Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dwiyan Bagus Saputra. S.

Kelas : 2A

NIM : P1337421020033

MK : PBAK

Resume Tentang Perbuatan Curang !!!!


A. Definisi Perbuatan Curang
Curang berarti tidak jujur, tidak lurus hati, senang mencurangi adalah penipu atau
mengakali. Sedangkan tipu adalah perbuatan atau perkataan yang tidak jujur, bohong,
palsu dan sebagainya, yang lebih dikaitkan dengan perkataan dengan maksud untuk
menyesatkan, mengakali atau mencari untung.
Dilihat dari segi makna istilah penipuan dan perbuatan curang sebenarnya tidak
mempunyai perbedaan principal, yang ada hanya nuansa kata. Namun dari kedua istilah
tersebut, tersirat bahwa istilah curang mempunyai makna lebih luas dibandingkan dengan
penipuan.
Perbuatan curang adalah perbuatan yang tidak jujur atau tidak adil dimana akibat dari
perbuatan tersebut kepentingan orang lain dirugikan. Perbuatan ini umumnya terjadi
dengan motif mencari keuntungan secara melawan hukum oleh pembuat.
Sedangkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menyebutkan beberapa
pasal yang mencakup pengertian kecurangan (fraud) adalah:

1. Pasal 362: Pencurian (definisi KUHP: “mengambil sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum”);
2. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain,
atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang”);
3. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP: “ dengan sengaja dan melawan hukum
memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain,
tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”);
4. Pasal 378: Perbuatan Curang (definisi KUHP: “ dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian
kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang”);
5. Pasal 396: Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit;
6. Pasal 406: Menghancurkan atau merusakkan barang;
7. Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425, dan 435 yang secara
khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999). (Tuanakotta, 2007:95).
B. Jenis-jenis Fraud (Perbuatan Curang)

Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan organisasi


profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan mengklasifikasikan fraud
(kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud Tree, yaitu sebagai berikut (Albrech,
2009):
a. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation)
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi
karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).
b. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement)
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif
suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat
dianalogikan dengan istilah window dressing.
c. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan
pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak
terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih
kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih
dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang
bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya
adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan
(bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara
ekonomi (economic extortion).
C. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Perbuatan Curang
Terjadinya delik perbuatan curang, ditentukan oleh dua faktor :
1. Faktor kecerdikan melakukan tipu muslihat.
2. Karena korban mempercayai itikad buruk yang diperlihatkan si penipu. Sebab seorang
yang bermaksud menipu dengan menggunakan tipu daya yang diketahui oleh calon
korban, dengan sendirinya perbuatan itu tidak akan terjadi.
Contoh Kasus Tindakan Curang

Curang bayar pajak, wajib pajak ini divonis 5 tahun 6 bulan


penjara, denda Rp 20 M
Direktorat Jenderal Pajak kembali memenangkan kasus pidana perpajakan saat melawan
wajib pajak nakal. Kali ini, DJP berhasil memenjarakan tersangka dalam kasus kecurangan
pembayaran pajak pertambahan nilai (PPN) dengan menggunakan faktur pajak tidak sah.

Dalam pengadilan yang dilakukan secara online pada Rabu (5/8), Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan vonis kepada terdakwa RW, Direktur
Operasional PT DC atas perkara tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana
pencucian uang.

Vonis yang dijatuhkan yakni 5 tahun 6 bulan penjara dan denda Rp 20,5 miliar, yaitu dua
kali jumlah kerugian negara, subsider 6 bulan kurungan kepada terdakwa.

Perbuatan pidana perpajakan dilakukan terdakwa terjadi di kurun waktu 2010 sampai
dengan 2012 dengan cara menggunakan faktur pajak tidak sah untuk mengecilkan jumlah
pajak pertambahan nilai terutang yang harus disetorkan ke kas negara dan dilaporkan ke
kantor pelayanan pajak.

Sebelum didakwa, RW pernah melakukan upaya hukum praperadilan karena merasa


diperlakukan diskriminatif atas penetapan tersangkanya, tetapi praperadilan tersebut ditolak
oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta.

Terdakwa juga pernah mengajukan Nota Protes dengan mempermasalahkan perlakuan


aparat pajak saat terjadi tindakan penyanderaan (gijzeling) pada tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai