Anda di halaman 1dari 10

BEA MATERAI

 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai (UU Materai)


 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang Dikenakan Bea Meterai (PP Materai)

Objek Bea Materai

Bea Meterai adalah pajak atas dokumen. Berdasarkan Pasal 1 PP Materai, objek yang dikenakan
bea materai yaitu:

1. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan sebagai
alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan, atau keadaan yang bersifat perdata.

2. Akta-akta notaris sebagai salinannya.

3. Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) termasuk rangkap-
rangkapnya.

4. Surat yang memuat jumlah Uang, yaitu;


a. Yang menyebutkan penerimaan uang;
b. Yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening di bank;
c. Yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank;
d. Yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagiannya telah dilunasi
atau diperhitungkan.

5. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep

6. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat pembuktian di muka Pengendalian, yaitu :

a. surat-surat biasa dan surat-surat kerumahtanggaan;


b. surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai berdasarkan tujuannya, jika
digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang lain, selain dari maksud semula.

Tarif Bea Materai

Tarif Bea Meterai adalah Rp 3.000,- dan Rp 6.000,- sesuai dengan jenis dokumen yang dikenai
bea. Ketentuan tarif bea materai diatur dalam Pasal 2-4 PP Materai

Objek Bea
Tarif 3.000 Tarif 6.000
Materai

Point 1 - v
Point 2 - v

Point 3 - v

dengan nominal lebih dari Rp. dengan nominal lebih dari Rp.
Point 4
250.000,00 - Rp. 1.000.000,00 1.000.000,00
dengan nominal lebih dari Rp. dengan nominal lebih dari Rp.
Point 5
250.000,00 - Rp. 1.000.000,00 1.000.000,00

Point 6 - v

Cek dan Bilyet


v -
Giro
Efek dengan
nama dan dengan nominal sampai dengan nominal lebih dari Rp.
dalam bentuk dengan Rp. 1.000.000,00 1.000.000,00
apapun
Sekumpulan
efek dengan
nama dan
dalam bentuk dengan nominal sampai dengan nominal lebih dari Rp.
apapun yang dengan Rp. 1.000.000,00 1.000.000,00
tercantum
dalam surat
kolektif

Saat Terhutang Bea Materai

Saat terhutang Bea Meterai, jika:

a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, maka pada saat dokumen itu diserahkan, termasuk
jika pada saat itu dokumen tersebut diterima oleh pihak untuk siapa dokumen itu dibuat,
bukan pada saat ditandatangani. Contohnya: kuitansi, cek, dan sebagainya.
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, maka pada saat selesainya dokumen dibuat,
yang ditutup dengan pembubuhan tanda tangan dari yang bersangkutan. Contohnya: surat
perjanjian jual beli. Bea Meterai terhutang pada saat ditandatanganinya perjanjian tersebut.
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri, maka pada saat digunakan di Indonesia.

Bea Meterai terhutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang mendapat manfaat dari
dokumen, kecuali pihak atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain. Bea Meterai atas
dokumen dilunasi dengan cara :
a. menggunakan benda meterai;
b. menggunakan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Dalam hal dokumen dibuat sepihak, misal kwitansi, Bea Meterai terutang oleh penerima
kwitansi Dalam hal dokumen dibuat oleh 2 (dua) pihak atau lebih, misal surat perjanjian
dibawah tangan, maka masing-masing pihak terutang Bea Meterai.
Pajak PenghasilAN (PPh)

Dasar Hukum:
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (seluruhnya disebut UU
PPh)
 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1991
 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor
7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
 Undang-Undang Nomor Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

2. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2017 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan
dari Persewaan Tanah Dan/Atau Bangunan (PP PPh Sewa dan/atau Bangunan)

No Uraian Perhitungan Pajak Waktu Setor dan Lapor

Disetor oleh pemotong


maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya, jika disetor
10% x Jumlah bruto nilai sendiri maksimal tanggal
Sewa tanah dan/atau persewaan tanah dan/atau 15 bulan berikutnya.
1
bangunan. bangunan

Pelaporan SPT Masa


maks tanggal 20 bulan
berikutnya.

