Anda di halaman 1dari 10

Pidana Terhadap Pengedar Uang Palsu Perspektif Hukum Islam

Nama : Iva Laily Fitria


NIM : 2202026052
Kelas : HPI-B1

Abstak

Uang adalah suatu alat tukar yang disepakati secara bersama yang berfungsi sebagai alat
penukaran dan pembayaran barang yang memiliki nilai tukar dengan value yang berbeda. Uang resmi
dicetak dan diedarkan oleh BI (Bank Indonesia). penegasan mengenai hak pencetakan uang diulang
pada UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 2. Namun, tidak sedikit masyarakat yang melakukan
pemalsuan uang yang kemudian juga diedarkan. Tindakan pemalsuan uang yang sudah beredar
hingga saat ini dikategorikan sebagai tindak kejahatan, karena dapat merugikan perekonomian Negara.
Sudah banyak kasus yang terungkap mengenai tindak kejahatan tersebut sebab, kejahatan ini bukanlah
kejahatan yang baru. Penelitian ini merupakan penelitian library reseach yang memiliki tujuan untuk
tidak hanya mengetahui pidana terhadap pengedar uang palsu namun, dapat juga memahami
bagaimana hukumnya dalam islam mengenai tindak kejahatan tersebut.

Kata kunci : uang palsu, pidana, hukum pidana islam

A. Pendahuluan

Kejahatan pemalsuan mata uang dan uang kertas adalah suatu tindakan yang
melanggar peraturan hukum dan kebenaran atas mata uang dan uang kertas sebagai alat
bertransaksi ditengah-tengah masyarakat. Pemalsuan alat transaksi berupa uang adalah
kegiatan yang meliputi pencetakan tidak sah, penggandaan uang, peniruan uang, ataupun juga
memperbanyak uang secara tidak sah. Kejahatan pemalsuan uang bukan hal yang baru,
pemalsuan uang sudah menjadi praktek yang meresahkan masyarakat dari dulu.
Praktek pemalsuan uang sendiri akan membawa dampak negatif yang menyeluruh
baik secara individual ataupun akan berdampak negatif secara skala besar. Pemalsuan uang
dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan inflasi, karena banyaknya masyarakat yang
salah menilai uang tersebut asli atau palsu sehingga akan menyebabkan kekacauan ekonomi
secara besar. Pemalsuan uang yang terus menerus terjadi juga akan menyebabkan
menurunnya kepercayaan masyarakat akan alat transaksi yang sehingga roda perputaran
ekonomi tidak berjalan dengan baik.

Menurut hukum negara, tindakan pemalsuan uang merupakan suatu tindak pidana
yang tidak sepele. Pasal-pasal yang membahas pidana pemalsuan uang ada banyak salah
satunya, berdasarkan ketentuan Pasal 36 ayat (1) UU No. 7 Tahun 2011 Tentang Mata Uang,
dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa setiap orang, baik secara individu ataupun kelompok
yang memalsukan uang rupiah akan dipidana engan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
tahun dan dipidana sebanyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar). Pasal tersebut menjadi
pedoman bagi penerapan hukum pidana di Indonesia, dalam KUHP (Kitab Undang-undang
Hukum Pidana) sendiri terdapat beberapa pasal yang membahas hukum pemalsuan uang
beberapa ayat tersebut adalah KUHP pasal 244 dan KUHP pasal 245 yang membahas
mengenai hukum pemalsuan dan pengedaran secara sadar.
Islam sebagai agama Rahmatan lil ‘Alamin, menaruh perhatian juga terhadap praktek
pemalsuan uang ini. Praktek pemalsuan uang memang tidak secara langsung dibahas dan
1 2
ditentukan hukumnya tapi bisa dikorelasikan dengan praktek Gharar , jika di-qiyas kan
pengedaran dan pencetakan uang palsu termasuk dalam tindak pidana penipuan. Penipuan
merupakan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dengan membohongi orang lain atau
mengambil keuntungan bagi pribadi dengan melawan hak orang lain baik barang ataupun uang.

Islam melarang segala macam bentuk penipuan dan pengelabuhan, termasuk


perbuatan pemalsuan uang, karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan zhalim. Adapun
dari segi bahasa pengertian zhalim ialah meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Ia adalah
perbuatan melampaui batas atau bertindak terhadap hak manusia dengan cara yang tidak
benar, Allah mengharamkan manusia berlaku zhalim terhadap sesamanya sebagaimana hadist
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang artinya berbunyi :

“Dari Jabir bin Abdullah bahwasannya Rasulullah SAW telah bersabda:


Hindarilah kezhaliman, karena kezhaliman itu adalah kegelapan pada hari kiamat kelak.
Jauhilah kekikiran, karena kekikiran itu telah mencelakakan (menghancurkan) orang-orang
sebelum kalian.”

B. Landasan Teoritis

Jika terjadi pemalsuan rupiah atau peredaran rupiah palsu di Indonesia, maka yang akan
diterapkan sekarang adalah ketentuan pidana dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2011. Dalam
UU tersebut mengenai mata uang dan memiliki Bab X yang berjudul ketentuan pidana yang
3
mencakup pasal 33 sampai dengan pasal 41. Pasal yang menjadi perhatian dalam penelitian
ini yakni, Pasal 36 dan Pasal 37 yang mengatur tentang rupiah palsu. Dalam islam,
memalsukan uang sama juga dengan tindakan penipuan. Allah telah berfirman dalam Q.S At-
Tariq ayat 15 yang artinya, "Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat
dengan sebenar-benarnya". Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan penipuan
adalah kejahatan yang sebenar-benarnya dilakukan oleh orang-orang kafir.

A. Gharar : penipuan, kecurangan, ketidak sesuaian yang merugikan orang lain


B. Qiyas : salah satu sumber hukum islam yang diambil dengan meniru dan membandingkan dengan
hukum yang mirip dengan permasalahan.
C. https://www.neliti.com/id/publications/146962/tindak-pidana-rupiah-palsu-dalam-pasal-36-dan-pasal-37-
undang-undang-nomor-7-tah
C. Metode Penelitian

Pemalsuan uang termasuk tindakan kejahatan yang hukumnya sudah jelas terlarang.
Karena itu termasuk tindakan kejahatan yang merugikan orang lain. Bahkan, dalam islampun
sudah jelas perintahnya bahwa manusia diperintahkan untuk menghindari perbuatan
kezhaliman. Tindakan inipun termasuk dalam tindak pidana penipuan, karena membohongi
orang lain dengan palsunya uang yang digunakan.

Maka tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini guna mengetahui bagaimana islam
memberikan sanksi terhadap pelaku tindakan pemalsuan uang. Penelitian ini menggunakan jenis
kualitatif dengan metode library research (studi kepustakaan). Supaya menjadi makalah yang
baik, maka diperlukannya referensi yang jelas. Oleh karena itu, tujuan mencari berbagai referensi
sebagai rujukan penunjang makalah, metode penelitian yang digunakan ini menggunakan buku
bacaan atau internet yang merujuk kepada pembahasan topik yang dipilih.

