Anda di halaman 1dari 8

PENEGAKAN HUKUM RERHADAP PEMALSUAN mendapat kedudukan untuk memaksakan

MATA UANG1 kehendak dari suatu negara kepada negara


Oleh : Kevin S. Waroka2 lainnya, atau dari suatu badan untuk
Nontje Rimbing3 menanamkan pengaruhnya, atau mempengaruhi
Nurhikmah Nachrawy4 pelaksanaan wewenang dari orang perorangan
tertentu. Peran uang yang penting seperti
ABSTRAK dikemukakan di atas, telah menumbuhkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keinginan manusia untuk memiliki uang
bagaimanakah penegakan hukum terhadap sebanyak-banyaknya tidak sedikit cara-cara untuk
pemalsuan mata uang yang dinilai masih belum memperoleh uang dilakukan dengan cara
baik ditinjau dari aspek hukum pidana. Dengan melawan hukum. Kejahatan-kejahatan berupa
menggunakan metode penelitian Juridis pencurian, penggelapan, penipuan, korupsi,
Normatif, disimpulkan : 1. Pengaturan tentang memalsukan uang, dan mengedarkan uang palsu
pemalsuan mata uang (juga meterai dan surat adalah cara-cara cepat untuk mendapatkan uang
berharga), dalam Pasal 4 KUHPidana diatur sebanyak-banyaknya.5
sebagai suatu asas untuk melindungi kepentingan Kejahatan terhadap mata uang, dalam sejarah
Negara dari kerugian yang sangat besar. Dalam peradaban manusia dianggap sebagai kejahatan
Pasal-Pasal lainnya, yaitu Pasal 244 s/d 252 diatur yang sangat merugikan kepentingan negara. Oleh
pula ketentuan tentang larangan memalsukan, karena itu negara dilindungi dari hal-hal tersebut,
mengedarkan uang palsu, menggunakan uang sehingga dicantumkan dalam asas perlindungan
palsu, menyimpan uang palsu, mengurangi nilai yang di dalam KUHPidana kita tercantum dalam
mata uang. Pasal 4. Selain dicantumkan sebagai asas
2. Penegakkan hukum tindak pidana pemalsuan perlindungan, dalam Pasal-Pasal Buku II
uang masih terlihat tidak maksimal. Telah terjadi KUHPidana dicantumkan secara khusus
perubahan paradigma tentang mata uang, tidak kejahatan-kejahatan terhadap mata uang disertai
hanya sekedar alat bayar, tetapi uang dapat unsur-unsur yang harus dipenuhi.6 Khusus untuk
digunakan sebagai alat politik, penjajahan kejahatan pemalsuan uang, yang beberapa waktu
ekonomi dan sebagainya. Oleh karena itu terakhir sering terjadi, sangat merisaukan, baik
kejahatan terhadap mata uang, khususnya Bank Indonesia sebagai otorisator, maupun
pemalsuan mata uang dilakukan tidak hanya oleh masyarakat sebagai penerima uang palsu.
orang perorangan, tetapi dilakukan secara Kasus Setra Sari, yaitu kasus pemalsuan
terorganisasi (organized crime), bahkan uang dengan cara-cara yang sangat canggih dan
adakalanya melampaui batas-batas Negara menghasilkan uang palsu yang nyaris sempurna,
(transnational organized crime). dapat dijadikan contoh betapa berbahayanya
Kata Kunci : Penegakan, Hukum, Pemalsuan, kejahatan pemalsuan uang.7 Dalam kasus
Uang. tersebut, uang palsu yang diduga oleh pengadilan
belum beredar, baik karena cetakannya belum
PENDAHULUAN sempurna, maupun karena belum sempat
A. Latar Belakang beredar, diperkirakan sebesar 4 miliar rupiah
Uang adalah sesuatu yang sangat penting dalam bentuk pecahan 50.000-an rupiah. Dalam
dalam kehidupan manusia. Dalam sejarah kasus yang diperiksa dan diputus oleh PN Jakarta
peradaban manusia, uang telah memainkan Pusat, para pelakunya adalah oknum anggota
peranannya, baik sebagai alat pembayaran yang Badan Intelijen Negara, sebuah lembaga yang
sah di dalam suatu negara, maupun sebagai mempunyai otoritas tinggi dalam mengungkap
simbol negara yang menjadi alat pemersatu, atau kejahatan-kejahatan besar yang terjadi di
dapat juga menjadi alat penguasaan
perekonomian atau penjajahan oleh satu negara 5 Solikin Suseno, Uang, Pengertian, Penciptaan,
kepada negara lainnya. Uang sebagai alat dan Peranannya dalam Perekonomian, Bank Indonesia,
