengan gejala lainnya.
26. Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturan2 mengenai tingkah laku orang-
orang sebagai anggota suatu masyarakat.
27. Soerojo Wignjodipoero, hukum adalah himpunan peraturan2 hidup yang bersifat
memaksa, berisikan suatu perintah, larangan atau perizinan untuk bebruat tidak bebruat
sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.
13
Isi Kaidah Hukum :
Ditinjau dari segi isinya kaidah hukum dapat dibagi menjadi tiga :
1. Berisi tentang perintah, artinya kaidah hukum tersebut mau tidak mau harus dijalankan
atau ditaati, misalnya ketentuan syarat sahnya suatu perkawinan, ketentuan wajib pajak dsb.
2. Berisi larangan, yaitu ketentuan yang menghendaki suatu perbuatan tidak boleh dilakukan
misalnya dilarang mengambil barang milik orang lain, dilarang bersetubuh dengan wanita
yang belum dinikahi secara sah dsb.
3. Berisi perkenan, yaitu ketentuan yang tidak mengandung perintah dan larangan melainkan
suatu pilihan boleh digunakan atau tidak, namun bila digunakan akan mengikat bagi yang
menggunakannya, misalnya mengenai perjanjian perkawinan, pada waktu atau sebelum
perkawinan dilangsungkan kedua belah pihak atas persetujuan bersama dapat mengadakan
perjanjian tertulis yang disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan. Ketentuan ini boleh
dilakukan boleh juga tidak dilaksanakan.
14
masyarakat dapat terlindungi. Dalam beberapa literatur Ilmu Hukum para sarjana hukum
telah merumuskan tujuan hukum dari berbagai sudut pandang, dan paling tidak ada 5 teori:
1. Teori Etis
Teori etis pertama kali dikemukakan oleh filsuf Yunani, Aristoteles, dalam karyanya
ethica dan Rhetorika, yang menyatakan bahwa hukum memiliki tujuan suci memberikan
kepada setiap orang apa yang menjadi haknya. Menurut teori ini hukum semata-mata
bertujuan demi keadilan. Isi hukum ditentukan oleh keyakinan etis kita mana yang adil dan
mana yang tidak. Artinya hukum menurut teori ini bertujuan mewujudkan keadilan.
Mengenai isi keadilan, Aristoteles membedakan adanya dua macam keadilan; justitia
distributive (keadilan distributif) dan justitia commulative (keadilan komuliatif). Keadilan
distributif adalah suatu keadilan yang memberikan kepada setiap orang berdasarkan jasa atau
haknya masing-masing. Makna keadilan bukanlah persamaan melainkan perbandingan secara
proposional. Adapun keadilan kumulatif adalah keadilan yang diberikan kepada setiap orang
berdasarkan kesamaan. Keadilan terwujud ketika setiap orang diperlakukan sama.
2. Teori Utilitis
Menurut teori utilitis (utilities theorie) hukum bertujuan untuk menghasilkan
kemanfaatan yang sebesar-besarnya pada manusia dalam mewujudkan kesenangan dan
kebahagiaan. Penganut teori ini adalah Jeremy Bentham dalam bukunya “Introduction to the
morals and legislation”. Pendapat ini dititik beratkan pada hal-hal yang berfaedah bagi orang
banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan aspek keadilan.
3. Teori Campuran
Menurut Apeldoorn tujuan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat
secara damai dan adil. Mochtar Kusumaatmadja menjelaskan bahwa kebutuhan akan
ketertiban ini adalah syarat pokok (fundamental) bagi adanya masyarakat yang teratur dan
damai. Kedamaian atau damai adalah suatu keadaan yang meliputi dua hal, yaitu ketertiban
atau keamanan (orde) dan ketenteraman atau ketenangan (rust). Ketertiban tertuju pada
hubungan lahiriah, dengan melihat pada proses interaksi antar-pribadi dalam bermasyarakat.
