Anda di halaman 1dari 6

LEGAL OPINION

A. FAKTA HUKUM SRIMULYANTI


1. Identitas klien

Nama : Srimulyati

Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 10-05-1977

Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : Mengurus rumah tangga

Penghasilan : 500.000

Jumlah anak : 3 (tiga)

Agama : Islam

Alamat : Kp. Mekar Sari, RT. 6/9, Kel. Warga Mekar, Kec. Bale Endah, Kab.

Bandung.

NIK : 3204325005770014

No Hp : 085222171802

2. Objek Pengaduan

Srimulyati merasa di tipu oleh seseorang yang awalnya mengaku pengacara, sampai-sampai dia
(pengacara) mengiming-imingi penghasilan yang bisa di dapatkan dari hasil simpanan (deposit)
Srimulyati ke orang tersebut, selanjutnya uang yang dia pinta dari Srimulyati tidak kembali, yang ada
orang tersebut malah menyuruh Srimulyati untuk melanjutkan cicilan mobil dan tanpa fikir panjang
karena uang Srimulyati mau kembali dari orang tersebut (pengacara) akhirnya Srimulyati pun
memberikan sejumlah uang lagi. Suatu saat orang tersebut (pengacara) pernah memberikan rekening
giro ke Srimulyati untuk pengembalian uang Srimulyati yang telah diambilnya, dan ternyata rekening
giro tersebut waktu mau di cairkan ternyata kosong. Sampai sekarang Srimulyati berusaha menagih
uang miliknya sekitar 61 juta lebih, namun yang ada malah mendapat berbagai macam alasan dan
sekarang Srimulyati kehilangan jejak orang tersebut (pengacara). Srimulyati memohon bisa mendapat
bantuan agar uang hak Srimulyati bisa kembali. Adapun bukti-bukti sudah Srimulyati simpan karena
Srimulyati sangat berharap uangnya bisa kembali.

3. Identifikasi Masalah

Apa yang menjadi masalah?

- Telah terjadi penipuan atas nama ibu Srimulyati

Siapa yang melakukan?

- seseorang yang mengaku sebagai pengacara

Dimana terjadinya penipuan?

- Di Kota Bandung Provinsi Jawabarat

Bagaimana dia melakukan penipuan?

- Penipuan dilakukan oleh seseorang yang diduga mengaku-ngaku sebagai pengacara yang
mengiming-ngimingi ibu Srimulyati mendapatkan hasil dari deposit tersebut, ibu Srimulyati
diminta untuk memberikan sejumlah uang kepada seseorang yang mengaku sebagai pengacara.
Kemudian seorang yang mengaku pengacara tersebut meminta ibu Srimulyati untuk
memberikan sejumlah uang kembali untuk kegunaan cicilan mobil milik seseorang yang
mengaku sebagai pengacara. Kemudian suatu saat ibu Srimulyati diberikan rekening Giro oleh
seseorang yang mengaku pengacara tersebut untuk pengembalian uang Srimulyati yang telah
diambilnya, dan setelah mau dicairkan ternyata saldonya kosong, dan akibat perbuatan tersebut
ibu Serimulyati diduga mengalami kerugian berkisar 61 Juta rupiah. Dan ketika ditanyai oleh ibu
Srimulyati seseorang yang mengaku pengacara malah berdalih dengan berbagai alasan, hingga
sekarang kehilangan jejeak.

4. Identifikasi Aturan Hukum

Bab XXV - Perbuatan Curang

Pasal 378

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum,
dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi hutang rnaupun menghapuskan piutang diancam karena penipuan dengan pidana penjara
paling lama empat tahun.

KUHP
Buku Kedua - Kejahatan

Bab XXIV - Penggelapan

Pasal 372

Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda
paling banyak sembilan ratus rupiah.

5. Analisis Hukum
a. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang mengaku pengacara tersebut telah
memenuhi unsur penipuan yang diatur dalam Pasal 378 KUHP, yang artinya yaitu
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama
palsu, martabat palsu dengan tipu muslihat, maupun dengan rangkaian kebohongan.
Tujuan tipu muslihat ini untuk menggerakan orang lain agar menyerahkan barang sesuatu
kepadanya atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang. Dari objek dan
tujuannya, penipuan lebih luas dari penggelapan.
Pasal penipuan berisi berbagai unsur yang menyertainya, yaitu objek penipuannya berpindah
secara melawan hukum dengan cara memperdaya korban agar memberikan atau
menghapuskan hutang yang dalam hal ini tidak terbatas dalam bentuk uang atau barang.
Kemudian, di dalam penipuan terdapat motif yang tujuan pelaku adalah keuntungan, yang
dilakukan dengan cara curang atau memperdaya orang, agar si korban dapat memberikan atau
menyerahkan suatu barang berharga.
Tindakan memperoleh manfaat dari mempengaruhi orang lain adalah hal utama dalam tindak
pidana penipuan. Tanpa adanya upaya memperdaya atau menggerakan maka unsur penipuan
menjadi tidak sempurna.
b. Bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang yang mengaku pengacara tersebut telah
memenuhi unsur yang diatur dalam Pasal 372 yang berbunyi sebagai berikut;
“Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan
karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat
tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.”
Salah satu contoh penguasaan barang oleh pelaku terjadi karena pemiliknya menitipkan barang
tersebut atau penguasaan barang oleh pelaku terjadi karena tugas atau uang yang ada dalam
penguasaannya yang mana barang atau uang tersebut pada dasarnya adalah milik orang lain.
Tujuan dari tindak penggelapan ini adalah memiliki barang atau uang yang ada dalam
penguasaannya yang mana barang atau uang tersebut pada dasarnya adalah milik orang lain.
Mengenai objek dalam penggelapan hanya terbatas pada barang atau uang dan sudah dikuasai
orang lain tanpa melawan hukum.
Pelaku penggelapan secara sadar dan melawan hukum memiliki niat buruk atas suatu benda
milik orang lain yang sebelumnya telah dikuasai untuk dimiliki atau menjadikan barang itu
kepunyaannya.
Penggelapan banyak terjadi karena adanya rasa saling percaya antara pihak. Seseorang yang
terlalu percaya kepada orang lain karena sudah mengenal lama, ataupun karena terpengaruh
bujukan teman yang memberikan referensi biasanya rentan menjadi korban penggelapan.
Ancaman hukuman terhadap penggelapan dihukum dengan jangka waktu empat tahun.
Hukuman empat tahun diberikan tanpa membedakan tingkatan penggelapan yang dilakukan
oleh pelaku.
Di dalam perkara-perkara tertentu antara penipuan dan penggelapan sulit untuk dibedakan
secara kasat mata. Untuk membuktikan adanya penggelapan maka perlu membedakan dengan
adanya penipuan.
Karena di dalam penggelapan tidak ada tipu muslihat atau menggunakan keterangan palsu, dan
di dalam penggelapan juga tidak ada kebohongan sebagaimana terdapat dalam tindak pidana
penipuan.

6. Kesimpulan
a. Melakukan upaya hukum pidana dengan proses melakukan pelaporan kepada pihak kepolisian
atas dugaan tindak pidana penipuan dan penggelapan yang dilakukan oleh seseorang yang
diduga mengaku sebagai seorang pengacara kepada ibu Srimulyati.
b. Ganti Rugi untuk korban tindak pidana pada dasarnya dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu;
1) melalui Penggabungan Perkara Ganti Kerugian,
2) melalui Gugatan Perbuatan Melawan Hukum, dan
3) melalui Permohonan Restitusi.

1) Untuk penggabungan perkara ganti kerugian sendiri diatur dalam Bab XIII UU No. 8 Tahun
1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”) yang mengatur dari Pasal 98 hingga Pasal 101.
Pasal 98 ayat (1) KUHAP menentukan bahwa, “Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar
dakwaan di dalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh pengadilan negeri menimbulkan
kerugian bagi orang lain, maka hakim ketua sidang atas permintaan orang itu dapat menetapkan
untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara pidana itu.” Untuk itu
permohonan penggabungan perkara ganti kerugian berdasarkan ketentuan Pasal 98 ayat (2) UU
KUHAP diajukan selambat-lambatnya sebelum penuntut umum mengajukan tuntutan pidana.
Dalam hal penuntut umum tidak hadir, permintaan diajukan selambat-lambatnya sebelum
hakim menjatuhkan putusan.
Pada saat korban tindak pidana meminta penggabungan perkara ganti kerugian maka
Pengadilan wajib menimbang tentang kewenangannya untuk mengadili gugatan tersebut,
tentang kebenaran dasar gugatan dan tentang hukuman penggantian biaya yang telah
dikeluarkan oleh korban (lihat Pasal 99 ayat [1] KUHAP). Putusan mengenai ganti kerugian
dengan sendirinya akan mendapatkan kekuatan hukum tetap apabila putusan pidananya juga
telah mendapat kekuatan hukum tetap (lihat Pasal 99 ayat [3] KUHAP). Begitu juga apabila
Putusan terhadap perkara pidana diajukan Banding maka Putusan Ganti rugi otomatis akan
mengalami hal yang sama (lihat Pasal 100 ayat [1] KUHAP). Namun, apabila perkara pidana tidak
diajukan banding maka permintaan banding mengenai putusan ganti rugi tidak diperkenankan
banding (lihat Pasal 100 ayat [2] KUHAP).
d. fotokopi surat kematian dalam hal Korban meninggal dunia;
e. surat keterangan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia yang menunjukkan pemohon
sebagai Korban tindak pidana;
f. surat keterangan hubungan Keluarga, apabila permohonan diajukan oleh Keluarga; dan
g. surat kuasa khusus, apabila permohonan Restitusi diajukan oleh Kuasa Korban atau Kuasa
Keluarga.
Jika permohonan Restitusi di mana perkaranya telah diputus pengadilan dan telah memperoleh
kekuatan hukum tetap, maka permohonan Restitusi harus dilampiri kutipan putusan pengadilan
tersebut.
Apabila permohonan tersebut oleh LPSK telah dinyatakan lengkap maka akan ada pemeriksaan
substantif dan hasil pemeriksaan tersebut ditetapkan dengan Keputusan LPSK beserta
pertimbangannya yang disertai rekomendasi untuk mengabulkan permohonan atau menolak
permohonan Restitusi.
Apabila permohonan Restitusi diajukan berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap dan pelaku tindak pidana dinyatakan bersalah, LPSK
menyampaikan permohonan tersebut beserta keputusan dan pertimbangannya kepada
pengadilan yang berwenang.
Setelah LPSK mengajukan permohonan Restitusi, maka Pengadilan memeriksa dan menetapkan
permohonan Restitusi dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
tanggal permohonan diterima.
Pengadilan setelah memeriksa mengeluarkan penetapan yang disampaikan ke LPSK dan LPSK
wajib menyampaikan salinan penetapan pengadilan kepada Korban, Keluarga, atau Kuasanya
dan kepada Pelaku tindak pidana dan/atau pihak ketiga dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari terhitung sejak tanggal menerima penetapan

7. Rekomendasi
a. Sebelum ibu Srimulyati melaporkan kepada pihak kepolisian harus mengumpulkan terlebih
dahulu alat bukti yang sah berdasarkan Pasal 184 Ayat 1 KUHAP
Alat bukti yang sah ialah:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.

b. Terdapat aspek-aspek yang perlu diperhatikan agar kasus penipuan investasi mendapat perhatian
dari penegak hukum. Korban dapat mengumpulkan korban lain jika ada. Sehingga nantinya bukti
kasus ini akan jadi lebih kuat dengan munculnya para korban lain. Masyarakat bisa mencari tahu
siapa saja korbannya dengan membuka layanan pengaduan secara khusus.

Anda mungkin juga menyukai