penggerak pertumbuhan perekonomian telah Jakarta, 2005, hlm 11
6 Sigalingging, Hotbin, Ery Setiawan, dan Hilde D.

1 Artikel Skripsi Sihaloho, Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia, Bank


2 Mahasiswa Pada Fakultas Hukum Unsrat NIM Indonesia, Jakarta, 2005., hlm 21
18071101004 7 Tindak Kejahatan di Bidang Mata Uang ,
3 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum www.harian-global.com, diakses bulan September 2021
4 Fakultas Hukum Unsrat, Magister Ilmu Hukum
Indonesia. Dalam kasus-kasus tersebut dibuktikan 1. Secara deduksi, yaitu pembahasan yang
bahwa pelaku bukan dari kalangan ekonomi bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum,
lemah atau kelas bawah, tetapi dilakukan oleh kemudian dibahas suatu kesimpulan yang
orang-orang dengan status sosial yang cukup bersifat khusus;
baik, berpendidikan, dan dari tingkat pergaulan 2. Secara induksi, yaitu pembahasan yang
yang layak. Kejahatan ini dapat digolongkan ke bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
dalam kejahatan berdasi (white collar crime). khusus, kemudian dibahas menjadi suatu
Diduga juga pelakunya adalah orang- kesimpulan yang bersifat umum.
orang yang berpengalaman dalam Setelah pengolahan data, maka
mengorganisasikan kejahatan, atau pernah dilanjutkan dengan menganalisis data baik dari
dipidana untuk kejahatan yang sama, tetapi bahan hukum primer maupun bahan hukum
dalam kasus berikutnya orang tersebut tidak sekunder secara kualitatif dan disusun secara
tertangkap. sistematis guna memperoleh kesimpulan yang
Penegakan hukum terhadap kasus sesuai dengan pembahasan.
pemalsuan uang dinilai masih belum cukup baik.
Hal ini dapat dibuktikan dengan rendahnya sanksi PEMBAHASAN
yang dijatuhkan oleh pengadilan. Contoh dalam A. Kategori Pengaturan Kejahatan Terhadap
kasus Setra Sari tersebut, terdakwanya hanya Pemalsuan Mata Uang Dalam Peraturan
dihukum satu tahun, sedangkan dalam kasus BIN, Perundang-undangan
dijatuhi 5 tahun. Penjatuhan sanksi yang sangat Kejahatan pemalsuan adalah kejahatan
rendah sesungguhnya tidak sesuai dengan yang di dalamnya mengandung
kepentingan hukum yang hendak dilindungi oleh sistem ketidak benaran atau palsu atas suatu hal
ketentuan-ketentuan dalam KUHPidana. Melalui (objek) yang sesuatunya itu nampak
uraian yang dikemukakan diatas penulis tertaris dari luar seolah-olah bear adanya, padahal
untuk melakukan penelitian ini dalam bentuk sesungguhnya bertentangan dengan
penulisan skripsi dengan memilih judul yang sebenarnya itulah yang di namakan dengan
’Penegakan hukum terhadap pemalsuan mata tindak pidana pemalsuan termasuk
uang’ pemalsuan mata uang.8 Ketentuan menyangkut
pemalsuan mata uang diatur pada Pasal 36
B. Rumusan Masalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
1. Bagaimana kategori kejahatan pemalsuan mata Mata Uang yang menyatakan bahwa "Setiap
uang Nomor 7 tahun 2014 tentang mata uang ? orang yang memalsu Rupiah sebagaimana
2. Bagaimana upaya dalam penanggulangan dimaksud dalam Pasal 26 ayat (I) dipidana dengan
kejahatan mata pemalsuan uang Indonesia di pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
masa yang akan datang ? dan pidana denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)".