Sedangkan ketenteraman tertuju pada keadaan batin yaitu melihat pada kehidupan batiniah
masing-masing pribadi dalam masyarakat. Dan untuk mewujudkan kedamaian masyarakat
maka harus diciptakan kondisi masyarakat yang adil dengan mengadakan perimbangan
antara kepentingan satu dengan yang lain, dan setiap orang (sedapat mungkin) harus
memperoleh apa yang menjadi haknya. Dengan demikian pendapat ini dikatakan sebagai
jalan tengah atau campuran antara teori etis dan utilitis.
4.Teori Normatif-Dogmatif
15
Menurut teori ini, tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian
hukum (John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya melegalkan
kepastian hak dan kewajiban. Van Kan berpendapat tujuan hukum adalah menjaga setiap
kepentingan manusia agar tidak diganggu dan terjaminnya kepastiannya.
16
a. Ketertiban Hukum
Tujuan hukum yang paling sederhana ialah hukum diadakan supaya terjaga
ketenteraman dalam masyarakat tertentu, tujuan hukum yang demikian ini sangat penting
artinya bagi masyarakat, karena dalam masyarakat yang disusun dalam suatu kekerabatan,
yang acapkali di dalamnya terjadi benturan-benturan kepentingan sehingga timbul
perselisihan.
b. Menjaga Perdamaian:
Tujuan hukum ialah untuk menjaga perdamaian dalam keadaan bagaimana saja, dan
dipelihara dengan mengorbankan apa saja. Pengertian hukum yang demikian ini disebut
sebagai hukum yang primitif, alasannya ialah bahwa perdamaian antara kekerabatan yang
satu dengan kekerabatan lain, antara orang-orang yang sekutu, dan penduduk yang
bertambah banyak. Sehingga dimungkinkan terjadi benturan-benturan kepentingan. Oleh
karena itu, hukum dibentuk.
c. Mencegah Pergeseran dalam Masyarakat:
Tujuan hukum ketiga ini timbul, untuk mencegah pergeseran antar sesama
masyarakat. Hal ini disebabkan sistem kekerabatan semakin hilang dan digeser oleh orang-
orang yang kehilangan kekerabatan serta para pendatang, sementara itu orang-orang yang
memiliki kekerabatan masih berkuasa, sehingga gagasan mengenai tujuan hukum ketiga
dapat juga disebut untuk menjaga ketertiban sosial.
17
mencapai kesenangannya maupun kesengsaraannya. Oleh karena itu pada akhir abad ke-19
gagasan hukum yang ada dipergunakan untuk mencapai kebebasan secara maksimum.
18
Dalam bukunya “ Inleiding Tot De Studie Van Het Nederlandse Recht ”, peldorn
menyatakan bahwa tujan hukum adalah mengatur tata tertib dalam masyarakat secara damai
dan adil.
Untuk mencapai kedamaian hukum harus diciptakan masyarakat yang adil dengan
mengadakan perimbangan antara kepentingan yang bertentang satu sama lain, dan setiap
orang harus memperoleh ( sedapat mungkin ) apa yang menjadi haknya. Pendan Van
Apeldoorn ini dapat dikatakan jalan tengah antara dua teori tujuan hukum, teori etis dan teori
utilitis.
4. Aristoteles
Dalam bukunya “ rhetorica “ mencetuskan teorinya bahwa, tujuan hukum
menghendaki keadilan semata – mata dan isi daripada hukum ditentukan oleh kesadaran etis
mengenai apa yag dikatakan adil dan apa yang tidak adil.
Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur, ialah keadilan dengan
memberikan kepada tiap – tiap orang apa yang berhak ia terima yang memerlukan peraturan
tersendiri bagi tiap – tiap kasus. Apabila ini di laksanakan maka tidak ada habis – habisnya,
oleh karenanya hukum harus membuat apa yang dinamakan “ Algemeene regals” ( peraturan
atau ketentuan – ketentuan umum ). Peraturan ini di perlukan oleh masyarakat teratur demi
kepentingan kepastian hukum, meskipun pada suatu waktu dapat menimbulkan
ketidakadilan.
5. Jeremy Bentham
Dalam buku “ introduction to the morals and legislation ”, ia mengatakan bahwa
hukum bertujuan semata – mata apa yang berfaedah bagi orang. Pendapat ini di titik beratkan
pada hal – hal yang berfaedah bagi orang banyak dan bersifat umum tanpa memperhatikan
soal keadilan.
Teori yang berhubungan dengan kefaedahan ini di namakan teori utilitis, yang
berpendapat bahwa hukum pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah
bagi orang yang satu dapat juga merugikan orang lain, maka tujuan hukum ialah untuk
memberikan faedah sebanyak – banyaknya. Di sini kepastian melalui hukum bagi perorangan
merupakan tujuan utama daripada hukum.
Teori ini berkembang di Inggris dan pengikutnya adalah John Stuart Mill dan John
Austin.
6. Thomas Hobbes
Tujuan hukum adalah memberikan hak kepada orang yang memilikinya.
7. Prof. Mr J. Van Kan
Ia berpendapat bahwa hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap- tiap manusia agar
kepentingan – kepentingan itu tidak dapat di ganggu. Di sini di jelaskan bahwa hukum
bertugas untuk menjamin kepastian hukum di dalam masyarakat dan juga menjaga serta
mencegah agar setiap orang tidak menjadi hakim sendiri, tetapi tiap perkara harus di
selesaikan melalaui proses pengadilan berdasarkan hukum yang berlaku.
19
8. Geny
Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia kepentingan daya
guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan. Pada umumnya hukum ditujukan untuk
mendapatkan keadilan, menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat serta
mendapatkan kemanfaatan atas dibentuknya hukum tersebut. Selain itu, menjaga dan
mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya sendiri, namun tiap perkara harus
diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang berlaku.
9. Rusli Effendy
Mengemukakan bahwa tujuan hukum dapat dapat dikaji melalui tiga sudut pandang,
yaitu :
a) Dari sudut pandang ilmu hukum normatif, tujuan hukum dititik beratkan pada segi
kepastian hukum.
b) Dari sudut pandang filsafat hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi keadilan.
c) Dari sudut pandang sosiologi hukum, maka tujuan hukum dititikberatkan pada segi
kemanfaatan.
10. Purnadi dan Soerjono Soekanto
Mengatakan bahwa tujuan hukum adalah kedamaian hidup antarpribadi yang
meliputi ketertiban eksternal antarpribadi dan ketenangan internal pribadi.
11. S.M Amin
Tujuan hukum adalah mengadakan ketertiban dalam pergaulan manusia sehingga
keamanan dan ketertiban terpelihara.
12. Bellefroid
Tujuan hukum adalah menambah kesejahteraan umum atau kepentingan umum,
yaitu kesejahteraan atau kepentingan semua anggota masyarakat.
13. Philip S. James
Tujuan hukum adalah memberi petunjuk bagi tingkah laku manusia yang dipaksakan
kepadanya, dan dipaksakan kepada penyelenggara atau aparat negara.
14. Sutjipto Rahardjo
Tujuan hukum yang paling utama adalah membimbing manusia pada kehidupan yang
baik, aman, tenteram, adil, damai, dan penuh kasih sayang.
Dari pendapat-pendapat para ahli ilmu hukum yang berbeda-beda, maka dapat
diambil inti sari bahwa tujuan hukum dibagi menjadi 3 teori, yaitu teori etis , teori utilitis dan
teori campuran. Ada juga beberapa sarjana hukum yang mengartikan tujuan hukum sebagai
mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan tata tertib dalam masyarakat menurut
Dr.Wirjono Prodjodikoro.SH dalam bukunya “ Perbuatan Melanggar Hukum “ atau menurut
Prof. Subekti, SH dalam bukunya “ Dasar – Dasar Hukum Dan Pengadilan “, mengemukakan
bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan negara yang intinya ialah mendatangkan
kemakmuran dan kebahagiaan rakyat.
20
Fungsi Hukum
1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hukum sbg petunjuk
bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari adanya perintah dan larangan dalam
hukum sehingga fungsi hukum sebagai alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.