D. Hasil Penelitian
1. Pengertian Uang
Uang adalah suatu alat tukar yang disepakati secara bersama yang berfungsi sebagai alat
penukaran dan pembayaran barang yang memiliki nilai tukar dengan value yang berbeda. suatu
benda dapat dijadikan sebagai "uang" jika benda tersebut telah memenuhi syarat tertentu. Salah
satunya ialah sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat mempermudah pertukaran.
Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup
menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat
diatasi dengan pertukaran uang. Adapun pengertian menurut beberapa para ahli dari uang sendiri
yaitu sebagai berikut :
- Menurut Rollin G.
Thomas Rolling G. Thomas menyatakan arti uang adalah segala sesuatu yang tersedia dan
umumnya diterima umum sebagai alat pembayaran untuk pembelian barang dan jasa, serta untuk
pelunasan utang.
- Menurut R. S. Sayers
Pengertian uang menurut R. S. Sayers dalam bukunya berjudul Modern Banking adalah
segala sesuatu yang umum diterima bagi pembayaran utang.
- Menurut Irma Rahmawati
Irma Rahmawati mengemukakan pendapat bahwa uang merupakan suatu benda yang
mampu untuk disetujui oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai alat untuk penukaran dalam
perdagangan.
- Menurut H. Robertson
Arti uang menurut H. Robertson merupakan segala sesuatu yang umum diterima dalam
pembayaran barang dan jasa dalam masyarakat. 1
2. Pengedaran dan pencetakan uang
Uang di Indonesia pada awalnya diterbitkan oleh pemerintah secara resmi, namun hak
tersebut dicabut sesuai dengan kebijakan baru pada waktu itu yaitu UU No. 13 tahun 1968 pasal
26 ayat 1, yang berisi tentang pencabutan hak pemerintah untuk mencetak uang. Ayat tersebut
berbunyi :
“Bank mempunyai hak tunggal untuk mengeluarkan uang kertas dan uang logam.”
(UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1)
Menjadi landasan yang kuat mengenai percetakan uang di Indonesia dimana pemerintah dengan
UU tersebut membuat Bank Sentral yaitu BI yang salah satunya bertugas dalam percetakan uang
dan dengan itu pengedaran dan pencetakan uang menjadi hal yang fundamental dalam tugas
perbankan sentral.
Dalam ayat selanjutnya juga, penegasan mengenai hak pencetakan uang diulang dimana
UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 2 berbunyi :
“Uang termaksud pada ayat (1) pasal ini merupakan alat pembayaran yang sah di Indonesia”
Sehingga ayat ini menjadi penegasan dimana bahwa uang resmi dan sah hanya di cetak oleh Bank
sentral Indonesia atau dalam hal ini Bank Indonesia.
Adapun peraturan pengedaran uang adalah sesuai dengan Anggaran tahunan pemerintah
dimana sebelum permulaan tahun anggaran, pemerintah menentukan jumlah uang maksimum
yang akan beredar dalam tahun tersebut dengan pencantumannya dalam nota keuangan negara hal
ini juga diatur dalam UU perbankan tersebut pada ayat selanjutnya yaitu UU No. 13 tahun 1968
pasal 26 ayat 3 yang berbunyi :
“Sebelum permulaan tahun Anggaran Pemerintah menentukan jumlah maksimum uang yang
berdasarkan ayat (1) akan beredar dalam tahun yang bersangkutan dan mencantumkannya dalam
Nota Keuangan.”
Pemerintah mempunyai wewenang dalam menentukan jumlah anggaran maksimum yang akan
dikeluarkan untuk diedarkan kepada masyarakat setiap tahunnya. Pemerintah dan bank sentral

1
https://www.gramedia.com/literasi/uang/amp/
bekerja sama dalam penentuan pengedaran uang sesuai dengan kebutuhan negara dalam
mengalokasikan dana.
Rinciannya sendiri pemerintah membentuk BUMN untuk membantu bank Indonesia
dalam mencetak uang, BUMN yang bergerak di bidang percetakan uang adalah Perum Peruri
dimana perum peruri adalah salah satu badan usaha milih negara yang bergerak dibidang
percetakan uang dan dokumen keamanan, selain itu perusahaan ini juga bergerak dalam
menyediakan jasa keamanan digital.
Pembentukan perum peruri berawal dari Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur
tentang Peruri dengan beberapa kali perubahan hingga yang paling terakhir yaitu PP 06 Tahun
2019. yang membahas berkenaan tugas dari perum peruri yang dimana dengan hal ini salah
satunya mencetak uang untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan permintaan Bank Indonesia. Di
dalam PP 6 tahun 2019 itu dijelaskan tugas tugas dari badan usaha tersebut diantaranya :
a) Mencetak Mata Uang Rupiah guna memenuhi kebutuhan sesuai permintaan Bank
Indonesia;
b) Membuat dokumen negara yang memiliki fitur sekuriti berupa Dokumen
Keimigrasian dan Benda Meterai guna memenuhi kebutuhan sesuai permintaan
instansi yang berwenang;
c) Membuat dokumen lain untuk negara yang memiliki fitur sekuriti berupa Pita Cukai
dan Dokumen Pertanahan;
d) Membuat dokumen lainnya untuk negara yang memiliki fitur sekuriti dan barang
cetakan logam non uang;
e) Mencetak mata uang dan membuat dokumen negara lain yang memiliki fitur
sekuriti atas permintaan negara yang bersangkutan, sepanjang telah terpenuhinya
pencetakan Mata Uang Rupiah;
f) Menyediakan jasa yang mempunyai fitur sekuriti yang berkaitan dengan maksud
dan tujuan serta kegiatan usaha Perusahaan;
g) Fabrikasi kertas uang, kertas sekuriti, dan tinta sekuriti dan;
h) Jasa digital sekuriti.
Secara tidak langsung Perum peruri merupakan alat dari bank Indonesia dalam melakukan tugas
pencetakan uang. 2
Mengenai Pengedaran Uang Rupiah menemukan suatu runtun rencana mengelilingkan
atau mencatu Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kegiatan pembagian

2
https://www.peruri.co.id/tentang-kami/sejarah-singkat
Uang Rupiah menangkap kuota Uang Rupiah dan peservis brankas. Kegiatan kuota Uang Rupiah
dilakukan menjelang memufakati maksud brankas di serata sektor tugas Bank Indonesia tunduk
bagian dalam rupa ekspedisi barang modal (remise) terbit KPBI ke KPwBI maupun pemulangan
modal (retur) terbit KPwBI ke KPBI. Sementara itu, rencana peservis brankas bermaksud
menjelang memufakati maksud khalayak menyeberangi pemanjatan dan penyelesaian perbankan,
terhitung Kas Titipan, menimbrung penggantian modal rusak/cacat/terperonyok menjelang
khalayak menyeberangi Kas Keliling dan tugas serupa pakai perbankan dan/atau fungsionaris
lain.
3. Standar Uang Resmi
Uang resmi sebagai alat tukar yaitu, dengan adanya uang seseorang bisa menukarkan
dengan apa saja yang merekan butuhkan dan inginkan. Untuk menelaah ciri uang resmi
pemerintah memberikan ciri-ciri tertentu dari uang, karena seperti dalam UU No. 13 tahun 1968
pasal 26 ayat 4 berbunyi :
“Jenis, nilai dan ciri-ciri uang yang akan dikeluarkan ditentukan oleh Bank, dan diberitahukan
kepada umum dengan jalan pengumuman dalam Berita-Negara”
Adapun uang resmi yang baru dirilis oleh BI (Bank Indonesia) pada Kamis (18/8/22)
yaitu tujuh pecahan uang rupiah kertas tahun emisi 2022. Pelansir laman indonesia.go.id. uang
baru tersebut terdiri atas pecahan uang kertas Rp.100 ribu, Rp.20 ribu, Rp.10 ribu, Rp.5.000,
Rp.2.000, dan Rp.1.000.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam rilisnya menyampaikan, ada
tiga aspek inovasi penguatan uang emisi 2022. Pertama, disain warna yang lebih tajam. Kedua,
unsur pengaman yang lebih andal. Ketiga, ketahanan bahan uang yang lebih bai. Ia juga
menyampaikan, inovasi dimaksudkan agar uang Rupiah semakin mudah untuk dikenali ciri
keasliannya, nyaman, dan aman untuk digunakan. 3
4. Uang Palsu
Rupiah palsu adalah suatu benda yang bahan, ukuran, warna, gambar, atau desainnya
menyerupai Rupiah yang dibuat, dibentuk, dicetak, digandakan, diedarkan, atau digunakan
sebagai alat pembayaran secara melawan hukum. 4
Pemalsuan rupiah merupakan tindakan yang melanggar hukum, merugikan masyarakat,
dan dapat menurunkan kepercayaan terhadap rupiah. Oleh karena itu, mengenali keaslian uang

3
https://kiaton.kontan.co.id/news/langkah-mudah-cek-keaslian-uang-baru-2022-sudah-tahu

4
https://paralegal.id/pengertian/rupiah-palsu/
rupiah adalah salah satu upaya pencegahan pengedaran rupiah palsu dan sebagai bentuk nyata
masyarakat dalam menjaga simbol kedaulatan negara.
Uang palsu bukan hanya merugikan secara individual, tetapi bisa juga mempengaruhi
skala lebih besar. Dalam jumlah yang banyak, uang palsu dapat menimbulkan inflasi. Mata uang
palsu juga dapat melemahkan kepercayaan kepercayaan terhadap sistem pembayaran sehingga
masyarakat umum tidak merasa yakin saat menerima uang tunai dalam transaksi. 5
5. Pidana Terhadap Pengedar Uang Palsu
Penerapan pidana terhadap pengedar uang palsu sebagaimana yang tertulis dalam pasal
244 KUHP yang berbunyi :
“Barangsiapa meniru atau memalsukan uang atau uang kertas Negara atau uang kertas Bank
dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkan mata uang kertas Negara atau
uang kertas Bank itu serupa yang asli dan yang tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-
lamanya lima belas tahun.”6
Dan yang tertulis dalam pasal 245 KUHP berbunyi:
“Barangsiapa dengan sengaja menjalankan serupa mata uang atau uang kertas Negara atau uang
kertas Bank yang asli dan yang tidak dipalsukan, yakni mata uang atau uang kertas Negara atau
uang kertas Bank yang ditiru atau yang dipalsukan sendiri, atau yang pada waktu diterima
diketahuinya palsu atau dipalsukan, ataupun barangsiapa menyimpan atau memasukkan ke
Negara Indonesia mata uang dan uang kertas Negara atau uang kertas Bank yang demikian,
dengan maksud akan mengedarkan atau menyuruh mengedarkannya serupa dengan yang asli dan
yang tiada dipalsukan, dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun.” 7
5. Pandangan Hukum Islam Terhadap Pengedar Uang Palsu
Bedasarkan tafsir Al-Muyassar/Kementrian Agama Saudi Arabia, surah At-Tariq ayat 15
yaitu, “Sesungguhnya orang orang yang mendustakan rasul dan Al-quran menyusun rencana
jahat, yang dengan tipu daya mereka itu mereka ingin menolak kebenaran dan mengukuhkan
kebatilan. Akupun punya acara untuk memenangkan kebenaran, sekalipun orang orang kafir tidak
menyukainya. Jangan tergesa-gesa (wahai Rasul), untuk diminta diturunkannya azab atas mereka,
sebaliknya tunggulah dan berilah mereka tempo sedikit, jangan terburu.”