C. Metode Penelitian Adapun ketentuan yang terdapat dalam Pasal 26
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ayat (1) bahwa "setiap orang dilarang memalsu
adalah yuridis normatif, melalui penelitian rupiah" Objek pemalsuan uang meliputi
kepustakaan (library research) untuk pemalsuan uang logam, uang kertas Negara dan
mengumpulkan bahan hukum primer seperti kertas bank. Di dalam KUH Pidana mengenal jenis
peraturan perundang-undangan dan bahan tindak pidana pemalsuan mata uang
hukum sekunder yaitu literatur-literatur dan sebagaimana diatur dalam Pasal 244 yang
karya ilmiah hukum yang membahas tentang mengancam dengan hukuman berat, yaitu
upaya hukum dalam menanggulangi perilaku maksimum lima belas tahun penjara barangsiapa
anak-anak yang melanggar hukum serta bahan membikin secara meniru atau memalsukan wang
hukum tersier seperti kamus-kamus hukum untuk logam atau uang kertas Negara atau uang kertas
menjelaskan pengertian-pengertian yang sesuai bank dengan tujuan untuk mengedarkannya atau
dengan pembahasan. untuk menyuruh mengedarkannya sebagai wang
Bahan hukum primer, bahan hukum asli dan tidak dipalsukan.
sekunder dan tersier yang telah terkumpul
kemudian diolah dengan suatu teknik pengolahan
data secara deduksi dan induksi, sebagai berikut: 8 Teguh Prasetyo,. Hukum Pidana, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 2011, hlm.58.


Karakteristik tindak pidana pemalsuan untuk menjaga Rupiah yang beredar dalam
mata uang palsu membentuk dua macam kualitas yang baik sehingga mudah dikenali ciri-
perbuatan, yaitu9 : ciri keasliannya. Dalam Pasal 1 ayat 5 UU No.7
a. Membikin secara meniru (namaken). Meniru tahun 2011 tentang Mata Uang disebutkan
uang adalah membuat barang yang bahwa Ciri Rupiah adalah tanda tertentu pada
menyerupai uang, biasanya memakai logam yang setiap rupiah yang ditetapkan dengan tujuan
lebih murah harganya, akan untuk menunjukkan identitas, membedakan
tetapi meskipun memakai logam yang sama atau harga atau nilai nominal, dan mengamankan
lebih mahal harganya, dinamakan pula "meniru". Rupiah tersebut dari upaya pemalsuan. Adapun
Penipuan dan pemalsuan uang itu harus identitas rupiah dapat diklasifikasikan sebagai
dilakukan dengan maksud akan mengedarkan berikut:
atau menyuruh mengedarkan uang itu sehingga Tabel; Perbedaan Klasifikasi Uang Asli dan Palsu
masyarakat menganggap sebagai uang asli. No UANG STANDAR BUKAN
Termasuk juga apabila seandainya alat-alat INDONESIA STANDAR
pemerintah untuk membuat uang asli dicuri dan INDONESIA
dipergunakan untuk membuat uang palsu itu. 1 Cetakan Intaligo Cetakan Fhoto
b. Memalsukan (vervalschen). Memakai uang Copy/Scane
kertas, perbuatan ini dapat berupa mengubah 2 Optical Variabel Ink (OVI) Apabila
angka yang menunjukkan harga uang menjadi dipandang dari sudut dipandang dari
angka yang lebih tinggi atau lebih rendah. Motif berbeda dan berubah sudut berbeda
pelaku tidak dipedulikan, asal dipenuhi unsur warna tidak berubah
tujuan pelaku untuk engadakan uang palsu itu warna
sebagai uang asli yang tidak diubah. Selain itu 3 Bahan uang kertas kapas Bahan bukan
apabila uang kertas asli diberi warna lain, dari bahan
sehingga uang kertas asli tadi dikira uang kertas serat kapas
lain yang harganya kurang atau lebih. Mengenai 4 Nomor seri apabila Nomor seri
uang logam, memalsukan bararti mengubah disinar dengan sinar apabila disinari
tubuh uang logam itu, atau mengambil sebagian ultraviolet akan berubah dengan sinar
dari logam itu dan menggantinya dengan logam warna ultraviolet
lain. Pemalsuan wang kertas dilakukan dengan tidak berubah
cara peniruan (conterfeiting). Peniruan warna
merupakan tindak pemalsuan dengan cara 5 Setiap uang uang Nomor seri
mereproduksi atau meniru suatu dokumen secara dikeluarkan oleh Bank yang berlainan
utuh. Pelaku berupaya agar hasil initasi Indonesia setiap
mempunyai kemiripan dengan yang asli. Akan lembarnya mempunyai
tetapi mengingat uang kertas mempunyai tingkat nomor seri yang berbeda