2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum yg bersifat
mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang berwenang membuat orang takut
untuk melakukan pelanggaran karena ada ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat
diterapkan kepada siapa saja. Dengan demikian keadilan akan tercapai.
4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak hanya mengawasi
masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk mengawasi pejabat pemerintah, para
penegak hukum, maupun aparatur pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus
bertingkah laku menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.
5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh kasus tanah.
21
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Pada saat ini belum ada satu definisi tentang hukum yang sama dari berbagai pakar
hukum, karena begitu sulitnya untuk mendefinisikan hukum yang memuaskan bagi semua
pihak. Namun demikian, akan dicoba untuk manyampaikan definisi hukum yang dapat
diterima oleh semua pihak. Menurut E. Utrecht memberikan batasan hukum sebagai berikut:
“Hukum itu adalah himpunan peraturanperaturan (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati
oleh masyarakat itu.” Kemudian dari pendapat sarjana lain seperti S.M. Amin, hukum
dirumuskan sebagai berikut “Kumpulan-kumpulan peraturan--peraturan yang terdiri dari
norma dan sanksisanksi itu disebut hukum dan tujuan sebagai berikut “Kumpulan-kumpulan
peraturan--peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi-sanksi itu disebut hukum dan tujuan.
Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan membicarakan
tentang pendefinisian hukum, karena kedua-duanya mempunyai obyek kajian yang sama
yaitu membahas tentang hukum itu sendiri. Atas dasar tersebut dimana hukum merupakan
suatu hal yang penting dalam mengatur dan menciptakan ketertiban dalam masyarakat
kiranya dapat teratasi, sehingga dapat dikatakan bahwa hukum merupakan sekumpulan
peraturan mengenai tingkah laku dalam masyarakat yang harus ditaati untuk mencapai suatu
tujuan. Hukum bertindak sebagai pelindung kepentingan manusia dalam masyarakat, maka
hukum mempunyai sasaran yang hendak dicapai, dimana hukum bertugas membagi hak dan
kewajiban antara perorangan di dalam masyarakat, membagi wewenang dan mengatur cara
memecahkan masalah hukum serta memelihara kepastian hukum itu sendiri.
Dari hal tersebut, berbagai pakar di bidang hukum maupun di bidang ilmu sosial
lainnya mengemukakan pandangannya masing-masing tentang pengertian dan tujuan hukum
itu sendiri berdasarkan sudut pandang mereka masing-masing.
B. SARAN
Tujuan hukum secara umum ialah arah atau sasaran yang hendak dicapai hukum
dalam mengatur masyarakat. Dalam rumusan tentang tujuan hukum masih terdapat
perbedaan pendapat antara para ahli hukum. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang
universal, adanya faktor penyebab lain yaitu dari masing-masing masyarakat atau bangsa
yang memiliki karakteristik yang menjelma menjadi ideologi bangsa yang sekaligus bertujuan
mencapai cita-cita hukum. Diharapkan kepada para penegak hukum bahwa di dalam proses
pembentukan hukum dan proses penemuan hukum agar dapat mengkaji dan menggali nilai-
nilai hukum yang hidup di dalam masyarakat, agar dapat tercapai tujuan hukum.
22
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, SH, Drs “ Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia”, Balai Pustaka
Lili Rasjidi. Ira Thania Rasjidi. 2002. Pengantar Filsafat Hukum. Bandung : Mandar Maju.
Riduan Syahrani, SH. “Rangkuman Intisari Ilmu Hukum” Citra Aditya Bakti, Bandung
Santoso, Agus. 2014. Hukum, Moral dan Keadilan : Sebuah Kajian Filsafat Hukum. Jakarta :
Prenada Media Group.
Satjipto Rahardjo, SH.,Dr. Prof. “Ilmu Hukum”, Alumni Bandung.
Soekanto Soerjono. 2009. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta: Rajawali Pers.
Soerojo Wignjodipoero, SH. Dr. Prof “Pengantar Ilmu Hukum”, Alumni Bandung
23