Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Fraud

2.1.1.1. Definisi Fraud

Pengertian kecurangan secara umum meliputi bermacam-macam arti


dimana dengan kepandaian manusia seseorang dapat merencanakan untuk
memperoleh keuntungan melalui gambaran yang salah (Suprajadi, 2009). Berikut
ini disajikan definisi fraud dari berbagai sudut pandang berbeda:
Tabel 2.1
Definisi Fraud
Sumber Informasi Definisi
Fraud adalah sebagai salah satu
tindakan melawan hukum yang
BPK RI, 2007 dilakukan dengan sengaja untuk
memperoleh sesuatu dengan cara
menipu.
Kesengajaan dalam menghasilkan
salah saji material dalam laporan
Statement of Auditing Standards No. 99
keuangan yang merupakan subyek
audit.
Kecurangan (Fraud) sebagai
tindakan penipuan atau kekeliruan
yang dibuat seseorang atau badan
Association of Certified Fraud
yang mengetahui bahwa kekeliruan
Examiners (dalam Ernst & Young LLP,
tersebut dapat mengakibatkan
2009)
beberapa manfaat yang tidak baik
kepada individu atau entitas atau
pihak lain.
The Association of Kecurangan (Fraud) sebagai
Certified Fraud Examiners (ACFE, tindakan penipuan atau kekeliruan
2016) yang dibuat seseorang atau badan
yang mengetahui
bahwa kekeliruan tersebut dapat
mengakibatkan beberapa manfaat
yang tidak baik kepada individu
atau entitas
atau pihak lain.
Sumber: berbagai literatur.

Dari beberapa definisi atau pengertian kecurangan (fraud) di atas maka

dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat

padabeberapa kategori kecurangan.

2.1.1.2. Unsur-Unsur Fraud

Menurut Binbangkum (n.d.) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan


adalah:
1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).
2. Dari suatu masa lampau (past) dan sekarang (present).
3. Fakta bersifat material (material fact).
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or
recklessy).
5. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi.
6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan.
7. Yang merugikannya (detriment).

2.1.1.3. Jenis-Jenis Fraud


Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
merupakan organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas
kecurangan mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam tiga tingkatan yang
disebut Fraud Tree, yaitu sebagai berikut (Albrech, 2009):
1. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation) 
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah
dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined
value).
2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement)
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial
engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh
keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window
dressing.
3. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama
dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis
yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan
hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik
sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali
tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati
keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah
penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest),
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities),
dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).
Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan menjadi lima
jenis, yaitu:
1. Employee embezzlement atau occupational fraud. Pencurian yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh karyawan kepada
perusahaan.

2. Management fraud. Manajemen puncak memberikan informasi yang


bias dalam laporan keuangan.

3. Investment scams. Melakukan kebohongan investasi dengan


menanam modal.

4. Vendor fraud. Perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal dalam hal


pengiriman barang.
5. Customer fraud. Pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan
sesuatu yang lebih dari seharusnya.

2.1.2. Kecurangan pada Laporan Keuangan


2.1.2.1. Definisi Kecurangan Laporan Keungan
Kesalahan (errors) adalah salah saji atau kealpaan dalam laporan
keuangan yang tidak disengaja, yang dalam keadaan tersebut para pengambil
keputusan dapat berubah keputusannya, keadaan-keadaan berikut yang
termasuk dalam kriteria kesalahan (errors) adalah :
1. Kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan atau pemrosesan data akuntansi
yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan.
2. Taksiran akuntansi yang tidak benar yang berasal dari salah penafsiran.
3. Kesalahan-kesalahan dalam penerapan (aplikasi) prinsip-prinsip akuntansi,
yang berkenaan dengan jumlah, klasifikasi, dan cara-cara penyajiannya
ataupun pengungkapannya
Penyimpangan (irregularities) adalah salah saji atau penghapusan dalam
laporan keuangan yang disengaja, yang dalam keadaan demikian para
pengambil keputusan berubah keputusannya. Penyimpangan dalam laporan
keuangan ini biasanya menyesatkan bagi pemakai. Istilah yang biasa
digunakan adalah kecurangan manajemen (management fraud). Kriteria-
kriteria yang termasuk dalam penyimpangan, meliputi :
1. Manipulasi, falsifikasi, dan alterasi catatan-catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan.
2. Salah penyajian (misrepresentations) atau penghapusan (omissions) yang
sengaja atas transaksi-transaksi dan informasi penting lainnya.
3. Salah penerapan (misapplication) prinsip-prinsip akuntansi terhadap
jumlah, klasifikasi, cara penyajian, dan pengungkapan yang disengaja.
Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan
yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut
dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya
terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan
untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima
secara umum) terhadap tindakan tersebut. Fraud itu sendiri secara umum
merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang
dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan
pihak lain. Orang awam seringkali mengasumsikan secara sempit bahwa fraud
sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud, kerap kali kita jumpai di
organisasi perusahaan maupun pemerintahan.
Pada intinya fraud dalam perusahaan merupakan perbuatan
kecurangan disengaja yang didasari ketidakjujuran yang bisa dilakukan oleh
seseorang, baik karyawan maupun pimpinan yang berakibat merugikan
perusahaan, baik secara financial maupun non-financial. Kerugian perusahaan
karena fraud ini pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan Jenis
kecurangan (fraud) yang terjadi disetiap negara ada kemungkinan berbeda
karena setiap praktek kecurangan sangatlah dipengaruhi oleh kondisi tiap
negara yang berbeda. Di negara-negara yang sudah maju dimana penegakan
hukum sudah berjalan dengan baik, kondisi perekonomian masyarakat secara
umum sudah cukup atau lebih dari cukup, sehingga modus operandi dari
praktek-praktek kecurangan menjadi lebih sedikit.
Adanya indikasi fraud atau kecurangan/penyimpangan pada suatu
perusahaan atau instansi pemerintah yang dilakukan oleh
karyawan/pegawainya. penyimpangan ini bisa terjadi di berbagai lapisan kerja
organisasi, baik di bagian manajemen puncak perusahaan maupun pejabat
tinggi suatu instansi. Fraud (kecurangan) itu sendiri secara umum merupakan
suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam
dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan
pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain.
Fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi. Upaya-upaya yang
dilakukan oleh pemilik perusahaan, pengelola perusahaan dan pegawai yang
bekerja untuk meningkatkan kinerja tidak akan pernah tercapai jika dalam
perusahaan masih bercokol tindakan-tindakan kecurangan. Dalam rangka
memberikan suatu efek jera, memperkecil kerugian akibat kecurangan dan
memperbaiki sistem pengendalian maka jika ada indikasi kuat terjadi suatu
kecurangan, perusahaan diharapkan mengambil action yang tepat dengan
melakukan audit investigatif. Perusahaan yang memiliki risiko
kerugian keuangan karena tindakan kecurangan yang terjadi dapat
mengungkapkan siapa pihak yang melakukan kecurangan tersebut yang
selanjutnya akan dimintai pertanggungjawabannya untuk mengganti kerugian
perusahaan. Selanjutnya agar memiliki dampak efek jera maka perlu diambil
tindakan baik administratif maupun hukum terhadap pelaku kecurangan.
Terkait dengan tindaklanjut secara hukum atas kecurangan yang ditemukan,
maka perusahaan harus memiliki pertimbangan yang menyeluruh mencakup
aspek keuangan perusahaan dan aspek legal terkait dengan regulasi terhadap
karyawan maupun terhadap perusahaan.
Dengan demikian, efektifitas pengungkapan kecurangan yang terjadi
pada perusahaan akan memberikan nilai tambah terutama untuk recovery
kerugian yang terjadi, penyempurnaan sistem pengendalian dan menjadikan
pelaku potensial lainnya urung melakukan kecurangan. Pada gilirannya,
tindakan ini akan memberikan dampak positif bagi nilai perusahaan karena
akan memungkinkan perusahaan untuk memperbaiki management dengan
peningkatan kinerja perusahaan baik dari aspek ekonomisnya pengadaan,
effisiennya proses bisnis dan efektifitasnya program kerja perusahaan.
2.1.2.2. Imbalan Kecurangan Laporan Keuangan

Imbalan yang diharapkan bagi para pelaku kecurangan adalah beragam.


Menurut Mulford (2010) berbagai imbalan dibagi menjadi beberapa kategori
berikut ini:
Tabel 2.2
Imbalan Kecurangan Laporan Keuangan
Kategori Imbalan
 Mengurangi gejolak turun
dan naiknya harga saham
 Meningkatkan nilai
Dampak pada harga saham
perusahaan
(Share-price effect)
 Menurunkan biaya ekuitas
 Meningkatkan nilai opsi
saham
Dampak pada biaya pinjaman  Meningkatkan kualitas
(Borrowing cost benefit) kredit
 Rating utang jadi lebih
tinggi
 Biaya pinjaman lebih rendah
 Kontrak keuangan lebih
lunak
 Menaikkan laba yang
Dampak pada Bonus yang diperoleh
menjadi dasar pemberian
(Bonus plan effect)
bonus.
 Menurunkan dampak
Dampak biaya politik regulasi
(political cost effects)  Menghindari pajak yang
lebih tinggi
2.2.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh bukti mengenai pengaruh


efektivitas dari fraud triangle yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pressure,
opportunity, rationalization yang terdiri atas financial stability, financial
targets, personal financial need, external pressure dan effective monitoring
terhadap manajemen laba sebagai acuan untuk memprediksi tingkat
kecurangan dalam laporan keuangan. Variabel-variabel dari fraud triangle
adalah financial stability pressure yang diproksikan dengan perubahan aset,
financial targets yang diproksikan dengan Return On Asset, personal financial
need yang diproksikan dengan total kepemilikan saham, external pressure yang
diproksikan dengan perubahan piutang dan effective monitoring yang
diproksikan dengan IND. Populasi dari penelitian ini merupakan perusahaan-
perusahaan jenis manufaktur yang terdaftar pada BEI pada periode 2018-2019.
Total sampel penelitian ini adalah 68 perusahaan manufaktur. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis data statistik regresi
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability pressure
yang diproksikan dengan perubahan aset, financial targets yang diproksikan
dengan Return On Asset dan external pressure yang diproksikan dengan
perubahan piutang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan. Personal financial need dan effective monitoring yang diproksikan
dengan total kepemilikan saham dan IND tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap kecurangan pada laporan keuangan

Anda mungkin juga menyukai