sekuritas yang tinggi dan mahal, maka biasanya 6 Pada bagian-bagian akan Tidak tampak
uang hasil tiruan mempunyai kualitas jauh lebih memendar warna hijau
rendah. dan tampak gambar,
Mata Uang adalah uang yang dikeluarkan Nomor seri yang warna
oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merah menjadi hijau
selanjutnya disebut Rupiah. Pasal 11 Undang- berubah warna jika
Undang No.7 Tahun 2011 tentang Mata Uang dibawah sinar ultraviolet
memberikan mandat bag Bank Indonesia menjadi Sumber10 : Keterangan Saksi Ahli Bank Indonesia
satu-satunya lembaga yang berwenang dalam Berkas Perkara Nomor:v
melakukan Pengeluaran, Pengedaran dan/atau BP/129/11/2014/Reskrim, Tanggal 15 Juni 2022
Pencabutan Rupiah. Dalam rangka menjaga Kerangka dasar mengaturan tindak
kualitas Rupiah yang beredar di masyarakat, Bank pidana pemalsuan mata uang di dalamUndang-
Indonesia menerapkan kebijakan untuk Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang
mengganti Rupiah yang tidak layak edar dengan didasarkan pertimbangan bahwa kejahatan
Rupiah yang layak edar. Kebijakan ini bertujuan
10 Keterangan Saksi Ahli Bank Indonesia dalam
9 R. Soesilo,. KUHP Serta Komentar-komentarnya, Berkas Perkara Nomor:v BP/129/11/2014/Reskrim, Tanggal
Politeia, Bogor, 1991, hlm. 1 15 Juni 2022
terhadap mata uang, terutama pemalsuan uang, merendahkan kehormatan rupiah sebagai simbol
dewasa ini semakin merajalela dalam skala yang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
bear dan sangat merisaukan,terutama dalam hal ayat (I), membeli atau menjual rupiah yang sudah
dampak yang ditimbulkan oleh kejahatan dirusak, dipotong, dihancurkan, dan/atau diubah
pemalsuan uang yang dapat mengancam kondisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2)
moneter dan perekonomian nasional. Pemalsuan diancam sanksi pidana penjara paling lama 5
uang ini ternyata juga menimbulkan kejahatan (lima) tahun dan pidana denda paling
lainnya seperti terorisme, kejahatan politik, banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
pencucian uang (money laundring), pembalakan Sanksi diperberat menjadi pidana penjara paling
kayu secara liar (illegal logging), dan perdagangan lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
orang (human trafficking), baik yang dilakukan banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
secara perseorangan, terorganisasi, maupun yang rupiah) bagi pengimpor maupun pengekspor.
dilakukan lintas negara. Bahkan, modus dan b. Pasal 36 terhadap perbuatan menyangkut
bentuk kejahatan terhadap Mata Uang semakin memalsu Rupiah sebagaimana dimaksud dalam
berkembang. Sementara itu, ketentuan tindak Pasal 26 ayat (I) dipidana dengan pidana penjara
pidana pemalsuan uang yang diatur dalam Kitab paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda
Undang- Undang Hukum Pidana belum mengatur paling banyak
secara komprehensif jenis perbuatan tersebut Rp.10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
dan sanksi yang diancamkan. Dengan menyimpan secara fisik dengan cara apa pun
mempertimbangkan dasar pemikiran tersebut, yang diketahuinya merupakan Rupiah Palsu
perlu diatur macam dan harga Mata Uang, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2)
termasuk sanksi dalam suatu undang-undang dipidana dengan pidana penjara paling lama 10
karena hal itu merupakan suatu kebutuhan yang (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak
dikeluarkan oleh Negara atau Bank sebagai mata Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
uang atau uang kertas asli dan tidak dipalsu, Sanksi diperberat menjadi pidana penjara 15
padahal ditiru atau dipalsu olehnya sendiri, atau (lima belas) tahun dan pidana denda paling
waktu diterima diketahuinya bahwa tidak asli banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
atau dipalsu, ataupun barang siapa menyimpan rupiah) bagi perbuatan mengedarkan dan/atau
atau memasukkan ke Indonesia mata uang dan membelanjakan Rupiah yang diketahuinya
uang kertas yang demikian, dengan maksud merupakan Rupiah Palsu sebagaimana dimaksud
untuk mengedarkan atau menyuruh dalam Pasal 26 ayat (3), membawa atau
mengedarkan sebagai uang asli dan tidak dipalsu, memasukkan Rupiah Palsu ke dalam dan/atau ke
diancam dengan pidana penjara paling lama lima luar Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
belas tahun. Seperti disebutkan sebelumnya sebagaimana. Dimaksud dalam Pasal 26 ayat (4),
bahwa pembuatan dan pengedaran uang rupiah mengimpor atau mengekspor Rupiah Palsu
merupakan kewenangan dari BI berdasarkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (5)
Pasal 11 ayat (3) U Mata Uang, hal ini berarti dipidana dengan pidana penjara paling lama
apabila ada lembaga atau orang perorangan lain seumur hidup dan pidana denda paling banyak
yang membuat, mengedarkan wang rupiah, maka Rp.100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
uang rupiah tersebut merupakan uang palsu. Hal Sejumlah pemilik warung, pedagang pasar,
ini juga ditegaskan dalam Pasal 1 angka (9) U pemilik toko, petugas pompa
Mata Uang yang menyebutkan bahwa Rupiah bensin, sampai kasir tiket kereta api dan bank
Palsu adalah suatu benda yang bahan, ukuran, melaporkan temuan uang palsu. Bank
warna, gambar, dan/atau desainnya menyerupai Indonesia melaporkan bahwa di bulan Januari
Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, 2014 saja telah menemukan uang
digandakan, diedarkan, atau digunakan sebagai palsu yang beredar di masyarakat sebanyak
alat pembayaran secara melawan hukum. 11.720 lembar. Peredaran uang palsu
Kualifikasi tindak pidana mata wang di dalam disekitar tahun pemilu memang mengkuatirkan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 201 1 tentang dan dapat merembes ke masyarakat melalui
Mata Uang terhadap kejahatan diatur pada Pasal aneka modus. Siapapun bisa saja menjadi korban
35, 36 dan 37 yang berbunyi sebagai berikut: peredaran uang palsu. Menurut Bank Indonesia,
a. Pasal 35 menyatakan terkait perbuatan dengan beberapa modus yang sering digunakan pelaku
sengaja merusak, memotong, menghancurkan, antara
dan/tau menguban rupiah dengan maksud lain:
1. Modus penggandaan uang. Modus ini tidak memperhatikan masalah desain uang, kualitas
hanya sering digunakan untuk tipuan Nigeria bahan uang, kualitas cetak. dan unsur
tetapi juga untuk mengedarkan uang palsu. pengaman.12
Caranya adalah, pelaku pelaku menjanjikan 2. Kriminalisasi Kejahatan Mata Uang
bisa melipatgandakan uang. Korban diminta Pandangan bahwa perkembangan
menyetor sejumlah uang lalu pelaku akan kejahatan selalu mengikuti perkembangan
memberikan uang dalam jumlah yang jauh masyarakatnya sepenuhnya dapat disetujui.
lebih besar. Uang yang diserahkan pelaku Kenyataan menunjukkan dari masa ke masa
itulah yang merupakan uang palsu. selalu ada perbuatan yang semula bukan
2. Pelaku bertransaksi seperti biasa, tetapi tindak pidana kemudian dikategorikan sebagai
menggunakan uang palsu. Modus ini bisa tindak pidana (kriminalisasi) dan sebaliknya
menimpa siapa saja, terlebih mereka yang suatu perbuatan yang semula merupakan
berbisnis jual beli mulai dari pemilik hotel dan tindak pidana kemudian menjadi bukan tindak
restoran sampai penjual sayur. Pelaku pidana lagi (dekriminalisasi). Hal ini terkait
biasanya memanfaatkan situasi sibuk sehingga dengan aspek moral yang berlaku dalam
korban tidak sempat memperhatikan dan masyarakat yang berbeda-beda sesuai dengan
memeriksa bahwa uang yang diterimanya tempat dan waktu. Dilihat dari perspektif
adalah uang palsu. pembentuk Undang-Undang suatu perbuatan
3. Menyisipkan uang palsu diantara gepokan dikategorikan sebagai tindak pidana karena
uang asli. Untuk menghindarinya, usahakan perbuatan tersebut membahayakan
untuk memeriksa setiap lembar uang yang kepentingan publik dan melanggar nilai-nilai
diperoleh untuk memastikan tidak ada uang moral masyarakat.
palsu yang terselip di dalamnya. Brett, Waller dan Williams menyatakan :
4. Dalam banyak kasus, pelaku juga sering “Normally the combination of two factors is to be
meminta pihak lain dengan bayaran untuk found in the decision to treat a certain class of
mengedarkan uang palsu.11 conduct as criminal. The first is what may be
termed the publicness of the conduct. ... It must
B. Upaya Dalam Penanggulangan Kejahatan be injurious to the public in general.... Nontheless,
Mata Uang Saat Ini dan Masa yang Akan the element of publicness seems to be an
Datang important aspect of any justification for treating
Mengingat pentingnya fungsi dan kedudukan conduct as criminal. The second element is that of
mata uang, setiap Negara mempunyai kebijakan moral wrongdoing. For conduct to warrant
berkaitan dengan peredaran mata uang. Tujuan classification as criminal it must involved moral
kebijakan pengedaran mata uang adalah untuk wrong doing.”13 Tindak pidana menurut Glanville
memenuhi kebutuhan masyarakat akan uang Williams diartikan sebagai : “a legal wrong that
dalam jumlah yang cukup, menjaga kualitas uang can be followed by criminal proceedings which
layak edar dan menanggulangi pemalsuan uang. may result in punishment”.14 Tidak semua
Menurut Antti Heinone strategi kebijakan kejahatan dikategorikan sebagai tindak pidana
pengedaran uang adalah: dan mendapatkan ancaman hukuman. Penetapan
a. Menjaga kelancaran dan ketersediaan uang suatu perbuatan sebagai tindak pidana
tunai secara efisien (ensuring a smooth and merupakan suatu keputusan politik dari
efficient supply of cash) dengan melakukan pembentuk Undang-Undang, yaitu Pemerintah
langkah-langkah : dan DPR. Jadi hanya kejahatan yang mendapat
1) Penetapan jumlah uang yang dibutuhkan perhatian pembentuk Undang-Undang yang
dalam perekonomian. dikriminalisasi. Menurut Gwynn Nettler crime
2) Pemetaan wilayah pengedaran uang. refers only to those injuries that receive the
3) Perhitungan jumlah uang lusuh/rusak.
4) Penyediaan stok uang yang optimal.
b. Memelihara integritas mata uang (maintaining
the integrity of the currency) dengan 12 Hotbin Sigalingging, Ery Setiawan, dan Hilde D.

Sihaloho, Kebijakan Pengedaran Uang di Indonesia, Bank


Indonesia, Jakarta, 2005, hlm. 6-7.
11 Waspadai Modus Peredaran Uang Palsu, 13 Brett, Waller, dan Williams, Criminal Law Text

https://howmoneyindonesia.com waspadai-modus- and Cases, Butterworths, Brisbane, 1993, hlm.3.


peredaran-uang-palsu//., diaskes Maret 2022 14 Ibid.
attention of government.15 Penggunaan sanksi b. Hukum pidana digunakan untuk mencegah
pidana sebagai upaya untuk menanggulangi atau menanggulangi perbuatan yang tidak
kejahatan, hanyalah merupakan salah satu cara dikehendaki.
saja. c. Penggunaan sarana hukum pidana dengan
Hukum pidana pada dasarnya hanya sanksi yang negatif harus memperhatikan cost
“mengobati” gejala saja yaitu berupa kejahatan and benefit principles.
yang timbul dalam masyarakat, sedangkan sebab- d. Perlu diperhatikan kemampuan daya kerja dari
sebab timbulnya gejala tersebut memerlukan insitusi terkait, jangan sampai ada
upaya lain yang lebih penting, yang bersifat non- kelampauan beban tugas (overbelasting).
penal.16
Berkaitan dengan ini Peter Hoefnagels PENUTUP
berpendapat: The big problem of crime and A. Kesimpulan
punishment are therefore outside criminal law. a. Pengaturan tentang pemalsuan mata uang
They are extrajudicial, are found in the reality of (juga meterai dan surat berharga), dalam Pasal
man and society. .... The big problem of crime and 4 KUHPidana diatur sebagai suatu asas untuk
punishment exist in actual fact before criminal melindungi kepentingan Negara dari kerugian
law takes action. We have already seen that the yang sangat besar. Dalam Pasal-Pasal lainnya,
application of criminal law is one of possible yaitu Pasal 244 s/d 252 diatur pula ketentuan
responses that may be selected. In general we tentang larangan memalsukan, mengedarkan
wish to prevent crime.17 Oleh karena hukum uang palsu, menggunakan uang palsu,
pidana hanya merupakan salah satu cara saja menyimpan uang palsu, mengurangi nilai mata
maka secara bersamaan juga perlu dilakukan uang. Juga diatur tentang laranganlarangan
upaya-upaya lain secara sinergis untuk untuk menyimpan, memiliki dalam persediaan
menanggulangi kejahatan. Walaupun demikian bahan-bahan dan alat-alat untuk memalsukan
penggunaan hukum pidana tetap diperlukan mata uang. Ancaman pidananya rata-rata
sebagai sarana pencelaan masyarakat dan negara maksimum 15 tahun.
terhadap kejahatan dan pelakunya, dengan b. Penegakkan hukum tindak pidana pemalsuan
memperhatikan 6 prinsip menurut Nigel Walker, uang masih terlihat tidak maksimal. Khususnya
yaitu: berkenaan dengan penjatuhan sanksi pidana
a. Hukum pidana tidak digunakan dengan tujuan masih sangat rendah, sehingga kejahatan
semata-mata untuk pembalasan; pemalsuan mata uang dianggap bukan
b. Tindak pidana yang dilakukan harus kejahatan berat. Hal ini terjadi mungkin karena
menimbulkan kerugian dan korban yang jelas. pembuktian relatif mudah. Telah terjadi
c. Hukum pidana tidak digunakan bila masih ada perubahan paradigma tentang mata uang,
cara lain yang lebih baik dan damai. tidak hanya sekedar alat bayar, tetapi uang
d. Kerugian yang ditimbulkan pemidanaan harus dapat digunakan sebagai alat politik,
lebih kecil daripada akibat tindak pidana. penjajahan ekonomi dan sebagainya. Oleh
e. Mendapat dukungan masyarakat. karena itu kejahatan terhadap mata uang,
f. dapat diterapkan secara efektif.18 khususnya pemalsuan mata uang dilakukan
Dalam melakukan kriminalisasi perlu diperhatikan tidak hanya oleh orang perorangan, tetapi
hal-hal berikut : dilakukan secara terorganisasi (organized
a. Hukum pidana harus digunakan untuk crime), bahkan adakalanya melampaui batas-
mewujudkan masyarakat adil dan makmur batas Negara (transnational organized crime).
merata materil dan spirituil. B. Saran
1. Supaya penegakkan hukum kejahatan
terhadap mata uang lebih memberikan efek
15 Gwynn Nettler, Explaining Crime, 2nd ed., Mc
jera kepada pelakunya diperlukan UU khusus
Graw-Hill Book Company, New York, 1972, hlm. 1. tentang mata uang. Agar UU Mata Uang RI
16 Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan

Masyarakat, Kajian terhadap pembaharuan Hukum Pidana,


dapat digunakan sebagai Lex Specialis
Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 27-28. terhadap KUHPidana.
17 G. Peter Hoefnagels, The Other Side of 2. UU Mata Uang RI harus mempunyai :
Criminology An Inversion of the Concept of Crime, Kluwer a) Landasan filosofis, yaitu bergesernya
Deventer, Holland, 1973, hlm. 47. paradigma fungsi dan peranan mata uang
18 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana,

Badan penerbit Undip, Semarang, 1995, hlm. 7. yang tidak hanya sebagai alat tukar saja
tetapi dapat menjadi alat politik, alat Pidana Indonesia, Gramedia
penguasaan ekonomi. Uang harus menjadi Pustaka Utama, Jakarta, 2003.
symbol atau lambang Negara, yang perlu Muladi dan Barda Nawawi A, Teori-teori dan
dihormati dan dibanggakan oleh Kebijakan Pidana, Alumni,
masyarakat Indonesia. Bandung, 1992.
b) Landasan yuridis, yaitu dapat melindungi ---------,. Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana,
kepentingan hukum Negara RI, seperti Badan penerbit Undip, Semarang,
dimuat dalam Pasal 4 KUHPidana serta 1995.
memberi jaminan kepastian hukum. Nettler, Gwynn, Explaining Crime, 2nd ed., Mc
c) Landasan sosiologis, bahwa mata uang RI Graw-Hill Book Company, New
dipercaya sebagai satusatunya alat York, 1972.
pembayaran yang sah di Indonesia. Packer, Herbert L.,The Limits of Criminal Sanction,
d). Agar dapat mencapai tujuannya, dalam Stanford University Press,
RUU Mata Uang RI, tidak lagi California, 1968.
mencantumkan unsur secara kumulatif, Sigalingging, Hotbin, Ery Setiawan, dan Hilde D.
tetapi unsur yang berdiri sendiri-sendiri. Sihaloho, Kebijakan Pengedaran
3. Perlu dipikirkan tentang adanya peran Bank Uang di Indonesia, Bank
Indonesia dalam penyidikan uang palsu, baik Indonesia, Jakarta, 2005.
mengidentifikasi, penyelidikan dan penyidikan, Solikin Suseno, Uang, Pengertian, Penciptaan,
serta penindakan. Hal ini dapat berkoordinasi dan Peranannya dalam
dengan POLRI. Perekonomian, Bank Indonesia,
Jakarta, 2005.
DAFTAR PUSTAKA Starke, JG, Pengantar Hukum Internasional, Sinar
Aringking Hendra,. Pemalsuan uang rupiah Grafika, Jakarta, 2001.
sebagai tindak Pidana menurut uu Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan
no. 7 tahun 2011 Tentang mata Masyarakat, Kajian terhadap
uang,. Jakarta, 2015 pembaharuan Hukum Pidana, Sinar
Brett, Waller, dan Williams, Criminal Law Text Baru, Bandung, 1983.
and Cases, Butterworths, Brisbane, United States Treasury Department, The use and
1993. Counterfeiting of United States
Chazawi Adam,. Kejahatan Mengenai Currency Abroad, Part 2, 1003.
Pemalsuan,: PT Raja Grafindo Weatherford, Jack, Sejarah Uang, terj. Noor
Persada, . Jakarta. 2001 Cholis, Bentang Pustaka, Bandung,
G. Peter Hoefnagels, The Other Side of 2005.
Criminology An Inversion of the Peraturan Perundang-undangan, Kamus, Artikel,
Concept of Crime, Kluwer Deventer, Internet:
Holland, 1973 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945,
Gwynn Nettler, Explaining Crime, 2nd ed., Mc Amandemen IV.
Graw-Hill Book Company, New Kitab Undang Undang Hukum Pidana Indonesia.
York, 1972 Rancangan Kitab Undang Undang Hukum Pidana
Hoefnagels, G. Peter, The Other Side of Indonesia, tahun 2004.
Criminology An Inversion of the Undang-Undang Nomor. 23 tahun 1999 tentang
Concept of Crime, Kluwer Deventer, Bank Indonesia sebagaimana telah
Holland, 1973. diubah dengan UU No. 3 Tahun
Hotbin Sigalingging, Ery Setiawan, dan Hilde D. 2004.
Sihaloho, Kebijakan Pengedaran Peraturan Bank Indonesia No. 6/14/PBI/2004
Uang di Indonesia, Bank Indonesia, tentang Pengeluaran, Pengedaran,
Jakarta, 2005 Pencabutan dan Penarikan, serta
Jan Remmelink, Hukum Pidana, Komentar atas Pemusnahan Uang Rupiah.
Pasal-Pasal terpenting dari Kitab Undang-undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang
Undang Undang Hukum Pidana Mata Uang
Belanda dan Padanannya dalam Kamus Besar Bahasa Indoenesia, Balai Pustaka,
Kitab Undang Undang Hukum Jakarta.
Bank Indonesia, Pointers Latar belakang Perlunya
RUU Mata Uang, Jakarta, 2005.
Arsina Marpaung, Nur Rochaeti, Sukinta,
“Pertimbangan Hukum Hakim
dalam Penjatuhan Sanksi Pidana
Terhadap Pelaku Tindak Pidana
Pengedaran Mata Uang Palsu”,
Diponegoro Law Journal, Vol. 5,
No. 3,Tahun 2016
Ronald F. C. Sipayung Alvi Syahrin, Suhaidi,
Mahmud Mulyadim, Analisis
Yuridis
Peran Polri Dalam
Penanggulangan Tindak Pidana
Pemalsuan Mata Uang Terkait
Dengan Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2011 Tentang Mata Uang,
USU Law Journal, Vol.4.No.3. Juni
2016
Denico Doly, Tindak Pidana Pengedaran Uang
Palsu Di Indonesia, Info Singkat
©2009, Pusat Pengkajian, jurnal
Pengolahan Data dan Informasi
(P3DI), Sekretariat Jenderal DPR RI,
ISSN 2088-2351, Vol. V, No.
09/I/P3DI/dikases April 2022.
http://psikologi-untar-
blogspot.co.id/.//pemalsuan-uang-
cherika-705140165.html, diakses
pada tanggal Maret 2022
Waspadai Modus Peredaran Uang Palsu,
https://howmoneyindonesia.com
waspadai-modus-peredaran-uang-
palsu//., diaskes Maret 2022

Anda mungkin juga menyukai