pidana, maka dapat dijelaskan oleh para ahli hukum sebagai berikut :
syarat apa saja yang mengikat negara, bila negara tersebut berkehendak untuk
pidana seperti apa yang dapat diperkenankan.2 Lalu menurut Hart, Hukum
pidana itu tidak saja bertujuan untuk memperbaiki pelaku kejahatan agar tidak
1
Lukman Hakim, Asas-Asas Hukum Pidana, Deepublish, Yogyakarta, 2020, hlm. 1.
2
Fitri Wahyuni, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia, Nusantara Persada Utama,
Tangerang, 2017, hlm. 1.
1
2
perbuatannya.4
Berdasarkan pengertian dari para ahli hukum di atas, maka penulis dapat
perbuatan mana yang dapat dipidana serta memuat sanksi pidana dengan tujuan
yang dipahami selama ini merupakan kreasi teoritis para ahli hukum. Para ahli
menganggap pengertian tindak pidana selama ini hasil dari pemikiran para ahli
hukum.
pakar hukum mengenai tindak pidana dapat disimpulkan bahwa tindak pidana
pidana. Namun pengertian dari para pakar hukum menyebutkan bahwa tindak
pidana adalah perbuatan yang terlarang yang diancam dengan pidana dan
7
Septa Candra, “Konsep Pertanggungjawaban Pidana dalam Hukum Pidana Nasional
yang Akan Datang”, Jurnal Cita Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, Volume 1, Nomor 1, Juni 2013, hlm. 41.
8
Fitri Wahyuni, Op. Cit, hlm. 37.
9
Sudarto, Hukum Pidana 1, Yayasan Sudarto, Semarang, 2013, hlm. 165.
4
dipidananya perbuatan.
melawan hukum dan sesuai dengan itu dia dapat menentukan kehendak
perbuatan tersebut.11 Menurut Eddy O.S. Hiariej, pernyataan Simons ini tidak
tersebut dapat dilihat bahwa ada perbedaan pandangan antara Simons dan
kepadanya. Celaan disini tidak perlu suatu celaan secara etis; tetapi cukup
celaan secara hukum. Juga secara etis kelakuan-kelakuan yang dapat dipidana,
10
Ibid, hlm. 166.
11
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, 2014, hlm. 157.
12
Ibid.
5
menurut norma hukum adalah pemaksa bagi etika pribadi kita. 13 Uraian
dirumuskan secara tegas oleh KUHP dan oleh karena itu harus dicari dengan
diartikan sebagai kondisi batin yang normal atau sehat dan mampunya akal
13
Ibid.
14
Lukman Hakim, Op. Cit, hlm. 35.
15
M. Abdul Khaliq, Buku Pedoman Kuliah Hukum Pidana, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 2002, hlm. 129.
16
Lukman Hakim, Op. Cit, hlm. 40.
6
berarti normal dan sehatnya akal seseorang untuk memilah mana yang baik
dan mana yang buruk. Pertanggungjawaban pidana tidak dapat dilepaskan dari
kesalahan yang mana sesuai dengan asas tiada pidana tanpa kesalahan.
sama dengan kealpaan. Dengan kata lain, istilah kesalahan digunakan sebagai
tindakan tersebut bersifat melawan hukum (dan tidak ada peniadaan sifat
melawan hukum atau alasan pembenar) untuk itu. 18 Fitri Wahyuni bependapat,
kesalahan berarti sama dengan sifat tidak berhati-hati atau sembrono. Orang
a. Keadaan Jiwanya :
1. Tidak terganggu oleh penyakit terus-menerus atau sementara
(temporair) ;
2. Tidak cacat dalam pertumbuhan (gagu, idiot, imbecile, dan
sebagainya) dan
3. Tidak terganggu karena terkejut, hypnotism, amarah yang meluap,
17
Chairul Huda, Op. Cit, hlm. 74.
18
Fitri Wahyuni, Op. Cit, hlm. 69.
19
Ibid.
20
Ibid.
7
Undang-Undang;
21
Suyanto, Pengantar Hukum Pidana, Deepublish, Yogyakarta, 2018, hlm. 78.
22
Ibid, hlm. 77.
23
Ibid.
8
Penjelasan dari Suyanto di atas serupa dengan pakar hukum lain yang
diteruskannya celaan yang objektif yang ada pada perbuatan pidana dan secara
pertanggungjawaban meliputi:27
1. Mampu bertanggungjawab
24
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana; Dua Pengertian
Dasar dalam Hukum Pidana, Aksara Baru, Jakarta, 1983, hlm. 75.
25
Chairul Huda, Op. Cit, hlm. 70.
26
Fitri Wahyuni, Op. Cit, hlm. 67.
27
Ibid, hlm. 68.
9
2. Kesalahan
tersebut, yang mana apabila satu saja kurang maka tidak disebut kesalahan.
Lukman Hakim juga menyatakan ada 3 macam unsur yang masuk dalam
kealpaan:30
1. Dapat mengirakan
seharusnya berpikir.
kealpaan dianggap lebih ringan dari kesengajaan namun tetap merupakan unsur
masyarakat yang menerapkan standar etis yang berlaku pada waktu tertentu
30
Ibid, hlm. 46.
31
Ibid.
32
Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana, Aksara Baru,
Jakarta, 1981, hlm. 45.
33
Chairul Huda, Op. Cit, hlm. 75.
11
kelalaian seseorang dapat diukur dengan apakah pelaku tindak pidana itu
yaitu:34
menyimpang yang sebenarnya dapat dihindari. Searah dengan itu, Von Liszt,
perbuatan yang dilakukan. Ketiga, Tidak ada alasan penghapus pidana berupa
hanya berarti ketika ditempatkan sebagai penentu ‘ bentuk dan berat ringannya
mengevaluasinya’.36
34
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm.
164.
35
Eddy O.S. Hiariej, Op. Cit, hlm. 161.
36
Chairul Huda, Op. Cit, hlm. 140.
12
Tidak akan ada pemidanaan tanpa ada perbuatan pidana yang dilakukan
oleh seseorang. Pidana dan pemidanaan mempunyai arti yang berbeda. Eddy
O.S. Hiariej menyatakan pidana pada hakikatnya adalah suatu kerugian berupa
Hiariej, Pemidanaan adalah suatu Pendidikan moral terhadap pelaku yang telah
Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Eddy O.S. Hiariej dan juga
hukum pidana, sebab sejarah dari hukum pidana pada hakikatnya adalah
dimaksud dengan pidana adalah reaksi atas delik, dari ini berwujud suatu
nestapa yang dengan sengaja ditimpakan negara pada pembuat delik itu.41
berupa penderitaan yang diberikan negara kepada pembuat delik atas perbuatan
banyak literatur hukum disebut dengan teori hukum pidana. Teori-teori ini
mencari dan menerangkana tentang dasar dari hak negara dalam menjatuhkan
43
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Rajawali Press, Jakarta, 2019,
hlm. 156.
14
masyarakat. Dalam rangka melaksanakan kewajiban dan tugas itu, maka wajar
jika negara diberi hak dan kewenangan untuk menjatuhkan dan menjalankan
pidana.44
wajar jika negara diberi hak dan kewenangan untuk mengenakan pidana
terhadap pelaku tindak pidana karena negara merupakan organisasi sosial yang
tertinggi.
terpenting dalam hukum pidana, karena merupakan puncak dari seluruh proses
berarti menyatakan seseorang bersalah tanpa ada akibat yang pasti terhadap
pertanggungjawaban atas apa yang dilakukan yaitu tindak pidana oleh pelaku
tindak pidana.
44
Ibid.
45
Chairul Huda, Op. Cit, hlm. 124.
46
Ibid.
47
Ibid, hlm. 125.
15
selalu menjadi perdebatan para ahli hukum pidana dari waktu ke waktu. Tidak
mengherankan apabila para ahli hukum akan gembira sekali jika dapat
menentukan dengan pasti tujuan yang ingin dicapai dengan adanya penjatuhan
pidana dan pemidanaan itu.48 Menurut Chairul Huda Tujuan pengenaan pidana
pemidanaan.49
Kant. Paham ini sangat berpengaruh dalam hukum pidana, terutama dalam
pelaku.50
di antara para ahli hukum pidana dari waktu ke waktu. Kemudian pandangan
pidana.
dimana yang dilihat adalah situasi atau keadaan yang ingin dihasilkan dengan
delik semata.
teori pemidanaan ini, namun yang banyak itu dapat dikelompokkan ke dalam
51
Lukman Hakim, Penerapan dan Implementasi “Tujuan Pemidanaan” dalam RKUHP
dan RKUHAP, Deepublish, Yogyakarta, 2020, hlm. 10
52
Chairul Huda, Op. Cit, hlm. 129.
53
Lukman Hakim, Op. Cit, hlm. 10-11.
54
Ibid, hlm. 10.
55
Adami Chazawi, Op. Cit, hlm. 157.
17
1. Teori Absolut56
2. Teori Relatif57
Adami Chazawi Menjelaskan bahwa Teori relatif atau teori tujuan
berpokok pangkal pada dasar bahwa pidana adalah alat untuk
menegakkan tata tertib (hukum) dalam masyarakat. Tujuan pidana
ialah tata tertib masyarakat, dan untuk menegakkan tata tertib itu
diperlukan pidana.
3. Teori Gabungan58
Menurut Fitri Wahyuni, Teori ini gabungan dari teori pembalasan dan
teori tujuan, lahirnya teori gabungan tersebut karena teori absolut
maupun teori tujuan (relatif) memiliki kelemahan, oleh karena itu teori
gabungan harus memadukan kedua teori tersebut dengan penjatuhan
pidana harus memberikan rasa kepuasan baik bagi hakim, penjahat,
dan masyarakat, dan harus seimbang pidana yang dijatuhkan kepada
penjahat tersebut.
memberikan rasa keadilan dan kepuasan baik bagi hakim, terdakwa, dan
56
Ibid.
57
Ibid, hlm. 161.
58
Fitri Wahyuni, Op. Cit, hlm. 15.
18
juga masyarakat.
memperbaiki sikap atas tingkah laku terpidana dan di pihak lain pemidanaan
59
Adami Chazawi, Op. Cit, hlm. 161.
60
Chairul Huda, Op. Cit, hlm.136.
61
Ibid.
62
Lukman Hakim, Op. Cit, hlm. 11.
19
juga harus mempunyai fungsi preventif dan edukatif bagi pelaku tindak
pidana.
pidana itu merupakan suatu kekuatan yang amat penting. Penting, karena
akibat dari adanya suatu pidana adalah besar dan luas sekali.64
63
Fitri Wahyuni, Op. Cit, hlm. 12-13.
64
Suyanto, Op. Cit, hlm. 84.
20
semaunya menjatuhkan pidana sebab akibat dari suatu pidana itu tidak kecil.
bukan saja akan melegitimasi penerapan kekerasan yang dapat melukai rasa
keadilan masyarakat. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
hati.
pemidanaan mempunyai sasaran tidak hanya kepada pelaku delik tetapi juga
kepada masyarakat untuk menimbulkan rasa damai dan mencegah orang lain
yang tepat untuk pelaku permainan kasar pemain sepakbola dan apakah
sepakbola.
68
Ibid, hlm. 15-16.
69
Ibid, hlm. 16.
22
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Adami Chazawi, 2019, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Jakarta:Rajawali
Press.
Andi Hamzah, 2010, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta:Sinar Grafika.
Barda Nawawi Arief, 2018, Kapita Selekta Hukum Pidana, Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
Bemmelen, 1984, Hukum Pidana 1, Jakarta:Binacipta.
23
Chairul Huda, 2006, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada
Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Jakarta:Kencana
Prenada Media.
Chairul Huda, 2011, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan menuju kepada
Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan Cet. Ke-4, Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Edi Setiadi dan Kristian, 2017, Sistem Peradilan Pidana Terpadu dan Sistem
Penegakan Hukum di Indonesia, Jakarta:Prenadamedia.
Eddy O.S. Hiariej, 2014, Prinsip-Prinsip Hukum Pidana, Yogyakarta:Cahaya.
Fitri Wahyuni, 2017, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia,
Tangerang:Nusantara Persada Utama.
Lukman Hakim, 2020, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta:Deepublish.
Lukman Hakim, 2020, Penerapan dan Implementasi “Tujuan Pemidanaan”
dalam RKUHP dan RKUHAP, Yogyakarta:Deepublish.
M. Abdul Khaliq, 2002, Buku Pedoman Kuliah Hukum Pidana,
Yogyakarta:Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia.
Moeljatno, 2001, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, Jakarta:Rineka Cipta,
Muhammad Nuh, 2011, Etika Profesi Hukum, Bandung:Pustaka Setia.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1984, Teori – Teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung:Alumni, Bandung.
Muladi dan Barda Nawawi Arief, 1992, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana,
Bandung:Alumni.
R. Abdoel Djamali, 2013, Pengantar Hukum Indonesia, Jakarta:RajaGrafindo.
Roeslan Saleh, 1981, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana,
Jakarta:Aksara Baru.
Roeslan Saleh 1983, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana;
Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Jakarta:Aksara Baru.
Ronny Haniatjo Soemitro, 1990, MetodePenelitian Hukum dan Jurumetri,
Jakarta:Ghalia Indonesia.
Soerjono Soekanto, 1984, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta:Universitas
Indonesia.
Sudarto, 2013, Hukum Pidana 1, Semarang:Yayasan Sudarto.
Sudikno Mertokusumo, 2002, Mengenal Hukum, Yogyakarta:Liberty.
24
C. Jurnal
D. Internet
https://amp.kompas.com/sports/read/2021/07/22/19300018/jenis-pelanggaran-
dalam-sepak-bola-beserta-hukumannya/, diakses pada 29 Maret 2022
pukul 20.10 WIB.
https://business-law.binus.ac.id/2019/08/25/penelitian-hukum-normatif-dan-
penelitian-hukum-yurudis/, diakses pada 04 April 2022 pukul 15.47
WIB.
https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbuatan-perbuatan-yang-termasuk-
penganiayaan-lt515867216deba , diakses pada 11 November 2021 pukul
08.45 WIB.
www.jawapos.com/sepak-bola/sepak-bola-indonesia/08/09/2021/mantan-
dokter-timnas-tendangan-brutal-syaiful-bisa-akibatkan-kematian/,
diakses pada 11 November 2021 pukul 08.45 WIB.
https://jawapos.com/sepak-bola-indonesia/08/09/2021/aksi-brutal-syaiful-dan-
insiden-insiden-horor-di-sepak-bola-indonesia/, diakses pada 11
November 2021 pukul 09.00 WIB.
https://negarahukum.com/kejahatan-terhadap-tubuh/ , diakses pada 03 Oktober
2022 pukul 12.44 WIB.
https://www.gramedia.com/literasi/kerangka-teori/, diakses pada 03 April 2022
pukul 11.54. WIB.
25
https://www.hukumonline.com/berita/a/uu-keolahragaan-dinilai-belum-
mendukung-sepakbola-lt526e7b8fe71a9/ , diakses pada 30 Maret 2022
pukul 17.50. WIB.
https://www.hukumonline.com/berita/a/mengenal-asas-lex-specialis-derogat-
legi-generali-lt631f21adec18c , diakses pada 04 Oktober 2022 pukul
13.05. WIB.
https://www.lawyersclub.com/teori-teori-pemidanaan-dan-tujuan-
pemidanaan/ , diakses pada 04 April 2022 pukul 13.37 WIB.