Beberapa tahun belakangan, Indonesia di marakkan dengan beberapa
kasus yang menarik perhatian dari masyarakat. Salah satu kasus yang menjadi banyak perbincangan dari masyarakat hingga kini yaitu mengenai masalah kasus korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum pejabat Negara. Sehingga tulisan ini dibuat untuk membahas keterkaitan dengan kasus tersebut, yaitu kecurangan yang dilakukan di dalam organisasi, dalam lingkup audit. Mulai dari pengertian, penyebab, jenis, cara mengatasi, serta beberapa kasus kecurangan pada di beberapa Negara. Sebelum membahas mengenai pengertian Audit kecurangan atau Audit fraud, maka akan dibahas secara detail mengenai pengertian audit serta pengertian fraud atau kecurangan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian audit fraud. Audit adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh orang yang memiliki sikap independensi terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen di lengkapi dengan catatan pembukuan dan bukti pendukung yang dilakukan secara sistematis dan kritis, tujuan dilakukannya audit yaitu untuk memberikan opini mengenai kewajaran laporan keuangan yang di sajikan oleh manajemen. (Sukrisno Agoes, 2004). Fraud atau dalam artian bahasa Indonesia yaitu kecurangan. Jika kita maknai dalam kehidupan sehari-hari mengenai istilah fraud yaitu mengenai pencurian, pemerasan, penggelapan, pemalsuan dan penyalahgunaan. Sehingga fraud atau kecurangan dapat dilakukan oleh siapapaun tanpa terkecuali. Baik dari seseorang yang memiliki jabatan yang paling tinggi di dalam sebuah organisasi maupun seseorang yang memiliki jabatan yang paing rendah di dalam sebuah organisasi. Di dalam kecurangan tersebut biasanya muncul 2 tipe kesalahan yaitu, kekeliruan dan ketidakberesan. Kekeliruan mengacu pada tindak pelaku terhadap kecurangan, seperti manajemen maupun karyawan yang disebabkan karena suatu kesalahan. Sedangkan ketidakberesan yaitu kesalahan yang timbul akibat suatu unsur kesengajaan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dalam suatu organisasi untuk mendapatkan keuntungan. Kecurangan atau fraud merupakan tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dimana dia telah melanggar hukum, dan menyebabkan kerugian kepada berbagai pihak. Menurut Dr. Cris Kuntadi, SE, MM, CA, CPA, QIA, FCMA, CGMA, Ak. sebagai seorang Inspektur Jendral Kementrian Perhubungan dalam seminarnya yang bertajuk FRAUD: Modus, Pencegahan, dan Pengendalian di UMM Dome Malang, beliau menyampaikan bahwa Fraud sendiri dapat disebabkan oleh dorongan atas tiga hal, yang digambarkan melalui Fraud Triangle (Pendorong Kecurangan), yaitu kesempatan, tekanan, dan rasionalisasi. Penyebab yang pertama yaitu karena adanya kesempatan. Unsur kesempatan ini sesungguhnya timbul bukan dari dalam individu, melainkan luar individu yakni organisasi itu sendiri yang menjadi korban atas tindakan kecurangan. Hal ini di sebabkan karena kurangnya pengendalian yang memadai di dalam organisasi itu sendiri. Sehingga kesempatan dapat muncul kapanpun ketika pelaku merasa akan mendapatkan keuntungan saat pengendalian dari organisasi sedang lemah.Penyebab selanjutnya yaitu tekanan. Jika kesempatan berasal dari luar individu, maka tekanan berasal di dalam individu itu sendiri. Dalam unsure tekanan, biasaya erat kaitannya dengan faktor ekonomi yang dialami oleh pelaku tindak kecurangan. Dimana, tekanan tersebut terasa berat baginya sehingga pelaku berani untuk melakukan kecurangan tersebut untuk memperoleh sebuah keuntungan. Hal tersebut bisa saja terjadi akibat kurangnya nya pendapatan yang diperoleh dari hasil kerjanyan dari sebuah perusahaan atau organisasi, atau bisa pula karena gaya hidup dari pelaku tindak kecurangan itu sendiri yang mengarah pada perilaku hedonisme. Penyebab yang terahir yatiu unsur rasionalisasi. Rasionalisasi ini berasal dari dalam individu itu sendiri. Dimana, pelau tindak kecurangan perlu melakukan kecurangan tersebut dan ia memiliki motif yang kuat atas tindakan yang dilakukan. Dimana ia dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan kejahatan yang sama seperti yang ia lakukan atau bekerja sama dalam melakukan kejahatan tersebut. Dr. Cris Kuntadi juga menjelaskan mengenai jenis-jenis kecurangan yang dapat timbul di dalam sebuah organisais. Pertama yaitu Fraudulent Statement yaitu pernyataan kecurangan yang bisa saja dilakukan oleh manajer dari suatu organisasi untuk memperoleh suatu manfaat bagi dirinya maupun bagi organisasi itu sendiri. Contohnya yaitu menyajikan laporan keuangan dengan hasil yang bukan sesungguhnya. Hal tersebut bisa saja dilakukan dengan maksud untuk menutupi kerugian yang ada sehingga atas tindakan yang dilakukan tersebut dapat dinilai bahwa kinerja manajemen tersebut memiliki kinerja yang baik. Di dalam jenis ini, kecurangan yang dapat dilakukan yaitu Timing differences, Fiction revenues, Canceled liabilities dan Expenses, dan Improrer disclosure & asset valuation. Jenis kecurangan yang kedua yaitu Asset Misappropriation penyalahgunaan asset. Yakni tindakan kecurangan yang dilakukan oleh oknum- oknum tertentu, dimana ia melakukan tindakan kecurangan yang berkaitan dengan asset yang dimiliki oleh suatu organisasi. Kecurangan yang dilakukan yaitu Cash Fraud (Mencuri uang, lapping,kiting), yang berkaitan dengan kas/dana organisasi dengan cara mencuri, melakukan pengelapan serta penyalahgunaan penerimaan dana kas organisasi. Serta Fraud of inventory and all other assets, yaitu kecurangan yang dilaukan dengan persediaan organisasi sebagai objek dari tindak kecurangan tersebut. Sedangkan jenis kecurangan yang terahir yaitu Corruption. Menurut UU No. 31 Tahun 1999, korupsi yaitu suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang, dimana tindakan tersebut dikategorikan melawan hukum, dengan cara menguntungkan dan memperkaya bagi dirinya sendiri maupun orang lain maupun korporasi, serta menyalahgunakan kewenangannya maupun kesempatan atau sarana yang ada pada karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara. Kebanyakan kasus tindakan korupsi yang sering terjadi, yaitu tindak korupsi yang dilakukan oleh berbagai pihak dimana pihak tersebut saling bekerja sama agar pihak tersebut sama-sama dapat menerima keuntungan. Dalam jenis kecurangan ini, kaitannya yaitu dengan, penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (Conflict of Interest), Penyuapan (Bribery), Gratifikasi yang illegal (Illegal Gratuity), dan yang terakhir yaitu Pemerasan (Economic Extortion). Konflik kepentingan yaitu dimana pihak-pihak yang berpengaruh di dalam suatu organisasi bisa jadi manajer atau eksekutif dari suatu organisasi, dimana mereka memiliki kepentingan eknomi atau pribadi secara diam-diam di dalam suatu transaski yang tentunya transaksi tersebut bertentangan dari organisasi itu sendiri. Penyuapan yaitu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dengan cara memberikan sesuatu yang memilik nilai, dimana penyuapan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi orang yang disuap, terkait dengan keputusan yang harus dibuat oleh pihak yang menerima suap tersebut. Dimana orang yang di suap tersebut biasanya memiliki hubungan dari suatu organisasi atau merupakan internal person dari organisasi tersebut. Sedangkan gratifikasi yang illegal hampir memiliki kesamaan penegertian dengan penyuapan. Dimana, mereka sama-sama memberikan sesuatu yang bernilai, hanya saja grativikasi lebih mengarah kepada memberikan sesuatu yang bernilai sebagai imbalan karena telah membuat keputusan yang mana dibuatnya keputusan tersebut memberikan manfaat kepada orang yang memberikan sesuatu yang bernilai. Berkebalikan dengan penyuapan, dimana pihak eksternal organisasi berusaha untuk memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak internal dari organisasi terkait dengan keputusan yang dibuat, maka di dalam pemerasan, yang menjadi pelaku tindak kecurangan yaitu pihak internal organisasi, dimana ia meminta sesuatu yang bernilai kepada pihak eksternal organisasi, dengan maksud untuk membantu kegiatan dari pihak eksternal yang ada di dalam organisasi. Di dalam seminarnya juga yang dilaksanakan pada hari Minggu, 6 Mei 2016, Dr. Cris Kuntadi juga menjelaskan bagaimana cara mendeteksi atau mencegah terjadinya suatu kecurangan di dalam suatu organisasi. Beliau memperkenalkan kepada para mahasisa-mahasiswi UMM mengenai sistem yang telah di buatnya. Yaitu Si Kencur. Mengapa dinamakan si Kencur? Menurut Dr. Cris Kuntadi filosofi dari kencur yaitu dimana kencur sendiri merupakan salah satu dari bumbu rempah-rempah di Negara kita, yang memiliki banyak manfaat. Dimana kencur dapat memberikan manfaat sebagai obat dalam maupun obat luar bagi manusia. Obat dalam ketika mengkonsumsi kencur tersebut dalam bentuk jamu yaitu untuk mengatasi penyakit yang ada di dalam tubuh, seperti sebagai obat masuk angin, obat batuk dll. Sedangkan sebagai obat luar yaitu, dimana kencur ini dapat digunakan sebagai obat penyembuh di luar tubuh kita, misalnya saja sebagai obat luka bekas jatuh maupun akibat keseleo yang terjadi pada tubuh kita, yang di lakukan dengan cara menumbuk halus kencur tersebut dan menempatkan hasil tumbukan kencur tersebut kepada di tempat terjadinya luka. Melihat bahwa kencur memiliki berbagai manfaat kepada penggunanya, maka penerbitan kencur di dalam mencegah terjadinya kecurangan itu sendiri diharapkan juga memberikan berbagai manfaat bagi penggunanya. Si Kencur sendiri merupakan singkatan dari Sistem Kendali Kecurangan (Fraud Control System) yang merupakan suatu kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh suatu pimpinan atau manajer suatu organisasi dengan maksud untuk mencegah, mendeteksi serta menindak kecurangan yang ada untuk memperkuat atas tujuan pengendalian internal dalam suatu organisasi. Ketika tujuan atas pengendalian internal dalam suatu organisasi dapat dicapai, maka hal tersebut dapat menyelamatkan asset dari organisasi tersebut. Sehingga, kerugian yang dapat terjadi dapat di minimalisir dengan menggunakan Si Kencur ini. Dr. Cris Kuntadi juga menjelaskan bahwa praktik Si Kencur ini dapat di laksanakan di organisasi manapun. Fungsi dari Si Kencur yaitu sebagai Pendeteksi, Pencegahan, Pelaporan serta Penangan atas tindakan kecurangan yang dilakukan di dalam suatu organisasi. Setelah menerapkan kegiatan Si Kencur, suatu organisasi dapat mengemat anggaran, sehingga organisasi dapat menyimpan dana tersebut untuk kebutuhan yang lain. Selain Dr. Cris Kuntadi sebagai pembicara pada seminar pada saat itu, juga terdapat pembicara wanita yaitu Ersa Tri Wahyuni, PhD., CA., CPMA., CPSAK., CPA., AK dimana pada kesempatan seminar Audit Fraud tersebut, beliau lebih membahas malasah kasus, teknik serta pencegahannya dari suatu perusahaan di Negara asing. Mengapa kasus-kasus di Negara asing yang dibahas, hal itu dikarenakan bahwa menurut beliau kasus-kasus yang ada di Indonesia memang banyak, namun tidak banyak diangkat di kalangan umum. Beberapa kasus antara lain: 1. Kasus yang terjadi pada Perusahaan Sunbeam tahun 1997, yang mana menyebabkan sekitar $4.4 miliar serta harga saham menurun. Teknik fraud yang dilakukan yaitu Bill and Hold serta Big Bath Accounting. Big Bath Accounting merupakan produktivitas alat manajemen (earning managemen tool) yang dilakukan ketika ada perubahan pada posisi CEO baru. Dimana pihak tersebut akan akan membersihkan asset-aset perusahaan, sehingga di tahun berikutnya akan menunjukkan hasil performa yang baik. 2. Kasus yang terjadi pada perusahaan Enron (Enron Scandal) tahun 2001 Perusahaan Enron merupakan bisnis jual beli listrik. Dimana sebelum bangkrut, perusahan ini merupakan perushaan yang besar dengan saham yang bagus. Pelakunya yaitu dilaukan oleh CEO perusahaan yang di dukung oleh akuntannya untuk melakukan kecurangan tersebut. Teknik yang dilakukan yaitu dengan menjual piutang dagang perusahaan yang dinilai buruk ke perusahaan buatan yang di buat oleh pelaku tindak kecurangan. Akhirnya tindakan mereka di ketahui pihak internal perusahaan (internal whistleblower) akibat kecurigaannya kepada harga saham yang tinggi. 3. Kasus yang terjadi pada Perusahaan Worldcom (Worldcom Scandal) Tahun 2002. Pelaku pada perusahaan ini yaitu pihak CEO dengan melakukan teknik biaya yang dibebankan, namun dikapitalisasi menjadi asset, dan meningkatkan pendapatan dengan entri akuntansi yang palsu. Pelaku tertangkap setelah internal auditing menemukan kecurangan sebesar $3,8 milliar. Sehingga dilakukan pemecatan terhadap CEO, pengunduran diri oleh pihak controller dan perusahaan menyatakan bangkrut. 4. Kasus yang terjadi pada perusahaan Lehman Brothers (Lehman Brothers Scandal) tahun 2008. Dilakukan oleh pihak eksekutif perusahaan lehman dan perusahaan auditor. Teknik yang dilakukan yaitu memperlihatkan asset yang seolah-olah terlihat baik, padahal asset yang buruk di jual kepada pihak bank dengan perjanjian bahwa Lehman akan membeli kembali asset tersebut, namun nyatanya tidak demikian. Kecurangan diketahu ketika perusahaan sudah mengalami kebangkrutan. Serta perusahaan ini tercatat sebagai perusaahan dengan tingkat kebangkrutan yang tinggi di Negara Amerika.
Akibat dari beberapa kasus diatas yaitu menyebabkan kebijakan serta
standar akuntansi dirubah. Selain itu tantangan bagi akuntan di masa yang akan datang yaitu, pertama dimana teknik akuntansi atas fraud lebih susah untuk dideteksi, kedua mengenai transfer pricing, ketiga mengenai the digital money, serta semakin kompleksnya bisnis kontrak.