Anda di halaman 1dari 2

Tentang Unsur Setiap Orang

Penasihat Hukum Terdakwa, dalam Nota Pembelaannya mengungkapkan bahwa


sejatinya unsur Setiap Orang merupakan element delict yang merupakan suatu
bagian dari delik Inti. Disini, Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa
unsur setiap orang, bukanlah unsur yang harus dibuktikan. Beranjak dari pendapat
tersebut, kami Penuntut Umum sama sekali tidak sependapat. Kami Penuntut
Umum berpendapat bahwa unsur Setiap Orang harus dibuktikan secara terpisah.
Unsur Setiap Orang belum tentu terbukti meskipun unsur-unsur lainnya telah
terpenuhi. Hal ini dikarenakan unsur tersebut berkaitan dengan sifat subyek
pelaku Tindak Pidana, kesalahan, kesengajaan, dan kemampuan bertanggung
jawab. Menurut hemat kami, Penasihat Hukum seharusnya mengidentifikasi hal-
hal tersebut terlebih dahulu guna menemukan pemahaman yang tepat.

Kami Penuntut Umum, berpendapat bahwa Unsur Setiap Orang harus


diidentifikasi dengan melihat sifat dari subyek pelaku Tindak Pidananya, baik
bersifat individu ataupun suatu korporasi. Hal ini perlu diidentifikasi karena dalam
Pasal 20 ayat (7) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, Pidana yang dapat
dijatuhkan terhadap korporasi hanya terbatas pada denda saja, sedangkan pada
individu dapat dikenakan pidana penjara. Selain itu perlu dibuktikan juga apabila
Setiap Orang yang dimaksud dalam Unsur tersebut memiliki kemampuan untuk
bertanggung jawab. Karena menurut Pasal 45 dan 46 KUHP, ada proses
persidangan dan pemidanaan berbeda terhadap anak yang berada dibawah umur.

Dalam Nota Pembelaannya, Penasihat Hukum Terdakwa menjelaskan bahwa


sejatinya yang seharusnya dimintai pertanggung jawaban pidana adalah
korporasinya bukan terdakwa. Menurut Hemat kami berdasarkan fakta-fakta yang
terungkap dalam persidangan, Terdakwa Junifar Ridwan Pratama telah memenuhi
syarat-syarat Materiil sebagai Pelaku Tindak Pidana. Seluruh keterangan saksi-
saksi yang kami hadirkan dalam persidangan . Pernyataan kami diperkuat melalui
Doktrin Ultra Veres yang menyatakan bahwa jika ada kejahatan yang dilakukan
oleh direksi suatu perusahaan, maka dapat dipastikan bahwa direksi telah
melanggar anggaran dasar perusahaan. Selain itu, menurut Prof. Moeljatno dalam
bukunya yang berjudul Asas-asas Hukum Pidana, diungkapkan bahwa Kejadian
tidak dapat dilarang, jika yang menimbulkan bukan orang, dan orang tidak dapat
diancam Pidana, jika tidak karena kejadian yang ditimbulkan olehnya. Hal
tersebut diperjelas juga oleh pendapat Bismar Nasution bahwa, yang dianggap
sebagai subyek Hukum Pidana dalam KUHP hanyalah individu dalam lingkup
biologis (naturlijkee person). Maka dari itu, perbuatan Pidana yang dilakukan oleh
Korporasi sejatinya dipertanggungjawabkan oleh pengurus Korporasi itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai