Oleh
Kelompok 4
I Gede Antony Agustira 1933121142
I Gede Agoes Purnama Yasha 1933121066
Ida Bagus Awangga Sukmantara 1933121327
Ni Kadek Satya Ari Putri 1933121023
Eugenia Jessica Vatikan Rona Djando 1933121043
UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
TAHUN AJARAN 2022
FRAUD DAN KORUPSI
A. PENGERTIAN FRAUD
Fraud atau yang sering dikenal dengan istilah kecurangan merupakan hal yang sekarang
banyak dibicarakan di Indonesia. Pengertian fraud itu sendiri merupakan penipuan yang sengaja
dilakukan, yang menimbulkan kerugian pihak lain dan memberikan keuntungan bagi pelaku
kecurangan dan atau kelompoknya (Sukanto, 2009). Sementara Albrecht (2003)
mendefinisikan fraud sebagai representasi tentang fakta material yang palsu dan sengaja atau ceroboh
sehingga diyakini dan ditindaklanjuti oleh korban dan kerusakan korban. Dalam bahasa aslinya fraud
meliputi berbagai tindakan melawan hukum.
Bologna (1993) dalam Amrizal (2004) mendefinisikan kecurangan “Fraud is criminal
deception intended to financially benefit the deceiver” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal
yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap
tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Ia memperoleh manfaat dan
merugikan korbannya secara financial dari tindakannya tersebut. Biasanya kecurangan mencakup tiga
langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2) penyembunyian/the concealment dan (3) konversi/the
conversion.
Adapun menurut the Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), fraudadalah:
Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu
(manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam
atau luar organisasi untuk mendapatkan keuntungan pibadi ataupun kelompok secara langsung atau
tidak langsung merugikan pihak lain. Dengan demikian fraud adalah mencangkup segala macam yang
dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari
orang lain, dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencangkup semua cara yang
tidak terduga, penuh siasat atau tersembunyi, dan setiap cara yang tidak wajar yang menyebabkan
orang lain tertipu atau menderita kerugian.
B. JENIS-JENIS FRAUD
3. Korupsi (Corruption)
Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti
suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang
baik sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat
dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme).
Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest),
penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara
ekonomi (economic extortion).Sedangkan menurut Albrecht (2012), fraud dapat diklasifikasikan
menjadi lima jenis, yaitu:
4. Vendor fraud. Perusahaan mengeluarkan tarif yang mahal dalam hal pengiriman
barang.
5. Customer fraud. Pelanggan menipu penjual agar mereka mendapatkan sesuatu yang
lebih dari seharusnya.
C. PENGERTIAN KORUPSI
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio atau corruptus. Corruptio memiliki arti
beragam yakni tindakan merusak atau menghancurkan. Corruptio juga diartikan kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian, kata-kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah. Kata corruptio masuk dalam
bahasa Inggris menjadi kata corruption atau dalam bahasa Belanda menjadi corruptie. Kata
corruptie dalam bahasa Belanda masuk ke dalam perbendaharaan Indonesia menjadi korupsi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan, dan sebagainya) untuk
keuntungan pribadi atau orang lain.
Definisi lainnya dari korupsi disampaikan World Bank pada tahun 2000, yaitu “korupsi
adalah penyalahgunaan kekuasaan publik untuk keuntungan pribadi". Definisi World Bank ini
menjadi standar internasional dalam merumuskan korupsi.Pengertian korupsi juga disampaikan
oleh Asian Development Bank (ADB), yaitu kegiatan yang melibatkan perilaku tidak pantas
dan melawan hukum dari pegawai sektor publik dan swasta untuk memperkaya diri sendiri dan
orang-orang terdekat mereka. Orang-orang ini, lanjut pengertian ADB, juga membujuk orang
lain untuk melakukan hal-hal tersebut dengan menyalahgunakan jabatan. Dari berbagai
pengertian di atas, korupsi pada dasarnya memiliki lima komponen, yaitu:
Menurut Zainal Abidin, terdapat dua jenis korupsi dilihat dari besaran uang yang dikorupsi
dan asal atau kelas para pelakunya, yaitu:
1. Bureaucratic Corruption
Korupsi yang terjadi di lingkungan birokrasi dan pelakunya para birokrat atau pegawai
rendahan. Bentuknya biasanya menerima atau meminta suap dalam jumlah yang relatif kecil
dari masyarakat. Jenis korupsi ini sering disebut petty corruption.
2. Political Corruption
Pelakunya adalah politisi di parlemen, pejabat tinggi di pemerintahan, serta penegak hukum di
dalam atau di luar pengadilan. Korupsi melibatkan uang yang relatif besar dan orang-orang
yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, dunia usaha, atau pemerintahan. Jenis korupsi
ini disebut grand corruption.
Bagi sebuah perusahaan, organisasi, atau bahkan instansi pemerintah, kasus fraud alias kecurangan
yang terjadi pada laporan keuangan memang sangat merugikan. Demi mencegah kasus semakin
menggerogoti finansial perusahaan, mempelajari apa saja penyebab terjadinya fraud bisa jadi sangat
penting dalam upaya melakukan pencegahan di awal. Hanya saja, meskipun berbagai penyebab
terjadinya fraud sudah diusahakan seminimalis mungkin tak terjadi, tetap saja aksi kecurangan
laporan keuangan terjadi. Kalau sudah begini, perusahaan hanya bisa menelan kerugian dan menuju
kebangkrutan lantaran para pelaku fraud seolah tidak tersentuh hukum dan tanpa bertanggung jawab
mengembalikan dana yang diselewengkan.
Ketika aksi penyelewengan dana itu sudah terjadi dan akhirnya terbongkar, tentu perusahaan
harus siap dengan berbagai kemungkinan terburuk terutama dalam hal keseimbangan finansial. Hanya
saja banyak kisah perusahaan terpaksa gulung tikar lantaran tak mampu bertahan dengan kondisi
keuangan yang terus memburuk. Jika sudah begini, pencegahan adalah solusi terbaik. Berikut ini
beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadinya fraud di perusahaan:
Critical Point Auditing (CPA) adalah merupakan suatu teknik dimana melalui pemeriksaan
atas catatan pembukuan, gejala suatu manipulasi dapat diidentifikasi. Cara mengidentifikasi Critical
point auditing ini yaitu, melakukan:
Analisis Tren, pengujian ini terutama dilakukan atas kewajaran pembukuan pada
rekening buku besar dan menyangkut pula pembandingannya dengan data sejenis
untuk periode sebelumnya maupun dengan data sejenis dari cabang-cabang
perusahaan.
Pengujian Khusus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan yang memiliki risiko tinggi
untuk terjadinya kecurangan. Kegiatan-kegiatan tersebut seperti:
-Pembelian, Pemeriksa tingkat kewenangan pejabat dalam melakukan pembelian dan
menyetujui faktur, lakukan uji-petik terhadap kontrak, terutama dari pemasok yang
barang-barangnya dibeli tanpa ada harga resminya,
- Penjualan dan pemasaran. Kecurangan dalam aktivitas ini biasanya dilakukan
dengan cara seolah-olah terjadi penjualan yang diikuti dengan pengiriman barang
namun tanpa pendebetan pada rekening debitur.
– Persediaan,
- Analisis hubungan.
Job Sensitivity Analysis (JSA) adalah Teknik analisis kepekaan pekerjaan (job sensitivity
analysis) didasarkan pada suatu asumsi. Dengan kata lain, teknik ini merupakan analisis dengan risiko
kecurangan dari sudut “pelaku potensial”, sehingga pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya
kecurangan dapat dilakukan misalnya dengan memperketat pengendalian intern pada intern pada
posisi-posisi yang rawan kecurangan.
Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif
terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud
Examinations (ACFE-2000), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam
pencegahan dan pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok
sebagai berikut :
(a) Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud), Kecurangan Laporan Keuangan
dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji
material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat
financial atau kecurangan non financial.
(b) Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation), Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam
‘Kecurangan Kas’ dan ‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-
pengeluaran biaya secara curang (fraudulent disbursement).
(c) Korupsi (Corruption), Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,
bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi
terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal
(illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).
Pelaku Kecurangan
1) First time offenders merupakan pelaku tanpa latar belakang criminal, pelaku memiliki
tekanan penghasilan maka mencari kelemahan pengendalian internal untuk melakukan
kecurangan.
(2) Repeat offenders adalah seorang yang melakukan kecurangan lebih dari dua kali factor
kesempatan yang menjadi pemicunya.
(3) Organized crime groups adalah kelompok kecurangan professional, bisa juga secara
individu seperti penyuapan, pemerasan dan lain-lain.
(4) internally communitted for the perceived benefit of the corporation adalah pelaku
kecurangan biasanya pegawai yang percaya bahwa tindakan kecurangan yang dilakukan
adalah untuk kebaikan organisasi/perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://aclc.kpk.go.id/action-information/lorem-ipsum/20220411-null