Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 5 :

Febrina Citra Buana (219133594)


Ida Rohmatul Ayu Komang (219133380)
Khoiriyatun Nisak (219133523)
Ludfi Alifiah (219133411)
Tindak Pidana Kejahatan Pencucian
Uang (Money Laundering) dalam
Pandangan KUHP dan
Hukum Pidana Islam
Tindakan Pidana Pencucian
Uang (Money Laundering)

Upaya dalam pencegahan tindak pidana


pencucian uang Indonesia telah mengeluarkan
beberapa peraturan perundangundangan ,
antara lain :
- Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
Tindak Pidana Pencucian uang (Money tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Laundering) merupakan upaya perbuatan untuk - Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul tentang Perubahan atas Undang-Undang
uang atau Harta Kekayaan hasil tindak pidana Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2002
melalui berbagai transaksi keuangan agar uang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
atau Harta Kekayaan tersebut tampak seolah-olah - Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010
berasal dari kegiatan yang legal. Ada tiga tahapan tentang Pencegahan dan Pemberantasan
yang ditempuh untuk “mensucikan” hasil kejahatan Tindak Pidana Pencucian Uang.
dalam money laundring.
Kajian Literatur
Perkembangan teknologi mendorong
peningkatan berbagai macam
kejahatan, baik yang dilakukan oleh
orang perseorangan maupun oleh
korporasi dalam batas wilayah suatu
negara maupun melintasi batas wilayah
negara lain. Antara lain tindak pidana
pencucian uang.
Adapun menurut para ahli, yaitu
Menurut Munir Fuady dan Menurut
Sarah N.
Proses Tindak Pidana Pencucian Uang
Proses tersebut menggunakan alat
pamungkas atau yang disebut asas
Ultimum Remedium.
Asas ultimum remedium adalah suatu jalan
terakhir yang ditempuh dalam proses
pengadilan.
Menurut ketentuan Pasal 2 UU Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang yang masuk dalam
kategori kejahatan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah sebagai berikut:
Korupsi; penyuapan; narkotika; psikotropika; penyelundupan tenaga
kerja; penyelundupan migran; di bidang perbankan; di bidang pasar modal;
di bidang perasuransian; kepabeanan; cukai; perdagangan orang;
perdagangan senjata gelap; terorisme; penculikan; pencurian;
penggelapan; penipuan; pemalsuan uang; perjudian; prostitusi; di bidang
perpajakan; di bidang kehutanan; di bidang lingkungan hidup; di bidang
kelautan dan perikanan; atau indak pidana lain yang diancam dengan
pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih yang dilakukan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak
pidana menurut hukum Indonesia. Harta Kekayaan yang diketahui atau
patut diduga akan digunakan dan/atau digunakan secara langsung atau
tidak langsung untuk kegiatan terorisme, organisasi teroris, atau teroris
perseorangan disamakan sebagai hasil tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf n.
Adapun bentuk hukuman terhadap pelaku
TPPU diatur dalam pasal 3-10 UU Nomor 8
Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan TPPU yakni Setiap Orang
yang menempatkan,
mentransfer,mengalihkan,membelanjakan,me
mbayarkan,menghibahkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat
berharga atau perbuatan lain atas Harta
Kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1) dengan tujuan menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul Harta Kekayaan
dipidana karena tindak pidana Pencucian
Uang dengan pidana penjara paling lama 20
(dua puluh) tahun dan denda paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Sejak Oktober 2010
Yang berwenang dalam menyidik, memeriksa kasus
pencucian uang :
KEPOLISIAN

KEJAKSAAN

KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI (KPK)

Lembaga independen lain dibawah Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi


Presiden Republik Indonesia : Keuangan (PPATK)
Secara umum proses pencucian uang ini dapat
dikelompokkan dalam tiga tahap :
Menurut Adrian bentuk kegiatan dari
placement antara lain:
1. Menempatkan dana pada bank, kadang-
kadang kegiatan ini diikuti dengan
pengajuan kredit atau pembiayaan
2. Menyetorkan uang pada Penyedia Jasa
Contents Here Keuangan (PJK) sebagai pembayaran
kredit untuk mengaburkan audit trail;
3. Membiayai suatu usaha yang seolah-
olah sah dari suatu negara ke negara
lain;
4. Membiayai suatu usaha yang seolah olah
Pertama, penempatan sah atau terkait dengan usaha yang sah
berupa kredit atau pembiayaan;
(placement), yakni upaya 5. Membeli barang-barang berharga yang
menempatkan uang tunai bernilai tinggi untuk keperluan pribadi,
membelikan hadiah yang nilainya mahal
yang berasal dari tindak sebagai penghargaan atau hadiah
pidana ke dalam sistem kepada pihak lain yang pembayarannya
dilakukan melalui PJK.
keuangan, terutama sistem Contents Here (Adrian, 2007: 24)
perbankan (Sutan, 2014:
35).
Kedua, transfer (layering), yakni
upaya untuk mentransfer harta
kekayaan yang berasal dari tindak
pidana (dirty money) yang telah
berhasil masuk ke dalam sistem
keuangan melalui penempatan
(placement).

Adapun bentuk kegiatan dari layering adalah:

1. 3.
Transfer dan dari
2. Memindahkan uang tunai
Penggunaan lintas batas negara
suatu bank ke bank simpanan tunai melalui jaringan kegiatan
lain dan atau antar sebagai agunan usaha yang sah maupun
wilayah atau untuk mendukung Shell Company
negara transaksi yang sah (Soewarsono, 2014: 7).
Ketiga, menggunakan harta kekayaan (integration), yakni suatu upaya menggunakan harta
kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan
melalui placement atau layering sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan halal (clean
money) untuk kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai kegiatan kejahatan.

Pencucian uang dapat dibedakan dalam tiga tindak pidana:

1. Tindak pidana pencucian uang aktif,

3. Dalam Pasal 4 UU RI No. 8 2. Tindak pidana pencucian


Tahun 2010, dikenakan pula uang pasif
bagi mereka yang menikmati
hasil tindak pidana
pencucian uang yang
dikenakan kepada setiap
Orang
PENCUCIAN UANG MENURUT PANDANGAN
HUKUM PIDANA ISLAM

Pidana islam dalam istilah fiqih disebut jinayah, namun


para fuqaha sering menggunakan kata jarimah. jinayah
adalah suatu istilah untuk suatu perbuatan yang dilarang
oleh syara’ baik perbuatan mengenai jiwa, harta atau
yang lainnya. sedangkan jarimah adalah suatu istilah
untuk perbuatan yang dilarang oleh syara’ yang diancam
dengan hukuman had atau ta’zir.
Suatu perbuatan bisa dianggap melanggar tindak pidana apabila unsur-unsur
jarimah telah terpenuhi. Adapun unsur-unsur jarimah sebagai berikut :

1. Terpenuhinya unsur formal


(rukun syar’i), yaitu adanya
ketentuan yang melarang
perbuatan dan mengancamnya
dengan hukuman.

2. Terpenuhinya unsur materil


3. Terpenuhinya unsur moral
(rukun madhi), yaitu adanya
(rukun abadi), yaitu bahwa
tingkah laku yang
pelaku adalah orang
membentuk jarimah, baik
mukallaf, yaitu orang yang
perbuatan nyata atau sikap
dapat dimintai
tidak berbuat.
pertanggungjawaban atas
tindak pidana yang
diperbuatnya.
Jarimah ta’zir adalah hukuman yang belum ditentukan
oleh syara’ akan tetapi diserahkan kepada hakim, baik
penentuan maupun pelaksanaannya. Pengertian ta’zir
dapat dipahami sebagai perbuatan maksiat yang tidak
dikenakan hukuman had atau kaffarat, bentuk
hukumannya diserahkan sepenuhnya kepada hakim.
Hukuman dalam jarimah ta’zir tidak ditentukan berapa
ukuran dan kadarnya, jadi untuk menentukan batas
terendah dan tertinggi ditentukan sepenuhnya kepada
hakim.
Ta’zir dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu :
Jarimah ta’zir yang berasal dari jarimah-
01 jarimah hudud atau kishas, tetapi syarat-
syaratnya tidak terpenuhi, atau ada
syubhat, seperti pencurian yang tidak
mencapai nisab, atau oleh keluarga sendiri.

Jarimah ta’zir yang jenisnya disebutkan


02 dalam nash syara’ tetapi hukumannya
belum ditetapkan, seperti riba, suap dan
mengurangi takaran dan timbangan.

03 Jarimah ta’zir yang baik jenis maupun


sanksinya belum ditentukan oleh syara’
jenis ketiga ini sepenuhnya diserahkan
kepada ulil amri, seperti pelanggaran
disiplin pegawai pemerintah, pelanggaran
terhadap lingkungan hidup dan lalu lintas.
Ciri – ciri khusus ekonomi islam yang
dikemukan oleh Ahmad Muhammad Al-AssaI
dan Fathi Ahmad Abdul Karim,
sebagai berikut :
1.Tujuan utama ekonomi islam adalah untuk
mengaktualisasikan nilai-nilai maqasid al Syariah.
2.Kegiatan Ekonomi dalam islam bersifat pengabdian yakni
sesuai dengan akidah umum.
3.Kegiatan Ekonomi dalam Islam Bercita-cita Luhur
4.Selain pengawasan syariat yang dilaksanakan oleh
kekuasaan umum, ada juga pengawasan dari hati nurani
yang terbina atas kepercayaan akan adanya Allah dan
perhitungan hari akhir.
5.Ekonomi Islam merealisasikan keseimbangan antara
kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
Dengan mengkaji ciri-ciri, prinsip-prinsip dan
etika bisnis Islam, maka dapat diketahui bahwa
pencucian uang termasuk katagori perbuatan
yang diharamkan karena dua hal :

• Proses memperolehnya, uang diperoleh melalui


perbuatan yang diharamkan (misalnya dari judi,
perjualan narkoba, korupsi, atau perbuatan
curang lainnya) dan proses pencuciannya.
• Berupaya menyembunyikan uang hasil
kemaksiatan dan bahkan menimbulkan
kemaksiatan dan kemudharatan berikutnya.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai