Anda di halaman 1dari 36

EKSEKUSI PUTUSAN BHT, HAK

TANGGUNGAN, JAMINAN FIDUSIA,


GADAI SAHAM, HIPOTEK KAPAL LAUT.

Dr. H. IMRON ROSYADI, SH., MH.


EKSEKUSI PUTUSAN BHT

Dr. H. IMRON ROSYADI, SH., MH.


EKSEKUSI BERKEKUATAN HUKUM TETAP

Eksekusi putusan perdata adalah melaksanakan putusan


dalam perkara perdata secara paksa, apabila perlu dengan
bantuan alat negara,karena pihak tereksekusi tidak bersedia
melaksanakannya secara sukarela;

Dasar hukum : Pasal 195 s/d pasal 208 dan pasal 224 HIR
serta 225 HIR/Pasal 206 s/d 240 dan pasal 258 RBG serta
pasal 259 RBG;
PRINSIP-PRINSIP EKSEKUSI
–Putusan telah BHT
Kecuali :
a. Putusan Serta-Merta
b. Putusan Provisional
c. Akta Perdamaian
d. Grosse Akta berdasarkan Pasal 224 HiR/258 Rbg
e. Hak Tanggungan dan Fidusia
– Putusan bersifat condemnatoir
– Eksekusi atas perintah ketua dan di bawah pimpinan ketua
pengadilan agama
– Putusan tidak dijalankan secara sukarela
JENIS- JENIS EKSEKUSI
EKSEKUSI RIIL

PUTUSAN YG
BHT PEMBAYARAN SEJUMLAH
UANG

MELKUKAN SUATU
PERBUATAN

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN (uu 4/96)

FIDUSIA (uu 42/1999)


NON
PUTUSAN
HIPOTEK KAPAL LAUT
(UU17/2008 - KUH Per)

HIPOTEK PESAWAT TERBANG

GROSS AKTA
EKSEKUSI RIIL
Eksekusi riil adalah pelaksanaan putusan secara paksa, dengan cara melakukan
tindakan nyata dan langsung apa yang dihukumkan dalam amar putusan.

Dalam HIR/RBG tidak ada aturan khusus yang mengatur eksekusi riil, kecuali pasal
- 200 ayat (11) HIR atau pasal 218 ayat (2) RBG yang mengatur executorial Verkoop
sbb:
 Penjualan lelang atas barang yang dieksekusi merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dengan pengosongan barang yg dilelang. Hukum memberi
wewenang kepada KPA untuk menjalankan pelaksanaan pengosongan barang
yang dilelang untuk diserahkan kepada pembeli lelang apabila terlelang tidak
mau mengosongkan secara sukarela.
Lanjutan

Pasal 1033 RV : “Kalau putusan Hakim menghukum (memerintahkan)


pengosongan barang yang tidak bergerak (onroerend goed) dan putusan itu
tidak dijalankan ( secara sukarela) oleh pihak yang kalah (tergugat),Ketua
Pengadilan mengeluarkan surat perintah kepada Juru sita untuk
melaksanakan pengosongan atas barang tersebut. Pengosongan tersebut
meliputi diri orang yg dihukum (dikalahkan), keluarganya, serta seluruh
barang-barangnya. Dan pelaksanaan pengosongan dapat dilakukan dengan
bantuan kekuatan umum”
BENTUK EKSEKUSI RIIL
Bentuk eksekusi riil adalah amar
putusan yang memerintahkan sebagai
berikut:
 Menyerahkan sesuatu barang;
 Mengosongkan sebidang tanah atau
rumah;
 Melakukan perbuatan tertentu;
 Menghentikan suatu perbuatan atau
keadaan;
TAHAPAN EKSEKUSI RIIL
EKSEKUSI PERMOHONAN
RIIL
AANMANING

PENETAPAN KETUA BERISI


PERINTAH EKSEKUSI

PEMBERITAHUAN AKAN
DILAKSANAKAN EKSEKUSI
1. DILAKSANAKAN
PANITERA/JURUSITA.
2. DIBANTU 2 ORG SAKSI
PELAKSNAAN EKSEKUSI 3. DILAKSANAKAN DI
TEMPAT OBJEK/BARANG
4. MEMBUAT BERITA ACARA
EKSEKUSI
MANAJEMEN EKSEKUSI

 Ditinjau dari manajemen Eksekusi, pada


pokoknya terdapat tiga langkah Eksekusi Riil
yaitu:
a. Tahap Perencanaan.
b. Tahap Pelaksanaan.
c. Tahap Evaluasi
LANGKAH PERSIAPAN

 Ketua Pengadilan dengan surat keputusan membentuk Tim


telaah eksekusi, yang mempunyai tugas untuk
mengumpulkan bahan yang berkaitan dengan permohonan
eksekusi, membuat resume dan membuat rekomendasi;
 Tim telaah yang dimaksud, harus melibatkan Hakim,
Panitera Muda dan Jurusita sedapat mungkin yang
menangani perkara tersebut;
 Hasil telaah permohonan eksekusi tersebut selanjutnya
ketua pengadilan mengambil keputusan tentang bisa atau
tidaknya permohonan eksekusi tersebut ditindaklanjuti;
LANJUTAN
 Sebelum pelaksanaan eksekusi riil Ketua Pengadilan
memerintahkan Jurusita melalui penetapan untuk melakukan
konsitering /pengecekan terhadap obyek eksekusi;
 Ketua juga harus menunjuk Jurusita untuk mempersiapkan
pelaksanaan eksekusi dengan mengadakan rapat koordinasi
dengan pihak pengamanan (Polri) dan aparat .
 Tim eksekusi harus menyiapkan segala hal yang diperlukan dalam
pelaksanaan eksekusi riil,termasuk personil pengamanan yang
dibutuhkan, buruh angkat barang dan kendaraan untuk
mengangkat barang dari lokasi objek eksekusi ke tempat yang
ditunjuk oleh tereksekusi atau apabila tereksekusi tidak mau
menunjukkan tempat penyimpanan barang-barang eksekusi, maka
Jurusita dapat menunjuk tempat penyimpanan yang layak
terhadap barang tereksekusi dengan biaya dari pemohon eksekusi.
PELAKSANAAN
 Sebelum hari pelaksanaan eksekusi riil dalam waktu yang patut tereksekusi wajib
diberitahukan terhadap rencana eksekusi yang akan dilaksanakan oleh jurusita.
 Dalam pelaksanaan eksekusi riil agar pejabat pemerintahan setempat diminta
hadir
 Apabila pada saat pelaksanaan eksekusi tereksekusi tidak hadir, eksekusi tetap
dapat dilaksanakan.
 Pelaksanaan eksekusi dibuatkan Berita Acara ditandatangani oleh jurusita dan 2
(dua) orang saksi yang isinya mulai dari pembacaan penetapan Ketua Pengadilan
setempat sampai dengan kondisi pelaksanaan eksekusi dilapangan.
 Pelaksanaan eksekusi harus tuntas dan tidak dilaksanakan sebagian-bagian dari
amar putusan.
 Apabila tertunda karena alasan keamanan dan faktor alam, proses eksekusi
ditunda dengan dibuatkan Berita Acara dan alasan penundaan eksekusi oleh
jurusita.
 Eksekusi riil dapat dimohonkan kembali sebagai permohonan eksekusi lanjutan
EVALUASI

 Setelah eksekusi riil dilaksanakan maka selanjutnya Ketua harus


melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan baik terhadap hasil
pelaksanaanya, proses pelaksanaannya maupun strategi pelaksanaanya
dihadapan Tim eksekusi;
 Evaluasi tersebut dilakukan juga terhadap kelengkapan administrasi
pelaksanaan eksekusi, termasuk berita acara eksekusi yang dibuat oleh
Jurusita.
 Apabila eksekusi riil tidak berhasil dilaksanakan di lapangan maka Ketua
setelah melakukan evaluasi, ketua PA memerintahkan Jurusita dan Tim
eksekusi untuk menjadwalkan kembali dengan menyempurnakan dan
mengatasi masalah atau hambatan yang menyebabkan kegagalan
pelaksanaan eksekusi riil dimaksud.
EKSEKUSI PEMBAYARAN SEJUMLAH UANG

 Eksekusi putusan yang menghukum pihak yang kalah untuk membayar


sejumlah uang. Prestasi yang diwajibkan adalah membayar sejumlah uang.
Eksekusi ini diatur dalam pasal (pasal 196 HIR / 208 Rbg).

 Apabila pihak yang kalah tidak mau melaksanakan putusan secara sukarela,
yang menang dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Ketua
Pengadilan yang memutus pada tingkat pertama.

 Setelah berkas ditelaah dan memenuhi syarat seperti dikemukakan di atas


yang bersifat comdemnatoir maka ketua Pengadilan mengeluarkan
penetapan untuk melakukan peneguran (Aanmaning).
TATA CARA
1. Jurusita melaksanakan penetapan tersebut untuk melakukan pemanggilan
agar termohon datang menghadap kepada Ketua Pengadilan pada waktu
yang ditentukan.
2. Panggilan maupun teguran (Aanmaning) dapat didelegasikan kepada Ketua
PA yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal Termohon eksekusi.
3. Aanmaning yang dilakukan Ketua Pengadilan ataupun yang didelegasikan
harus dibuatkan Berita Acara. Setelah 8 (delapan) hari dihitung dari tanggal
Aanmaning termohon tidak melaksanakan secara sukarela amar putusan,
pemohon meminta kepada Ketua Pengadilan untuk melakukan proses
eksekusi selanjutnya.
4. Apabila dalam perkara yang dieksekusi tersebut telah diletakkan sita jaminan
(CB) dan telah dinyatakan sah dan berharga dalam putusan maka otomatis
berubah menjadi sita eksekusi (EB). Namun apabila dalam amar putusan
tidak ada pernyataan sita jaminan sebagai sah dan berharga maka perlu
dilakukan sita eksekutorial.
5. Apabila belum dilakukan sita jaminan maka pemohon dapat mengajukan
permohonan sita eksekusi kepada Ketua PA.
LANJUTAN

 Objek yang dapat diletakan sita eksekusi dapat berupa barang tetap, barang
bergerak, rekening bank, deposito, saham, dan surat berharga lainnya.
 Jurusita berdasarkan penetapan ketua Pengadilan meletakkan sita atas tanah
atau blokir rekening, bank, saham, deposito dan surat berharga lainnya
dengan membuat Berita Acara Sita yang ditandatangani oleh jurusita dan 2
(dua) orang saksi.
 Jurusita mendaftarkan sita yang telah diletakkan tersebut ke instansi yang
terkait misalnya untuk tanah bersertifikat ke BPN, untuk saham tertutup,
Jurusita meminta bantuan untuk dilakukan blokir ke MENKUMHAM, dan
saham terbuka, Ketua PTA setelah menerima surat permohonan dari Ketua
PA setempat, mengajukan permohonan pemblokiran ke BAPPEPAM/
(sekarang OJK)
LANJUTAN
 Eksekusi lelang dilaksanakan dengan menggunakan mekanisme lelang
dengan bantuan pejabat kantor lelang.
 Hasil lelang setelah dipotong uang miskin dan biaya lelang diserahkan
kepada rekening Pengadilan, selanjutnya panitera menyerahkan kepada
pemohon eksekusi sejumlah uang sesuai amar dan apabila ada sisa
diserahkan kepada termohon eksekusi dengan dibuatkan Berita Acara.
 Apabila pemohon dan termohon telah meninggal dunia dapat digantikan
ahli warisnya. Pencairan terhadap rekening termohon di bank berupa
deposito, saham dan surat berharga lainnya dipindahkan ke rekening PA,
selanjutnya panitera menyerahkan kepada pemohon eksekusi sejumlah
uang sesuai amar dan apabila ada sisa diserahkan kepada termohon dengan
dibuatkan Berita Acara.
 Setelah pemohon menerima pembayaran dari hasil lelang, PA
mengeluarkan penetapan pengangkatan sita eksekusi. Sedangkan untuk
hasil pencairan blokir rekening, Ketua PA mengeluarkan penetapan untuk
membuka blokir sesaat sebelum dialihkan dana dari rekening yang diblokir
ke rekening PA guna pemenuhan eksekusi.
TAHAPAN EKSEKUSI PEMBAYARAN SEJUMLAH UANG

PERMOHONAN
EKSEKUSI
PEMBAYARAN Dlm menentukan
SEJUMLAH AANMANING
UANG harga limit, pedomani
psal 44 PMK 27/2016.
PENETAPAN EKSUKUSI Tim Penilai / Penaksir

PERINTAH EKSEKUSI
PERMINTAAN KPD KTR
LELANG NEGARA,
PENGUMUMAN LELANG DILAMPIRI :
a. Salinan Putusan PA
b. Salinan Penetapan Sita
PERMINTAAN LELANG KE KANTOR
Eksekusi
LELANG NEGARA
c. Salinan Berita Acara Sita
Eksekusi
PENENTUAN SYARAT LELANG/ d. Salinan Penetapan
FLOOR PRICE/ TATA CARA LELANG Lelang
e. Pemberitahuan kpd
pihak-pihak
TATA CARA PENAWARAN f. Perincian jumlah
tagihan.

PROSES LELANG
EKSEKUSI MELAKUKAN SUATU PERBUATAN

Untuk mengatasi kesulitan pelaksanaan eksekusi melakukan perbuatan


tertentu secara fisik, psl 225 HIR/259 RBG memberikan jalan keluar
sebagai alaternatif;

Pemohon eksekusi guna memenuhi pemenuhan putusan yang


menghukum pihak yang kalah untuk melakukan perbuatan tertentu
meminta kepada Ketua Pengadilan untuk mengganti hukuman tersebut
dengan hukuman berupa sejumlah uang dengan cara kepentingan
perbuatan tertentu tersebut dinilai dengan sejumlah uang.
TATA CARA EKSEKUSI MELAKUKAN SUATU PERBUATAN

 Adanya pengajuan permohonan dari yang menang ;


 Pengajuan permohonan dilakukan sesudah lampau
tenggang waktu peringatan( aanmaning);
 Bentuk pengajuan permohonan bisa lisan atau tertulis;
 Dalam permohonan disebutkan jumlah uang yang diminta
sebagai penggantian;
PROSES PERSIDANAGAN

Persidangan permohonan penggantian tersebut dikategorikan mengadili


perkara khusus (perkara istimewa), alasannya:
 Perkara yg diperiksa bukan masalah sengketa tapi perkara yang sudah
BHT;
 KPA diberikan kewenangan untuk mengubah amar putusan dari putusan
melakukan suatu perbuatan tertentu menjadi membayar sejumlah uang;
 Putusan tentang perubahan tersebut tidak tunduk pada upaya hukum;
 Yang diperiksa dalam persidangan adalah tereksekusi dan pihak pemohon
tidak dipanggil;
 Fokus pemeriksaan: Mengenai keengganan memenuhi pelaksanaan
perbuatan tertentu yang dihukumkan kepadanya dalam amar putusan;.
Mengenai jumlah uang pengganti yang diajukan pemohon;
PUTUSAN PENGGANTIAN

Hakim dapat Menolak permohonan dan


mempertahankan amar putusan yg dimohonkan
perubahan.
-Jika PA mengabulkan permohonan, dengan akibat

hukum: Mengubah amar putusan lama dengan amar


putusan baru berupa penghukuman membayar
sejumlah uang. Pengabulan permohonan dengan
sendirinya menimbulkan penggantian objek eksekusi.
Dengan sendirinya sifat eksekusi riil berubah menjadi
eksekusi pembayaran sejumlah uang;
PERMASALAHAN DALAM EKSEKUSI
• Perlawanan pihak ketiga (derden verzet) dan perlawanan
pihak tereksekusi;
• Permohonan PK;
• Eksekusi delegasi;
• Amar putusan kurang jelas;
• Putusan Non eksekutabel;
• Perampasan kembali objek yang telah dieksekusi;
• Terjadinya perdamaian antara kedua belah pihak setelah
putusan berkekuatan hukum tetap;
PERLAWANAN EKSEKUSI

 Dasar hukum pasal 195 ayat(6) HIR/pasal 206 ayat(6) RBG yang
mengatur dasar perlawanan karena barang yang akan dieksekusi
diakui sebagai miliknya;
 Tata cara pengajuan perlawanan pihak ketiga diatur dalam pasal 207
dan pasal 208 HIR atau pasal 225 RBG, perlawanan pihak ketiga
harus diajukan sebelum eksekusi di jalankan, sebab apabila eksekusi
sudah terlanjur dilakukan mk perlawanan tersebut harus dinyatakan
tidak dapat diterima dan yang bersangkutan hanya dapat
mengajukan gugatan ;
 Pada asasnya perlawanan pihak ketiga tidak menangguhkan eksekusi.
 Jika KPA menangguhkan sampai pada putusan perlawanan di tingkat
pertama, apabila Perlawanan dikabulkan maka penangguhan
eksekusi sampai putusan perlawanan tersebut berkekuatan hukum
tetap, tetapi apabila di tingkat pertama perlawanan tersebut ditolak
maka KPA dapat langsung melanjutkan eksekusi meskipun
Perlawanan tersebut diajukan upaya hukum;
PENGAJUAN PK

• Pada asasnya PK yang merupakan upaya hukum luar biasa


tidak menangguhkan eksekusi;
• Apabila permohonan PK dikabulkan, padahal eksekusi sudah
terlanjur dilaksanakan, bagaimana memulihkan kembali
kerugian yang telah dialami oleh tereksekusi tersebut?
• Tereksekusi mengajukan gugatan ganti rugi terhadap
Pemohon eksekusi dengan petitum serta merta atau KPA
dapat minta Pemohon eksekusi membuat surat pernyataan
apabila kelak permohonan PK dikabulkan maka Pemohon
eksekusi bersedia mengganti kerugian akibat dijalankannya
eksekusi tersebut;
E KS E KU S I D E L EG A S I
• Dasar hukum pasal 195 ayat(2) HIR/206 ayat(2) RBG;
• Apabila barang tereksekusi berada diwilayah hukum PA lain
maka KPA minta bantuan kepada KPA di wilayah hukum
barang tersebut berada;
• KPA yang dimintai bantuan wajib memberi bantuan dan tidak
dibenarkan menilai surat perintah penetapan eksekusi yang
minta bantuan, melainkan harus melaksanakan sepenuhnya
dan segera memberi jawaban atas pekerjaan bantuan
tersebut, tetapi apabila ternyata penetapan tersebut cacat
hukum maka sebaiknya minta penjelasan dari KPA yang minta
bantuan;
Lanjutan…..

• Pasal 195 ayat(6) HIR/pasal 206 ayat (6) RBG menentukan


perlawanan yang demikian diajukan kepada PA yang dalam
daerah hukumnya terjadi hal menjalankan putusan itu, yang
berarti kepada PA yang diminta bantuannya;
• PA mana yang berwenang menangguhkan eksekusi ?.Dalam
hal seperti ini maka KPA yang berwenang menangguhkan
eksekusi delegasi adalah KPA yang diminta bantuan;
• KPA yang meminta bantuan cukup mendapat laporan dari KPA
yang diminta bantuan dalam tempo 2 x 24 jam.
• Baca juga SEMA Nomor 01/2010 tentang Permintaan
Bantuan Eksekusi.
AMAR TIDAK JELAS

• Apabila amar putusan tidak jelas, jika juga tidak jelas maka
dapat dikeluarkan penetapan non eksekutabel;
• Apabila luas tanah melebihi yang tercantum dalam amar
putusan, maka yang dilaksanakan hanya seluas amar putusan;
• Apabila luas tanah kurang dari amar putusan maka eksekusi
dilaksanakan apa adanya dan kekurangannya dicatat dalam
berita acara eksekusi;
• Apabila ukuran dan batas-batas tidak jelas supaya dilakukan
pemeriksaan setempat dengan dihadiri para pihak, Kepala
Desa kalau diperlukan Camat serta pihak Agraria;
PERAMPASAN SETELAH EKSEKUSI

Apabila obyek yang telah dieksekusi


dirampas kembali maka ada ancaman
pidananya,sedangkan utk mengembalikan
objek eksekusi kepada pemohon eksekusi
tersebut dengan jalan mengajukan gugatan
baru dengan petitum serta merta
PERDAMAIAN SETELAH BHT

Apabila terdapat Daading setelah putusan BHT


maka harus diberitahukan kepada PA agar tidak
melaksanakan putusan BHT tersebut, kemudian
dibuatkan berita acara eksekusi yang isinya sama
dengan isi perdamaian tersebut dan selanjutnya
berita acara tersebut dilampirkan dalam berkas
perkara yang bersangkutan dan salinannya
diberikan kepada kedua pihak ;
OBJEK EKSEKUSI MILIK NEGARA

• Objek eksekusi merupakan barang milik negara


mengakibatkan eksekusi non eksekutabel;

• Apabila barang-barang milik negara tersebut adalah objek


BUMN yang bersifat mencari keuntungan maka dapat
dilakukan sita;

• Eksekusi secara riil tidak mungkin dilakukan apabila dalam


putusan dinyatakan objek eksekusi menjadi hak orang lain;
EKSEKUSI PUTUSAN BLM BHT

• Eksekusi Putusan serta merta :


• Pasal 180 ayat(1) HIR menegaskan Pengadilan Negeri dapat
memerintahkan pelaksanaan terlebih dahulu dan seterusnya,
dengan demikian kewenangan untuk menjatuhkan putusan
serta merta hanya diberikan kepada Pengadilan Tingkat
pertama;
• Permasalahannya jikalau sudah dilaksanakan eksekusi,
ternyata putusannya dibatalkan di tingkat banding atau
Kasasi,maka akan menimbulkan kerugian dan sulit untuk
dikembalikan seperti semula;
PENENTUAN HARGA LIMIT

 Pasal 44 PMK No. 27/PMK.06/2016 tentang Petunjuk


Pelaksaan Lelang: penjual/ pemilik barang dalam
menetapkan Nilai Limit harus didasarkan penilaian
penilai atau penaksiran penaksir.
 Penilai adalah pihak yang melakukan penilaian secara
independen berdasarkan kompetensi yang dimilikinya.
 Penaksir merupakan pihak yang berasal dari penjual,
yang melakukan penaksiran berdasarkan metode
yang dapat dipertanggungjawabkan oleh penjual.
PENGOSONGAN OBJEK LELANG
SEMA Nomor 4 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil
Rapat Pleno Mahkamah Agung tahun 2013 Sebagai Pedoman
Pelaksanaan Tugas Bagi Peradilan, telah memberikan petunjuk bahwa
apabila setelah lelang dilaksanakan dan pemenang lelang telah
ditetapkan, tereksekusi enggan meninggalkan objek lelang, maka
pihak yang memiliki hak berdasarkan lelang tersebut (pemenang
lelang) dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, untuk
melakukan pengosongan. Dengan konstruksi permohonan, proses
pengosongan akan lebih cepat, dibanding dengan konstruksi gugatan
baru yang memakan waktu lama. Ketentuan ini tidak hanya berlaku
pada penjualan lelang melalui pengadilan, namun juga pada
pelelangan Hak Tanggungan oleh kreditur sendiri (parate eksekusi).
26

Anda mungkin juga menyukai