Disetor sendiri oleh


Pengalihan hak atas 2,5% x Jumlah bruto nilai penerima penghasilan
2 tanah dan/atau pengalihan hak atas tanah dan/atau sebelum akta ditandatangani
bangunan. bangunan. oleh pejabat yang
berwenang.
Rumah Sederhana dan Rumah
Susun Sederhana dikenakan= 1% x Untuk lelang, disetor oleh
jumlah bruto nilai pengalihan Pejabat Lelang atas nama
pemilik harta

Pelaksanaan Konstruksi:

1. 2%: kualifikasi usaha kecil;


Disetor oleh
2. 4%: tidak memiliki
pemotong: paling lambat
kualifikasi;
disetor tanggal 10 bulan
3. 3%: kualifikasi selain kecil
berikutnya.
(menengah & besar)
3 Jasa Konstruksi
Perencanaan/Pengawasan
Disetor sendiri (tidak
Konstruksi:
dipotong): disetor paling
lambat tanggal 15 bulan
1. 4%: memiliki kualifikasi
berikutnya.
usaha;
2. 6%: tidak memiliki kualifikasi
usaha.

Pemotong Pajak setor paling


lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.

selain IPO= 0,1% x Jumlah bruto


nilai transaksi penjualan Pemotong Pajak adalah:

Penjualan saham di
4 IPO= 1. selain IPO: perantara
Bursa Efek
((0,5 % x nilai saham) +(0,1 % x pedagang efek
jumlah bruto nilai transaksi 2. IPO: Emiten
penjualan))
Pelaporan untuk:

1. Selain IPO:
maksimal tanggal 25
bulan
berikutnya setelah
saham
diperdagangkan
2. IPO:
maksimal tanggal
20 setelah bulan
penyetoran

Penghasilan Bunga/
Diskonto Obligasi

Yg dimaksud dengan Untuk Wajib Pajak Dalam Negeri

Obligasi disini dan Bentuk Usaha Tetap:

adalah Surat 15% x Jumlah bruto bunga/diskonto

Utang dan Surat Utang


Negara
Untuk Wajib Pajak Luar Negeri
(SUN) yang berjangka
selain Bentuk Usaha Tetap: Pemotong Pajak setor paling
waktu lebih dari 12 bulan.
20% x Jumlah bruto bunga/diskonto lambat tanggal 10 bulan
atau sesuai tarif P3B berikutnya.
5
Untuk SBSN dengan
Pelaporan paling
jangka waktu lebih dari
Untuk Wajib Pajak reksadana yg lambat tanggal 20 bulan
12 bulan juga mengikuti
terdaftar di Otoritas Jasa berikutnya.
ketentuan seperti
Keuangan:
Obligasi Negara.

1. 5% x Jumlah bruto (tahun


2014-2020)
Dikecualikan dari
2. 15% x Jumlah bruto (tahun
pemotongan PPh Pasal
2021- dan seterusnya)
4(2) jika:

1. penerima adalah
WP Dana Pensiun
yang telah
disahkan oleh
MenKeu;
2. WP Bank yang
didirikan di
Indonesia, atau
cabang bank luar
negeri di
Indonesia.

20% x diskonto SPN


Pemotong Pajak setor paling
lambat tanggal 10 bulan
Surat Perbendaharaan (yg dikecualikan dari
berikutnya.
Negara (SPN)= pemotongan: bank yg didirikan di
6
SUN berjangka waktu Indonesia atau cabang bank Luar
Pelaporan paling
paling lama 12 bulan. Negeri di Indonesia, Dana Pensiun,
lambat tanggal 20 bulan
Reksadana yg terdaftar di
berikutnya.
BAPEPAM-LK)

Pemotong Pajak setor paling


lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
Deviden yang dibagikan
7 10% x Jumlah bruto deviden
kepada OP
Pelaporan paling
lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.

0% atas bunga simpanan


Pemotong Pajak setor paling
koperasi sampai dengan Rp
Bunga Simpanan lambat tanggal 10 bulan
240.000
Koperasi yang berikutnya.
8 dibayarkan kepada
anggota koperasi orang Pelaporan paling
10% x Jumlah bruto (utk bunga
pribadi lambat tanggal 20 bulan
simpanan diatas Rp 240.000
berikutnya.
sebulan.)
Untuk Wajib Pajak Dalam Negeri &
Bentuk Usaha Tetap:
20% x jumlah bruto bunga

Untuk Wajib Pajak Luar Negeri:


20% x jumlah bruto bunga atau
sesuai P3B

dikecualikan dari pemotongan: Pemotong Pajak setor paling


lambat tanggal 10 bulan
Pendapatan bunga
1. jumlah tidak melebihi Rp 7,5 berikutnya.
deposito dan tabungan
9 juta
serta Sertifikat Bank
2. jika penerima: bank yg Pelaporan paling
Indonesia (SBI)
didirikan di Indonesia atau lambat tanggal 20 bulan
cabang bank Luar Negeri di berikutnya.
Indonesia.
3. jika penerima: Dana
Pensiun yg telah disahkan
Menteri Keuangan.
4. bunga tabungan pada bank
yang ditunjuk Pemerintah
dlm rangka pemilikan
Rumah Sederhana, dan
sebagainya.

Pemotong Pajak setor paling


lambat tanggal 10 bulan
berikutnya.
25% x jumlah bruto nilai hadiah
10 Hadiah Undian

Pelaporan paling
lambat tanggal 20 bulan
berikutnya.
0,1% x jumlah bruto nilai transaksi
Disetor paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya.
Penjualan saham milik Jika saham diperjualbelikan di
11 Pelaporan paling
Modal Ventura Bursa Efek, maka berlaku
lambat tanggal 20 bulan
ketentuan tentang penjualan saham
berikutnya.
di Bursa Efek.

Pajak Sewa Tanah dan/atau Bangunan


Bahwa terhadap penghasilan dari persewaan tanah dan/atau Bangunan baik sebagian maupun
seluruh Bangunan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final. Berdasarkan Pasal 3 PP PPh Sewa dan/atau Bangunan:

 Dalam hal sebagai penyewa tanah/bangunan (yang ditunjuk sebagai pemotong pajak),
yang harus dilakukan adalah:

1. melakukan pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar 10% dari jumlah bruto nilai
persewaan tanah dan/atau bangunan
2. membuat bukti potong PPh Pasal 4 ayat (2) melalui aplikasi e-spt PPh pasal 4 ayat (2)
3. melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) yang telah dipotong tersebut dengan terlebih
dahulu membuat kode billing (MAP-KJS 411128-403). Penyetoran dilakukan paling
lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Misalnya: pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2)
dilakukan pada bulan Maret 2019, maka penyetoran PPh nya adalah paling lambat
dilakukan pada tanggal 10 bulan April 2019.
4. melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi espt pph
melalui djponline.pajak.go.id atau ASP

 Dalam hal sebagai pemilik tanah/bangunan, yang harus anda lakukan adalah:

1. Dalam hal bertransaksi dengan penyewa bukan pemotong pajak, PPh yang terutang
wajib dibayar sendiri oleh pemilik atas penghasilan yang diperoleh sebesar 10% dari
jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/ atau bangunan
2. Melakukan penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) dengan terlebih dahulu membuat kode billing
(MAP-KJS 411128-403). Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal bulan berikutnya.
Misalnya: atas penghasilan dari sewa tanah/bangunan bulan Maret 2019, maka
penyetoran PPh nya adalah paling lambat dilakukan pada tanggal 15 bulan April 2019.
3. Melakukan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) dengan menggunakan aplikasi e spt pph
melalui djponline.pajak.go.id atau ASP paling lama tanggal 20 bulan berikutnya.

Pemotong pajak sebagaimana dimaksud meliputi badan pemerintah, subjek pajak badan
dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, kerja sama operasi, perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya, dan orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang
ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, Kementerian Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai