Dosen Pengampu:
Kelompok 5:
2024
1
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) dapat dilihat ketentuan dalam pasal 1 UU
Nomor 8 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang memenuhi
unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini. Dalam Pasal 3
dijelaskan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan suatu bentuk kejahatan yang dilakukan
baik oleh seseorang dan/atau korporasi dengan sengaja menempatkan, mentransfer ,mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah
bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan
yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan itu, termasuk juga yang menerima
dan mengusainya
1
Ali Geno Berutu., Tindak Pidana Kejahatan Pencucian Uang (Money Laundy) Dalam Pandangan KUHP
dan Hukum Pidana Islam. Jurnal Of Sharia Economic Law, hlm.5.
2
Hukum Pidana Islam dalam istilah fikih disebut jinayah, tetapi para fuqaha sering juga
memakai kata jarimah.. Secara istilah jinayah mengacu pada hasil perbuatan seseorang yang
dilarang, sebagaimana yang dijelaskan oleh ‘Abdul Qadir ‘Audah bahwa jinayah adalah suatu
istilah untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’ baik perbuatan tersebut mengenai jiwa, harta,
atau yang lainnya. Sedangkan pengertian jarimah menurut istilah sebagaimana yang di ungkapkan
oleh al-Mawardi adalah perbuatanperbuatan yang di larang oleh syara’ yang di ancam dengan
hukuman had atau ta’zir.
Menurut Ahmad Hanafi suatu perbuatan dipandang sebagai jarimah apabila perbuatan tersebut
bisa merugikan tata aturan yang ada dalam masyarakat atau kepercayaannya, merugikan
kehidupan anggota masyarakat atau bendanya, nama baiknya, perasaannya atau pertimbangan-
pertimbangan lain yang harus dihormati dan dipelihara, dasar larangan melakukan sesuatu jarimah
ialah pemeliharaan kepentingan masyarakat itu sendiri Suatu perbuatan baru bisa dianggap sebagai
perbuatan yang melanggar/tindak pidana apabila semua unsur-unsur jarimah telah terpenuhi.2
Adapun unsur-unsur umum dari jarimah sebagaimana yang dijelaskan oleh ‘Abdul Qadir Audah
adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya unsur formal (rukun syar’i), yaitu adanya nash (ketentuan) yang melarang
perbuatan dan mengancamnya dengan hukuman;
2. Terpenuhinya unsur materil (rukun madhi), yaitu adanya tingkah laku yang membentuk
jarimah, baik berupa perbuatan nyata (positif) maupun sikap tidak berbuat (negatif);
3. Terpenuhinya unsur moral (rukun adabi), yaitu bahwa pelaku adalah orang mukallaf, iaitu
orang yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas tindak pidana yang diperbuatnya.
Pencucian Uang dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara tekstual dalam al-Qur’an maupun
as-Sunnah, tetapi al-Qur’an mengungkap prinsip-prinsip umum untuk mengantisipasi
perkembangan zaman, dimana dalam kasus-kasus yang baru dapat diberikan status hukumnya,
pengelompokan jarimah-nya, dan sanksi yang akan diberikan. Dalam hal ini Islam sangat
memperhatikan adanya kejelasan dalam perolehan harta benda seseorang. Hukum Islam secara
detail memang tidak pernah menyebutkan pelarangan perbuatan pencucian uang, karena memang
istilah ini belum ada pada zaman Nabi. Akan tetapi secara umum, ajaran Islam telah
2
Al-Assal Ahmad Muhammad Dan Fatih Muhammad Abdul Karim. Sistem Prinsip Dan Tujuan Ekonomi
Islam. hlm. 2.
3
mengharamkan mencari rejeki dengan cara-cara yang bathil dan penguasaan yang bukan hak
miliknya, seperti perampokan, pencurian, atau pembunuhan yang ada korbannya dan
menimbulkan kerugian bagi orang lain atau korban itu sendiri. Namun, berangkat dari kenyataan
yang meresahkan, membahayakan, dan merusak, maka hukum pidana Islam perlu membahasnya,
bahwa kejahatan ini bisa diklasifikasikan sebagai jarimah ta’zir.
Tindak pidana pencucian uang aktif diatur dalam Pasal 3 dan Pasal 4, yaitu sebagai
berikut:
3
Yonathan Sebastian Laowo, Kajian hukum tindak pidana pencucian uang (money laundering). Vol.1.
Jurnal Panah Keadila. Februari 2022. hlm. 75.
4
d) atas harta kekayaan;
e) diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan menyembunyikan Jurnal Panah Keadilan
atau menyamarkan asal-usul harta kekayaan.
b. Tindak Pidana Pencucian Uang Pasif
Tindak pidana pencucian uang pasif diatur dalam Pasal 5, yang menentukan: setiap orang
yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan hart kekayaan yang diketahui atau
patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1). Mencermati formulasi Pasal 5 ayat (1), maka unsur-unsur Pasalnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
a) setiap orang;
b) menerima atau menguasai, penetapan, pentransferan, pembayaran hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan;
c) harta kekayaan; dan
d) yang ditaketahui atau patut diduga merupakan hasil tindak pidana
Tindak Pidana Pencucian Uang dirumuskan didalam Pasal 3 ayat (1), Pasal 6 ayat (1) dan
Pasal 7.
4
Fransiska Novita Eleanora., Tindak Pidana Pencucian Uang. Vol:26 Jurnal Hukum. Agustus 2011. hlm.
642.
5
c. Membayarkan atau membelanjakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik perbuatan itu atas nama sendiri maupun
atas nama pihak lain.
d. Menghibahkan atau menyumbangkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak
lain.
e. Menitipkan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana, baik atas nama sendiri maupun atas nama pihak lain.
f. Membawa keluar negeri Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana.
g. Menukarkan atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan mata uang atau surat berharga lainnya.
a. Penempatan
b. Pentrasferan
c. Pembayaran
d. Hibah
e. Sumbangan
f. Penitipan
g. Penukaran
Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun
6
dan denda paling sedikit Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
15.000.000.000,00 (lima belas milyar rupiah).
c. Pasal 7
Setiap Warga Negara Indonesia dan / atau Korporasi Indonesia yang berada di Luar Wilayah
Negara Republik Indonesia yang memberikan bantuan, kesempatan, sarana, atau keterangan untuk
terjadinya tindak pidana pencucian uang dipidana dengan pidana yang sama sebagai pelaku tindak
pidana pencucian uang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
UU ini tidak mengatur subyek hukum bagi WNA dan Korporasi Asing. Sedangkan Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU) adalah kejahatan yang dilakukan dalam batas wlayah negara
(transnational), sehingga bukan tidak mungkin pelakunya adalah WNA atau Korporasi Asing,
tetapi tidak menjadi subyek hukum, dengan demikian mereka tidak terjangkau undang-undang ini.
Sehingga Pasal 7 ini hanya berkaitan dengan Pasal 3 saja, sekali lagi untuk WNA atau Korporasi
Asing yang ada di Luar Negeri apabila menempatkan atau mentrasfer Harta Kekayaan yang
merupakan hasil tindak pidana ke wilayah Negara Ri tidak merupakan tindak pidana pencucian
uang (TPPU).
Melihat kepada batasan jumlah kekayaan yang dapat dikategorikan sebagai hasil dari uang
haram, yang dikalsifikasikan sebagai TPPU yaitu diatas 500 juta rupiah, yang bersumber dari
pendapatan kegiatan sebagaimana dirumuskan di dalam UU TPPU, sudah barang tentu kejahatan
ini dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tingkat sosial tinggi, orang pintar dan orang-
orang yang sudah mempunyai modal. Karena hasil pencurian ayam, bahkan kerbau pun tidak
masuk dalam kategori ini, penjahat seperti ini lazim disebut sebagai penjahat berdasi (kemeja krah
putih), istilah ini dipopulerkan oleh Edwin H. Sutherland kemudian dilanjutkan oleh Hazel Coral.
Menurut Hazell Coral (1992) sebagaimana dikutip oleh Hakristuti Hakrisnowo (2001), terdapat
7
beberapa karakteristik yang umumnya melekat pada kejahatan White Collar Crime, sebagai
berikut : 5
Dengan karakteristik dalam rumusan diatas, menunjukkan bahwa baik dari tahapan-tahapan
tindakan, canggihnya instrument dan rapihnya organisasi para pelaku, serta beragamnya modus-
modus operandinya, maka sulit untuk menditeksi dan menjerat para pelaku sampai di bawa ke
pengadilan.
Belum lagi dengan tingkat sosial ekonomi pelaku yang tinggi mudah untuk mempermainkan
aparat penegak hukum yang sampai saat ini integritasnya masih diragukan.
Tindak Pidana Pencucian Uang Berkaitan dengan Pidana Umum dijelaskan dalam Pasal
30 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 menentukan bahwa penyidikan, penuntutan, dan
pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undan
gundang ini dilakukan berdasarkan ketentuan dalam Hukum Acara Pidana, kecuali ditentukan lain
dalam undang-undang ini.6 Makna rumusan ketentuan ini adalah Hukum Acara Pidana yang
berlaku saat ini (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana) merupakan
aturan / ketentuan yang dikecualikan dalam undang-undang ini merupakan aturan khusus.7
5
Ibid.,hlm. 64.
6
Undang-undang nomor 25 tahun 2003, Tentang Pencucian Uang.
7
UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
8
Sebenarnya di dalam undang-undang ini juga ada aturan / ketentuan khusus dari hokum pidana
yang ketentuan umumnya diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Penanganan tindak pidana pencucian uang sebagaimana halnya dengan tindak pidana lainnya
yang pada umumnya ditangani kejaksaan dimulai dengan penerimaan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan (SPDP) berdaarkan ketentuan Pasal 110 ayat (1) Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Selanjutnya berjalan sebagaimana acara yang berlaku
sesuai ketentuan dalam KUHAP. Hanya perlu diingat bahwa tindak pidana pencucian uang ini
tidak berdiri sendiri karena harta kekayaan yang ditempatkan, ditransfer atau dialihkan dengan
cara integrasiitu diperoleh dari tindak pidana, berarti sudah ada tindak pidana lain yang
mendahuluinya (predicate crime). Hal ini dapat kita ketahui dari rumusan Pasal 2 yaitu Harta
Kekayaan yang asal usulnya atau diperoleh dari tindak pidana tersebut (Pasal 2 ayat (1) huruf a ±
y) adalah merupakan Hasil Tindak Pidana.8
Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) meyakini bahwa Rafael Alun
Trisambodo (RAT) mantan pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan
melakukan tindak pidana pencucian uang. Keyakinan ini didasari atas nilai mutasi rekening RAT
yang sangat jumbo, yakni mencapai Rp 500 miliar untuk periode 2019-2023. Dari nilai mutasi itu,
tergambar transaksi yang ia lakukan ke 40 rekening tidak sesuai dengan profilnya sebagai pejabat
eselon III di Ditjen Pajak.
"Kalau terduga gaji pokoknya Rp 4 juta, tunjangan Rp 60 juta masukan dari yang lain-lain,
misalnya mengajar, penghasilannya Rp 80 juta tapi satu ketika mendapat aliran Rp 10 miliar, ini
kan tidak wajar,"
Artinya, contoh dari PPATK ini mengaris bawahi ketidak wajaran ketika penghasilan RAT
yang diperkirakan antara Rp 60- Rp 80 juta, tetapi nilai transaksi di rekeningnya mencapai puluhan
miliar. Sayangnya, Natsir enggan merincikan kemana saja aliran dana yang keluar masuk dari 40
8
Adhelfy Prabas, Analisis Hukum Pidana Materil Dan Formil Terhadap Pemberantasan Tindak Pidana
PencucianUang Di Indonesia. Juni hlm. 3.
9
rekening yang telah di blokir PPATK saat ini. Ia hanya bisa memastikan bahwa aliran dana itu
turut memanfaatkan pihak ketiga atau profesional money launderers.
"Ada juga konsultan pajak. Jadi memang menariknya di kasus ini pelaku menggunakan
professional money launderers. Ini seseorang yang menyediakan jasa layanan dalam pencucian
uang. Dilakukan oramg lain dengan imbalan komisi atau bentuk lain sesuai perjanjian para pihak,"
tuturnya. Oleh sebab itu, Natsir menekankan, PPATK meyakini dengan sangat kuat bahwa Rafael
terlibat dalam tindak pidana pencucian uang (TPPU), sebab skema penyelidikan yang PPATK
gunakan adalah mengikuti aliran uang Rafael atau follow the money meski laporan LHKPN nya
Rp 56,1 miliar.
"Dugaan indikasi tindak pidana pencucian uang itu tentu kuat. Aliran dana yang masuk ke
rekeningnya dari siapa, terus dialirkan ke mana tentu sudah kita berikan informasinya ke
penyidik," tegas Natsir. Seperti diketahui, KPK dan PPATK telah menduga adanya tindak
pencucian uang yang dilakukan oleh Rafael. KPK pun telah menetapkan proses hukum Rafael
masuk ke tahap penyelidikan berdasarkan data LHKPN yang ditindaklanjuti dengan pemeriksaan
untuk tindak pencucian uang. "Jadi yang ini kemudian dari temuan LHKPN baru ke proses
penyelidikan, artinya apa? dalam proses ini dicarikan peristiwa pidananya apakah korupsi atau
suap. Adapun jika ada temuan lain di luar suap dan korupsi, tentunya akan ada mekanisme
pelimpahan ke penegak hukum.
"Maka harus menemukan peristiwa tindak pidana korupsinya dulu," tegasnya. Saat ini,
menurut Fikri, KPK masih terus menyelidiki kemungkinan adanya tindakan pidana lainnya. KPK
juga menelusuri substansi terkait dengan jumlah rekening Rafael. Namun, KPK menolak
membongkar strategi yang akan dijalankan terhadap kasus ini.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pencucian uang dibagi dua yaitu; a). tindak pidana pencucian aktif; b). tindak pidana
pencucian uang pasif. Melihat kepada batasan jumlah kekayaan yang dapat dikategorikan
sebagai hasil dari uang haram, yang dikalsifikasikan sebagai TPPU yaitu diatas 500 juta rupiah,
yang bersumber dari pendapatan kegiatan sebagaimana dirumuskan di dalam UU TPPU, sudah
barang tentu kejahatan ini dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tingkat sosial tinggi,
orang pintar dan orang-orang yang sudah mempunyai modal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Adhelfy Prabas, Analisis Hukum Pidana Materil Dan Formil Terhadap Pemberantasan Tindak
Pidana PencucianUang Di Indonesia. Juni 2020
Ali Geno Berutu., Tindak Pidana Kejahatan Pencucian Uanga (Money Laundy) Dalam
Pandangan KUHP dan Hukum Pidana Islam. Jurnal Of Sharia Economic Law
Al-Assal Ahmad Muhammad Dan Fatih Muhammad Abdul Karim. Sistem Prinsip Dan Tujuan
Ekonomi Islam.1999 Bandung.
Fransiska Novita Eleanora., Tindak Pidana Pencucian Uang. Jurnal Hukum Vol:26 Agustus
2011.
Undang- Undang nomor 25 tahun 2003, Tentang Pencucian Uang.
Undang- Undang No. 8 Tahun 2010 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
Undang- Undang nomor 25 tahun 2003, Tentang Pencucian Uang.
12