Anda di halaman 1dari 45

Fraud

IMSAN MUHAIMIN, SE Ak, M.Ak


Chartered Accountant
CPA, CACP, Asean-CPA

Dipergunakan untuk kalangan terbatas pada PPL Profesi - Makassar


Perspektif Hukum tentang Fraud
Pada Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat beberapa pasal yang
mencakup pengertian fraud yaitu :
 Pasal 362 : Pencurian (definisi KUHP : "mengambil barang sesuatu yang seluruhnya
atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan
hukum").
 Pasal 368 : Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP : " dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa
seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain,
atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang");
 Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP : "dengan sengaja melawan hukum memiliki
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi
yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan").
Perspektif Hukum …
 Pasal 378 : Perbuatan curang (definisi KUHP : " dengan maksud menguntungkan
diri sendiri atau orang lain, secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu,
atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan,
menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya
memberi utang maupun menghapuskan piutang").;
 Pasal 396 : Merugikan pemberi utang dalam keadaan pailit.
 Pasal 406 : Menghancurkan atau merusakan barang (definisi KUHP : "dengan
sengaja atau melawan hukum menghancurkan, merusakan, membikin tak dapat
dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik
orang lain");
 Pasal 209, 210, 387, 388, 415, 417, 418, 419, 420, 423, 425 dan 435 yang secara
khusus diatur dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (Undang-Undang nomor 31 tahun 1999).
Unsur Fraud :
 Surat Edaran Bank Indonesia nomor 13/28/DPNP 09 Des 2011, “Penerapan Strategi Anti
Fraud bagi Bank Umum disebutkan : “Fraud adalah tindakan penyimpangan atau
pembiaran yang sengaja dilakukan untuk mengelabui, menipu, atau memanipulasi bank,
nasabah, atau pihak lain, yang terjadi di lingkungan Bank dan/atau menggunakan sarana
bank sehingga mengakibatkan bank, nasabah atau pihak lain menderita kerugian dan/atau
pelaku Fraud memperoleh keuntungan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dikatakan sebagai fraud apabila memenuhi empat unsur yaitu :
 Adanya PENYIMPANGAN atau PEMBIARAN terhadap standar/prosedur/kode etik internal
perusahaan termasuk pelanggaran hukum pidana dan UU perbankan.
 Adanya KESENGAJAAN dalam melakukan penyimpangan atau pembiaran atau
pelanggaran.
 Mengakibatkan KERUGIAN secara langsung maupun tidak langsung
 MENGUNTUNGKAN pelaku baik secara langsung maupun tidak langsung
Statistik Fraud
Berdasarkan data statistik kecurangan Fraud menurut Association of
Certified Fraud Examiner tahun 1994 kerugian bisnis atau
perusahaan akibat fraud diantaranya :
 0.5% sampai dengan 2 % kerugian dari penjualan terjadi
karena kecurangan dan ketidakjujuran karyawan.
 1/3 dari kegagalan usaha (business Failure) karena kecurangan
internal.
 Hanya 30 % kerugian usaha eceran yang berasal dari pencurian
toko (Shop Lifter) sedangkan 70% nya dicuri oleh karyawan.
Latar belakang Fraud
Fraud biasanya terjadi karena terpenuhinya empat komposisi fraud yaitu :
 Plan : adanya rencana atau niat
 Capability : adanya kemampuan dari pelaku untuk melakukan fraud
 Chance : adanya kesempatan
 Tools : adanya peralatan yang membantu pelaku dalam melakukan
fraud
dari komponen tersebut yang paling mungkin diminimalisir adalah
komponen "Chance atau kesempatan" kontrol internal yang baik adalah
salah satu cara mencegah terjadinya suatu fraud.
Latar belakang Fraud…
Faktor yang melatarbelakangi fraud bukan hanya karena adanya niat dari
pelaku namun juga motif pelaku bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang
lain diantaranya :
 Motif keuntungan pribadi, perusahaan atau kelompok.
 Adanya kontrol yang lemah yang memberikan kesempatan dengan cara
terlalu percaya pada staff/rekan kerja, menggangmpangkan proses atau
tidak perduli terhadap pelanggaran prosedur internal perusahaan
 Tidak puas terhadap perorangan/business
 Adanya kebutuhan mendesak dari pelaku
 Lifestyle dan kebanggaan diri yang berlebihan.
Motif pelaku dalam melakukan fraud
Fraud Triangle
 Perceived Opportunity : Adanya kesempatan yang diakibatkan oleh
pembiaran atau lemahnya kontrol internal, ini bisa menyebabkan seorang
pelaku atau karyawan dari yang awal tidak memiliki niat menjadi
melakukan fraud.
 Pressure atau tekanan : Tekanan bisa muncul karena faktor individu
seperti lifestyle, kebutuhan mendesak karena keluarga sakit atau karena
tekanan dari perusahaan seperti pencapaian target dll
 Rationalization atau pembenaran : motif ini biasanya muncul
dibarengi dengan alasan bahwa tindakan yang dilakukan adalah untuk
kepentingan perusahaan, adanya kebiasaan dari karyawan yang lain terutama
atasan atau yang lebih senior sehingga pelaku mengambil contoh dari
kebiasaan tersebut karena menganggap sebagai hal yang biasa terjadi
Tipe Pelaku Fraud
Menurut sistem hukum amerika (Fraud Examiners Manual, LAW, Pager 2.201-208) pelaku
fraud memiliki type sebagai berikut :
1. Misrepresntation of Material facts (menyajikan fakta-fakta yang tidak benar) dengan
unsur-unsurnya adalah :
 Pernyataan Salah Material;
 Pengetahuan tentang pemalsuan
 Mengandalkan pernyataan palsu dari korban
 kerusakan yang diderita
2. Concealment of material facts (penyembunyian fakta) tindakan ini mengandung unsur :
 Bahwa terdakwa memiliki pengetahuan tentang fakta material;
 Bahwa terdakwa memiliki tugas untuk mengungkapkan dan gagal melakukannya;
 Dengan maksud untuk menyesatkan atau menipu pihak lain.
Pelaku Fraud …

3. Bribery (penyuapan): tidak hanya terhadap pejabat publik


juga dalam bidang komersial. unsur-unsurnya meliputi :
 Memberi atau menerima
 Suatu hal yang bernilai
 pengaruh
Pelaku Fraud …

Juga masuk dalam kategori penyuapan adalah :


 Ilegal Gratuity atau pemberian/komisi yang ilegal kepada pejabat publik
dengan jumlah yang lebih kecil, unsur-unsurnya hanya berbeda pada point
tiga dengan bribery yaitu "for or because of"
 Commercial Bribery, perbedaan unsurnya dengan bribery terletak pada
point 4 yaitu "A Business decision" dan tambahan satu unsur " Without the
knowledge or consent of the principal"
4. Conflict of interest atau konflik kepentingan : tindakan ini dapat dikenakan
tuntutan pidana maupun perdata.
Pelaku Fraud …
5. Extortion (Pemerasan) sesuai isi pasal 368 seperti yang dibahas
diatas.
6. Theft Of Money or property atau mencuri uang atau properti:
istilah "theft" digunakan untuk menjelaskan suatu bidang yang
terkait fraud terbatas pada penggelapan (embezzlement),
Pencurian (larceny), & Penyalahgunaan informasi perdaganan
(misappropriation of trade secret & proprietary information)
7. Theft of trade secrets or intellectual property (mencuri rahasia
dagang atau kekayaan intelektual)
AUDIT KECURANGAN

Muhaimin
SE Ak, M. Ak, CA, CPA, CACP
PENGERTIAN

Kecurangan harus dibedakan dengan kesalahan:


 Kesalahan (error)  suatu tindakan yang tidak disengaja
yang dapat terjadi dalam setiap tahap pengelolaan
transaksi
 Kecurangan (fraud) adalah tindakan/ kesalahan yang
disengaja
PENGERTIAN ERROR, COLLUSION, dan FRAUD
BENTUK KESALAHAN
1. Intentional Error  Kesalahan yang disengaja, tujuannya untuk keuntungan
diri sendiri
 Bentuk :
o Window Dressing  merekayasa laporan keuangan supaya terlihat lebih
baik
o Check Kitting  saldo rekening bank ditampilkan lebih besar sehingga
current ratio terlihat lebih baik

2. Unintentional Error  Kesalahan yang tidak disengaja (kesalahan manusiawi)


 Bentuk :
o salah menjumlah
o salah menerapkan PSAK karena ketidaktahuan
PENGERTIAN ERROR, COLLUSION, dan FRAUD

1. Collusion
 Kecurangan yang dilakukan oleh lebih dari 1 orang
(kerjasama), sulit dideteksi (walaupun pengendalian
internal cukup baik), tujuannya menguntungkan orang-
orang tsb.
 Pencegahan  Tidak boleh ada hubungan keluarga
dalam
perusahaan
 Bentuk  kolusi antara bagian pembelian, gudang,
keuangan dan supplier
PENGERTIAN ERROR, COLLUSION, dan FRAUD

2. Fraud
 Intentional misrepresentation
 Negligent misrepresentation
 False promises
 Employee fraud
 Management fraud
 Organized crime
 Computer crime
 White coller crime
PENYEBAB KECURANGAN
1. Kelemahan pengendalian intern
2. Konflik kepentingan dari pejabat perusahaan
3. Tidak mempunyai kebijakan tertulis mengenai “fair dealing”
4. Pegawai dan pejabat yang tidak jujur
5. Ketidaktegasan sangsi yang diberikan
6. Terlalu yakin dengan orang kepercayaan
7. Target yang berat dari top management
8. Bonus yang didasarkan performance
9. Ambisi terlalu besar dari manajer
PERAN INTERNAL AUDITOR dalam
INVESTIGASI KECURANGAN
o Melakukan pemeriksaan intern dengan kemahiran
jabatannya
o Memperhatikan kemungkinan terjadinya kecurangan,
kesalahan, manipulasi, inefesiensi, pemborosan,
ketidakefektifan dan conflict of interest
o Ditemukannya indikasi kecurangan  auditor
memberitahukan top management dan melakukan
investigasi
o Manajemen membentuk tim (internal auditor, lawyer,
investigator, security dan spesialis)
INVESTIGASI KECURANGAN menurut
KENNISH (1986)
o Perlindungan bagi yang tidak bersalah, kumpulkan fakta, pecahkan
persoalan, suasana tenang
o Amankan lingkungan untuk menghentikan kerugian
o Tentukan elemen penting kecurangan
o Identifikasi, kumpulkan dan amankan bukti
o Identifikasi dan wawancara/interview saksi
o Identifikasi pola dan sifat kecurangan
o Tentukan motivasi kejadian dan siapkan fakta yang akurat dan objektif
o Hitung kerugian yang terjadi dan identifikasi kelemahan
o Minta bantuan polisi
PENCEGAHAN TERJADINYA
KECURANGAN

7. Hak cuti bagi pegawai


1. Tingkatkan pengendalian 8. Pembinaan rohani
internal perusahaan 9. Contoh yang baik dari
2. Seleksi pegawai yang ketat manajemen
3. Tingkatkan keandalan IAD 10. Sangsi yang tegas
4. System reward yang baik 11. Iklim transparansi dalam
5. Sense of belonging, perusahaan
6. Rotation of duties 12. Kebijakan tertulis (fair
dealing)
Auditor tertarik pada pencegahan, deteksi
dan pengungkapan kesalahan dengan alasan
1. Eksistensi kesalahan dapat menunjukkan bahwa
catatan akuntansi kliennya tidak dapat dipercaya
2. Apabila pengujian ketaatan (compliance test)
menunjukkan sejumlah kesalahan, auditor tidak dapat
mempercayai pengendalian intern
3. Apabila kesalahan cukup material, dapat
mempengaruhi kebenaran (truth), dan kewajaran
(fairness) atas laporan keuangan.
Contoh kecurangan yang digunakan untuk
berbagai perbuatan dosa

1. Kecurangan dengan cara penipuan untuk mendapatkan


keuntungan keuangan yang ilegal
2. Pernyataan salah yang disengaja dalam penghilangan
jumlah atau pengungkapan dari catatan akuntansi atau
laporan keuangan
3. Pencurian (theft)
PENYEBAB TERJADINYA KECURANGAN
 PENYEBAB UMUM
 Penyembunyian (concealment)
 Kesempatan/peluang
 Motivasi
 Daya tarik
 Keberhasilan
 PENYEBAB SEKUNDER
 Pengendalian yang lemah
 Hubungan antara pemberi kerja dengan pekerja jelek
 Balas dendam (revenge)
 Tantangan (challenge)
PETUNJUK YANG MENGUNGKAP
KETIDAKBERESAN
 Modal kerja yang tidak  Ratio finansial menurun
cukup  Benturan kepentingan
 Perputaran yang cepat dalam
 Penurunan kinerja
posisi keuangan
 Kesulitan penagihan
 Biaya perjalanan yang
berlebihan  Laporan terlambat

 Pemindahan dana antar divisi  Pengendalian manajemen oleh


atau afiliasi sedikit orang, dsb
 Perubahan auditor luar
 Biaya konsultan yang
berlebihan
KARAKTERISTIK PRIBADI
Beberapa prilaku pribadi yang memerlukan pengamatan
ketat:
 Hutang  Hubungan yang dekat
pribadi/kerugian dengan pelanggan
keuangan yang besar  Kerja lembur yang
 Biaya hidup mahal
berlebihan
 Cuti yang berlebihan
 Perjudian
 Dibayar tidak sebanding
 Investasi yang besar dengan tanggungjawabnya,
 Masalah pribadi dsb
PRAKTIK KECURANGAN YANG UMUM

 Tidak mencatat pendapatan


 Menyembunyikan penagihan piutang
 Pencurian material
 Pengalihan sekuritas
 Pemalsuan dokumen pengeluaran
 Penyalahgunaan dana kas kecil
KECURANGAN dan TANGGUNGJAWAB
AUDITOR

 DALAM MENCEGAH KECURANGAN


Merupakan tanggungjawab manajemen, auditor intern hanya
bertanggungjawab menguji dan menilai kecukupan dan
efektifitas tindakan manajemen
 DETEKSI DAN PENEMUAN KECURANGAN
Auditor intern harus mempunyai pengetahuan yang cukup
tentang kecurangan dan dapat mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya kecurangan
TANGGUNG JAWAB AUDITOR INTERN DALAM
AREA PENGENDALIAN KECURANGAN

1. Dalam penelaahan sistem, membantu menilai sejauh mana


pencegahan dan penemuan kecurangan dipertimbangkan dengan
wajar
2. Berjaga-jaga terhadap kemungkinan kecurangan dalam penelaahan
aktivitas operasional dan penilaian konstruktif atas kemempuan
manajerial
3. Membantu pihak lain yang diberi tanggungjawab penyelidikan
kecurangan aktual
4. Melaksanakan penugasan khusus yang berhubungan dengan
kecurangan, bila diminta
PERTANGGUNG JAWABAN AUDITOR EKSTERN

 Audit umum (general audit) yang dilakukan untuk memberikan


opini/pendapat atas laporan keuangan, tidak didesain untuk
mengungkapkan ketidakberesan.
 Tanggungjawab auditor ekstern untuk kegagalan mendeteksi kecurangan
timbul hanya apabila tidak mentaati standar auditing yang berlaku umum
 Berdasarkan Statement on Auditing Standards (SAS) no 16 menyatakan:
“Auditor independen mempunyai tanggungjawab dengan
keterbatasan yang melekat pada proses auditing, untuk merencanakan
pengujian dan mencari kesalahan/ ketidakberesan yang berpengaruh
secara material atas laporan keuangan dan melakukan kemahiran
profesional secara cermat dan seksama.”
RISIKO KECURANGAN
(FRAUD)
KECURANGAN (FRAUD)
TUJUAN AUDIT ADALAH MEMASTIKAN BAHWA LAPORAN
KEUANGAN BEBAS DARI SALAH SAJI MATERIAL, BAIK KARENA
KESALAHAN YANG TIDAK DISENGAJA (ERROR) MAUPUN
KARENA KESALAHAN YANG DISENGAJA (FRAUD).

FRAUD DAPAT DILAKUKAN DALAM DUA BENTUK, YAITU:


1. MENYAJIKAN LAPORAN KEUANGAN YANG MENYESATKAN
(FRAUDULENT FINANCIAL REPORTING), DENGAN CARA
MEMANIPULASI PELAPORAN ASET, PENDAPATAN, DAN
BEBAN.
2. PENYALAHGUNAAN ASSETS (MISAPPROPRIATION OF
ASSETS).
FAKTOR PEMICU FRAUD
FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PRAKTIK CURANG
(FRAUD) ADALAH:
1. MENGUNTUNGKAN/TEKANAN (INSENTIVES/PRESSURES),
CURANG DILAKUKAN KARENA MENGUNTUNGKAN ATAU
BISA JUGA KARENA TEKANAN.
2. PELUANG (OPPORTUNITIES), CURANG DILAKUKAN
KARENA TERBUKA KESEMPATAN UNTUK BERBUAT
CURANG.
3. MENTALITAS/RASIONALISASI, CURANG DILAKUKAN
KARENA FAKTOR MENTALITAS ATAU PEMBENARAN ATAS
TINDAKAN YANG SALAH.
ASESMEN FRAUD
POTENSI RISIKO FRAUD DIUKUR MELALUI:
1. MENERAPKAN PRINSIP SKEPTISME PROFESIONAL
(PROFESSIONAL SKEPTICISM) ATAU SIKAP SELALU
MEMPERTANYAKAN (QUESTIONING MIND).
2. MELAKUKAN EVALUASI KRITIS TERHADAP BUKTI
AUDIT.
SUMBER INFORMASI ASESMEN RISIKO FRAUD:
1. HASIL DISKUSI DENGAN TIM AUDIT
2. HASIL WAWANCARA DENGAN MANAJEMEN
ASESMEN FRAUD…
3. HASIL IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PEMICU
FRAUD.
4. HASIL UJI ANALITIS TERHADAP DATA DAN INFORMASI
YANG TERSEDIA.
5. SUMBER INFORMASI LAIN.

AUDITOR HARUS MENDOKUMENTASIKAN PROSEDUR,


DATA, DAN INFORMASI YANG DIGUNAKAN UNTUK
MELAKUKAN ASESMEN TERHADAP POTENSI FRAUD.
ASESMEN FRAUD
AICPA MEMBERIKAN TIGA PEDOMAN UNTUK MENCEGAH DAN
MENDETEKSI FRAUD:
1. MENGEMBANGKAN BUDAYA KEJUJURAN DAN ETIKA YANG
TINGGI.
2. MANAJEMEN BERTANGGUNGJAWAB DALAM MENGEVALUASI
RISIKO KECURANGAN.
3. PEMANTAUAN OLEH KOMITE AUDIT.
BUDAYA KEJUJURAN DAN ETIKA DIKEMBANGKAN MELALUI:
1. CONTOH PERILAKU DARI TOP MENAJEMEN.
2. MENCIPTAKAN LINGKUNGAN KERJA YANG POSITIF.
3. MEREKRUT DAN MEMPROMOSIKAN SDM SECARA TEPAT.
ASESMEN FRAUD
4. PELATIHAN, UNTUK MEMAHAMKAN EKSPEKTASI MANAJEMEN.
5. KONFIRMASI, KONFIRMASI DARI SDM TENTANG
PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB MASALAH KEJUJURAN DAN
ETIKA.
6. PENANAMAN DISIPLIN

TANGGUNGJAWAB MANAJEMEN TERHADAP RISIKO FRAUD


1. MENGIDENTIFIKASI DAN MENGUKUR POTENSI FRAUD.
2. MENCEGAH RISIKO FRAUD.
3. MEMONITOR PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN
FRAUD.
ASESMEN FRAUD…
PENGAWASAN FRAUD OLEH KOMITE AUDIT,
MENCAKUP:
1. PELAPORAN LANGSUNG KE KOMITE AUDIT ATAS
TEMUAN PENTING DALAM INTERNAL AUDIT.
2. LAPORAN PERIODIK OLEH DIVISI ETIKA TENTANG
WHISTLEBLOWING, YAITU “PELUIT” UNTUK FRAUD.
3. LAPORAN LAIN TENTANG PELANGGARAN ETIKA
ATAU TERSANGKA FRAUD.
RESPON ATAS RISIKO FRAUD
RESPON AUDITOR ATAS RISIKO FRAUD
MENCAKUP:
1. PERUBAHAN KESELURUHAN PROSEDUR AUDIT.
2. PERANCANGAN DAN PENERAPAN PROSEDUR AUDIT UNTUK
MENDETEKSI RISIKO FRAUD.
3. PERANCANGAN DAN PENERAPAN PROSEDUR AUDIT UNTUK
MENDETEKSI PELANGGARAN PROSEDUR PENGENDALIAN OLEH
MANAJEMEN, YANG MENCAKUP:
 PEMERIKSAAN JURNAL DAN PENYESUAIAN SEBAGAI BUKTI
POTENSI SALAH SAJI KARENA FRAUD.
 EVALUASI TERHADAP TRANSAKSI TIDAK LAZIM YANG SIGNIFIKAN.
RESPON ATAS RISIKO FRAUD

AREA KHUSUS RISIKO FRAUD


1. RISIKO PELAPORAN PENDAPATAN YANG MENYESATKAN,
YANG BISA MENCAKUP:
a. PELAPORAN PENDAPATAN FIKTIF.
b. MEMPERCEPAT PELAPORAN PENDAPATAN, DENGAN
MENGGESER KE DEPAN PISAH BATAS TRANSAKSI.
c. MANIPULASI PENYESUAIAN PENDAPATAN.
RESPON ATAS RISIKO FRAUD
2. SINYAL FRAUD PADA PENDAPATAN
a. DARI PROSEDUR ANALITIS, ADANYA PERSENTASE
LABA KOTOR (GROSS MARGIN) DAN PERPUTARAN
PIUTANG YANG MENYIMPANG JAUH DARI DATA
PEMBANDING.
b. KETIDAKLENGKAPAN DOKUMEN (DOCUMENTARY
DISCREPANCIES).
c. PENYALAHGUNAAN PENERIMAAN KAS DARI
PENDAPATAN.
d. PENYIMPANGAN PENCATATAN PENJUALAN.
RESPON ATAS RISIKO FRAUD
3. AREA FRAUD YANG LAIN:
 RISIKO FRAUD PADA PERSEDIAAN, MISALNYA
PELAPORAN PERSEDIAAN FIKTIF, TERUTAMA PADA
SAAT PERSEDIAAN DISIMPAN DI GUDANG YANG
LOKASINYA TERSEBAR.
 RISIKO FRAUD PADA PEMBELIAN DAN UTANG
DAGANG.
 RISIKO FRAUD PADA ASET TETAP.
 RISIKO FRAUD PADA PENGGAJIAN.
RESPON ATAS RISIKO FRAUD
TANGGUNGJAWAB PADA SAAT DITEMUKAN DUGAAN PELAKU
FRAUD:
1. MELAKUKAN WAWANCARA KRITIS DAN ANALITIS, YANG
MENCAKUP:
 WAWANCARA INFORMASI (INFORMATIONAL INQUIRY),
DENGAN TUJUAN HANYA MENGUMPULKAN FAKTA.
 WAWANCARA ASESMEN (ASSESSMENT INQUIRY), YAITU
WAWANCARA YANG BERSIFAT ANALITIS DENGAN CARA
MENGKONTRASKAN BERBAGAI INFORMASI YANG TELAH
DIDAPAT.
 WAWANCARA INTROGASI (INTERROGATIVE INQUIRY)
RESPON ATAS RISIKO FRAUD…
2. EVALUASI HASIL WAWANCARA
3. MENERAPKAN TEKNIK MENDENGAR (LISTENING
SKILL) DISEPANJANG PROSES WAWANCARA.
4. MELAKUKAN OBSERVASI PERILAKU TERDUGA
PELAKU FRAUD (OBSERVING BEHAVIORAL CUES).
5. MEMBERDAYAKAN SOFTWARE UNTUK ANALISIS
DATA.
6. MEMPERLUAS PENGUJIAN SUBSTANTIF.

Anda mungkin juga menyukai