5
https://katadata.co.id/redaksi/ekonopedia/6299d514efec5/ciri-ciri-uang-palsu-sejarah-dampak-dan-
hukuman-pemalsu-uang

6?
https://yuridis.id/pasal-244-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/

7
https://yuridis.id/pasal-245-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/
Pemalsuan uang palsu merupakan tindakan penipuan yang dapat merugikan orang lain.
Bahkan, islam amat membenci umatnya yang melakukan penipuan dikarenakan dapat merusak
hubungan antarmanusia. Selain itu, menipu adalah perbuatan dosa besar, dan pelaku penipuan
adalah calon penghuni neraka. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Rencana jahat dan tipu
muslihat adanya di neraka.” Sanad hadits tersebut dinyatakan sahih oleh Syekh Al Albani. 8

E. Penutup
Dengan adanya uang, kegiatan menukar menjadi lebih mudah dilakukan. Segala kegiatan
pertukaran dapat dilaksanakan setiap saat, dimana saja dan kapan saja. Uang resmi yang baru
dirilis oleh BI (Bank Indonesia) memiliki ciri inovasi penguatannya tersendiri, supaya semakin
mudah untuk dikenali keasliannya. Meskipun BI telah mencetak dan mengedarkan uang secara
resmi, namun tragedi pemalsuan uang masih kerap saja ditemukan saat ini.
Terdapat tindak pidana yang sudah ditetapkan dalam KUHP bagi siapa saja yang
melakukan tindakan pemalsuan uang. Karena, tindakan tersebut selain merugikan secara
individual, tetapi bisa juga mempengaruhi skala lebih besar. Sama halnya dalam pandangan
islam. Haram hukumnya melakukan tindakan pemalsuan uang karena kegiatan tersebut termasuk
tindak kejahatan yang zalim atau dapat merugikan orang lain. Seperti QS At Tariq ayat 15 yang
menjelaskan bahwa tindakan kejahatan sama halnya yang dilakukan oleh orang-orang kafir.

Daftar Pustaka

Gharar : penipuan, kecurangan, ketidak sesuaian yang merugikan orang lain

Qiyas : salah satu sumber hukum islam yang diambil dengan meniru dan membandingkan dengan hukum
yang mirip dengan permasalahan.
https://www.neliti.com/id/publications/146962/tindak-pidana-rupiah-palsu-dalam-pasal-36-dan-pasal-37-
undang-undang-nomor-7-tah

https://www.gramedia.com/literasi/uang/amp/

https://www.peruri.co.id/tentang-kami/sejarah-singkat

https://kiaton.kontan.co.id/news/langkah-mudah-cek-keaslian-uang-baru-2022-sudah-tahu

https://paralegal.id/pengertian/rupiah-palsu/

https://katadata.co.id/redaksi/ekonopedia/6299d514efec5/ciri-ciri-uang-palsu-sejarah-dampak-dan-hukuman-
pemalsu-uang

https://yuridis.id/pasal-244-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/

8
https://tafsirweb.com/12527-surat-at-tariq-ayat-15.html
https://yuridis.id/pasal-245-kuhp-kitab-undang-undang-hukum-pidana/

https://tafsirweb.com/12527-surat-at-tariq-ayat-15.html

Anda mungkin juga menyukai