Pengertian kecurangan secara umum meliputi bermacam-macam arti
dimana dengan kepandaian manusia seseorang dapat merencanakan untuk memperoleh keuntungan melalui gambaran yang salah (Suprajadi, 2009). Berikut ini disajikan definisi fraud dari berbagai sudut pandang berbeda: Tabel 2.1 Definisi Fraud Sumber Informasi Definisi Fraud adalah sebagai salah satu tindakan melawan hukum yang BPK RI, 2007 dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh sesuatu dengan cara menipu. Kesengajaan dalam menghasilkan salah saji material dalam laporan Statement of Auditing Standards No. 99 keuangan yang merupakan subyek audit. Kecurangan (Fraud) sebagai tindakan penipuan atau kekeliruan yang dibuat seseorang atau badan Association of Certified Fraud yang mengetahui bahwa kekeliruan Examiners (dalam Ernst & Young LLP, tersebut dapat mengakibatkan 2009) beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain. The Association of Kecurangan (Fraud) sebagai Certified Fraud Examiners (ACFE, tindakan penipuan atau kekeliruan 2016) yang dibuat seseorang atau badan yang mengetahui bahwa kekeliruan tersebut dapat mengakibatkan beberapa manfaat yang tidak baik kepada individu atau entitas atau pihak lain. Sumber: berbagai literatur.
Dari beberapa definisi atau pengertian kecurangan (fraud) di atas maka
dapat diketahui bahwa pengertian fraud sangat luas dan dapat dilihat
padabeberapa kategori kecurangan.
2.1.1.2. Unsur-Unsur Fraud
Menurut Binbangkum (n.d.) secara umum, unsur-unsur dari kecurangan
adalah: 1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation). 2. Dari suatu masa lampau (past) dan sekarang (present). 3. Fakta bersifat material (material fact). 4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessy). 5. Dengan maksud (intent) untuk menyebabkan suatu pihak beraksi. 6. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap salah pernyataan. 7. Yang merugikannya (detriment).
2.1.1.3. Jenis-Jenis Fraud
Menurut The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan organisasi profesional bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam tiga tingkatan yang disebut Fraud Tree, yaitu sebagai berikut (Albrech, 2009): 1. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation) Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value). 2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement) Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing. 3. Korupsi (Corruption) Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion). Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: 1. Employee embezzlement atau occupational fraud. Pencurian yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung oleh karyawan kepada perusahaan.
2. Management fraud. Manajemen puncak memberikan informasi yang
bias dalam laporan keuangan.
3. Investment scams. Melakukan kebohongan investasi dengan
menanam modal.
4. Vendor fraud. Perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal dalam hal
pengiriman barang. 5. Customer fraud. Pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan sesuatu yang lebih dari seharusnya.
2.1.2. Kecurangan pada Laporan Keuangan
2.1.2.1. Definisi Kecurangan Laporan Keungan Kesalahan (errors) adalah salah saji atau kealpaan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja, yang dalam keadaan tersebut para pengambil keputusan dapat berubah keputusannya, keadaan-keadaan berikut yang termasuk dalam kriteria kesalahan (errors) adalah : 1. Kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan atau pemrosesan data akuntansi yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan. 2. Taksiran akuntansi yang tidak benar yang berasal dari salah penafsiran. 3. Kesalahan-kesalahan dalam penerapan (aplikasi) prinsip-prinsip akuntansi, yang berkenaan dengan jumlah, klasifikasi, dan cara-cara penyajiannya ataupun pengungkapannya Penyimpangan (irregularities) adalah salah saji atau penghapusan dalam laporan keuangan yang disengaja, yang dalam keadaan demikian para pengambil keputusan berubah keputusannya. Penyimpangan dalam laporan keuangan ini biasanya menyesatkan bagi pemakai. Istilah yang biasa digunakan adalah kecurangan manajemen (management fraud). Kriteria- kriteria yang termasuk dalam penyimpangan, meliputi : 1. Manipulasi, falsifikasi, dan alterasi catatan-catatan akuntansi atau dokumen pendukung yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan. 2. Salah penyajian (misrepresentations) atau penghapusan (omissions) yang sengaja atas transaksi-transaksi dan informasi penting lainnya. 3. Salah penerapan (misapplication) prinsip-prinsip akuntansi terhadap jumlah, klasifikasi, cara penyajian, dan pengungkapan yang disengaja. Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Fraud itu sendiri secara umum merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Orang awam seringkali mengasumsikan secara sempit bahwa fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud, kerap kali kita jumpai di organisasi perusahaan maupun pemerintahan. Pada intinya fraud dalam perusahaan merupakan perbuatan kecurangan disengaja yang didasari ketidakjujuran yang bisa dilakukan oleh seseorang, baik karyawan maupun pimpinan yang berakibat merugikan perusahaan, baik secara financial maupun non-financial. Kerugian perusahaan karena fraud ini pada akhirnya dapat menyebabkan kebangkrutan Jenis kecurangan (fraud) yang terjadi disetiap negara ada kemungkinan berbeda karena setiap praktek kecurangan sangatlah dipengaruhi oleh kondisi tiap negara yang berbeda. Di negara-negara yang sudah maju dimana penegakan hukum sudah berjalan dengan baik, kondisi perekonomian masyarakat secara umum sudah cukup atau lebih dari cukup, sehingga modus operandi dari praktek-praktek kecurangan menjadi lebih sedikit. Adanya indikasi fraud atau kecurangan/penyimpangan pada suatu perusahaan atau instansi pemerintah yang dilakukan oleh karyawan/pegawainya. penyimpangan ini bisa terjadi di berbagai lapisan kerja organisasi, baik di bagian manajemen puncak perusahaan maupun pejabat tinggi suatu instansi. Fraud (kecurangan) itu sendiri secara umum merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Fraud sebagai tindak pidana atau perbuatan korupsi. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemilik perusahaan, pengelola perusahaan dan pegawai yang bekerja untuk meningkatkan kinerja tidak akan pernah tercapai jika dalam perusahaan masih bercokol tindakan-tindakan kecurangan. Dalam rangka memberikan suatu efek jera, memperkecil kerugian akibat kecurangan dan memperbaiki sistem pengendalian maka jika ada indikasi kuat terjadi suatu kecurangan, perusahaan diharapkan mengambil action yang tepat dengan melakukan audit investigatif. Perusahaan yang memiliki risiko kerugian keuangan karena tindakan kecurangan yang terjadi dapat mengungkapkan siapa pihak yang melakukan kecurangan tersebut yang selanjutnya akan dimintai pertanggungjawabannya untuk mengganti kerugian perusahaan. Selanjutnya agar memiliki dampak efek jera maka perlu diambil tindakan baik administratif maupun hukum terhadap pelaku kecurangan. Terkait dengan tindaklanjut secara hukum atas kecurangan yang ditemukan, maka perusahaan harus memiliki pertimbangan yang menyeluruh mencakup aspek keuangan perusahaan dan aspek legal terkait dengan regulasi terhadap karyawan maupun terhadap perusahaan. Dengan demikian, efektifitas pengungkapan kecurangan yang terjadi pada perusahaan akan memberikan nilai tambah terutama untuk recovery kerugian yang terjadi, penyempurnaan sistem pengendalian dan menjadikan pelaku potensial lainnya urung melakukan kecurangan. Pada gilirannya, tindakan ini akan memberikan dampak positif bagi nilai perusahaan karena akan memungkinkan perusahaan untuk memperbaiki management dengan peningkatan kinerja perusahaan baik dari aspek ekonomisnya pengadaan, effisiennya proses bisnis dan efektifitasnya program kerja perusahaan. 2.1.2.2. Imbalan Kecurangan Laporan Keuangan
Imbalan yang diharapkan bagi para pelaku kecurangan adalah beragam.
Menurut Mulford (2010) berbagai imbalan dibagi menjadi beberapa kategori berikut ini: Tabel 2.2 Imbalan Kecurangan Laporan Keuangan Kategori Imbalan Mengurangi gejolak turun dan naiknya harga saham Meningkatkan nilai Dampak pada harga saham perusahaan (Share-price effect) Menurunkan biaya ekuitas Meningkatkan nilai opsi saham Dampak pada biaya pinjaman Meningkatkan kualitas (Borrowing cost benefit) kredit Rating utang jadi lebih tinggi Biaya pinjaman lebih rendah Kontrak keuangan lebih lunak Menaikkan laba yang Dampak pada Bonus yang diperoleh menjadi dasar pemberian (Bonus plan effect) bonus. Menurunkan dampak Dampak biaya politik regulasi (political cost effects) Menghindari pajak yang lebih tinggi 2.2.
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh bukti mengenai pengaruh
efektivitas dari fraud triangle yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu pressure, opportunity, rationalization yang terdiri atas financial stability, financial targets, personal financial need, external pressure dan effective monitoring terhadap manajemen laba sebagai acuan untuk memprediksi tingkat kecurangan dalam laporan keuangan. Variabel-variabel dari fraud triangle adalah financial stability pressure yang diproksikan dengan perubahan aset, financial targets yang diproksikan dengan Return On Asset, personal financial need yang diproksikan dengan total kepemilikan saham, external pressure yang diproksikan dengan perubahan piutang dan effective monitoring yang diproksikan dengan IND. Populasi dari penelitian ini merupakan perusahaan- perusahaan jenis manufaktur yang terdaftar pada BEI pada periode 2018-2019. Total sampel penelitian ini adalah 68 perusahaan manufaktur. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis data statistik regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial stability pressure yang diproksikan dengan perubahan aset, financial targets yang diproksikan dengan Return On Asset dan external pressure yang diproksikan dengan perubahan piutang berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan keuangan. Personal financial need dan effective monitoring yang diproksikan dengan total kepemilikan saham dan IND tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecurangan pada laporan keuangan