Anda di halaman 1dari 27

PERANAN SERASAH TERHADAP SUMBANGAN N DAN P PADA

AGROEKOSISTEM KOPI (Coffea sp.)

PAPER

OLEH

DEWI NOVITA SARI


160301151
AGROEKOTEKNOLOGI IIIB

LABORATORIUM DASAR AGRONOMI


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASI SUMATERA UTARA
2017
PERANAN SERASAH TERHADAP SUMBANGAN N DAN P PADA
AGROEKOSISTEM KOPI (Coffea sp.)

PAPER

OLEH

DEWI NOVITA SARI


160301151
AGROEKOTEKNOLOGI IIIB

Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memenuhi Komponen Penilaian
di Laboratorium Dasar Agronomi, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Ditugaskan Oleh,
Dosen Penanggungjawab

(Ir. Rosita Sipayung, M.P.)


NIP: 195803251985032002

Diketahui Oleh,
Asisten Koordinator

(Rionaldo Pauli Siregar, S.P.)


Diperiksa Oleh, Diperiksa Oleh,
Asisten Korektor I Asisten Korektor II

(M. Arief Parinduri) (Mhd. Adlan Arisyi)


NIM: 130301102 NIM: 130301278

LABORATORIUM DASAR AGRONOMI


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITASI SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan paper

ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah Peranan Serasah Terhadap

Sumbangan N dan P Pada Agroekosistem Kopi (Coffea sp.) yang merupakan

salah satu syarat untuk dapat memenuhi komponen penilaian di Laboratorium

Dasar Agronomi, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua penulis yang telah

memberikan doa dan dukungan baik secara moral maupun materi kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ir. Rosita Sipayung, M.P sebagai

dosen penanggung jawab praktikum Laboratorium Dasar Agronomi,

Ir. Asil Barus, M.S; Ferry Ezra, S.P., M.Sc; Ir. Meiriani Sembiring, M.P.;

Ir. Revandy. I. M. Damanik, M.Sc., Ph.D; Ir. Mariati, M. Sc.; sebagai dosen

mata kuliah Dasar Agronomi yang telah membimbing penulis serta abang

dan/atau kakak asisten Laboratorium Dasar Agronomi yang telah membantu

penulisan paper ini.

Penulis menyadari bahwa paper ini masih jaug dari kata sempurna. Untuk

itu, kritik dan saran yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan

yang lebih baik di masa mendatang. Akhir kata, penulis mengucapkan terima

kasih dan semoga paper ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan 2
Kegunaan Penulisan 3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Kopi (Coffea sp.) 4
Syarat Tumbuh 5
Iklim 5
Tanah 7

PERANAN SERASAH TERHADAP SUMBANGAN N DAN P PADA


AGROEKOSISTEM KOPI (Coffea sp.)
Definisi Serasah 9
Fungsi Serasah 10
Keuntungan Penggunaan Serasah 11
Kerugian Penggunaan Serasah 13
Kegunaan Pupuk N 14
Kegunaan Pupuk P 15
Pengaruh Pohon Penaung Terhadap Produktivitas Serasah Pada
Agroekosistem Kopi (Coffea sp.) 17
Peranan Serasah Terhadap Sumbangan N dan P Pada Agroekosistem Kopi
(Coffea sp.) 18

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan 20
Saran 20

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ii
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sektor pertanian memegang peranan yang penting dan merupakan sector

terbesar dalam perekonomian negara berkembang termasuk Indonesia. Pentingnya

peranan sector pertanian ditunjukkan oleh beberapa faktor diantaranya, sector

pertanian memberikan sumbangan yang besar sekotar 50% sejak tahun 1970-an

terhadap pembentukkan GNP walaupun sekarang menurun menjadi 25%.

Penurunan relative sumbangan pertanian pada pendapatan negara sejalan dengan

perubahan struktur perekonomian Indonesia yang lebih bertumpu pada

pengembangan industry dan jasa (Hasan, 2000).

Salah satu komoditi perkebunan yang berpeluang sangat besar adalah koi,

dimana Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar di Asia. Ekspor kopi

mempunyai peran yang cukup penting dalam pertumbuhan devisa. Hal ini dapat

menjadi satu indikasi bahwa tanaman kopi memegang peranan penting dalam

perekonomian nasional baik dari segi pembiayaan pembangunan, kesempatan

kerja maupun dalam peningkatan kesejahteraan petani, khususnya dan masyarakat

umumnya (Mamboai, 2003).

Tanaman kopi (Coffea sp.) merupakan salah satu tanaman perkebunan

yang dikembangkan sejak penjajahan Belanda. Tanaman ini telah menjadi

komoditas yang diperhitungkan dalam penguatan devisa negara. Hal ini dapat

dilihat dari data produksi, ekspor, dan luas areal kopi Indonesia. Produksi kopi

Indonesia telah menempati posisi ke 3 dunia di bawah Brazil dan Vietnam. Ekspor

kopi Indonesia kurang lebih 0.353 juta ton biji kopi dan luas areal perkebunan

kopi Indonesia telah mencapai 1.2 juta ha. Luas areal tersebut didominasi oleh
2

perkebunan rakyat sebesar 96% dan 4% milik perkebunan swasta dan BUMN

(Anshori, 2014).

Ekosistem pertanian (agroekosistem) memegang faktor kunci dalam

pemenuhan kebutuhan pangan suatu bangsa. Keanekaragaman hayati (biodiversity)

yang merupakan semua jenis tanaman, hewan dan mikroorganisme yang ada dan

berinteraksi dalam suatu ekosistem sangat menentukan tingkat produktivitas

pertanian. Namun demikian dalam kenyataannya pertanian merupakan

penyederhanaan dari keanekaragaman hayati secara alami menjadi tanaman

monokultur dalam bentuk yang ekstrim. Hasil akhir pertanian adalah produksi

ekosistem buatan yang memerlukan perlakuan oleh pelaku pertanian secara

konstan (Tobing, 2009).

Dalam UU No. 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan disebutkan bahwa

penyelenggaraan perkebunan berdasarkan azas keberlanjutan adalah konsep

pertanian berkelanjutan pada perkebunan kopi. Di antara azas dalam system

perkebunan kopi berkelanjutan terutama kopi oragnik antara lain adalah upaya

konservasi tanah melalui pengelolaan pohon pelindung dan serasah. Pertanian

konservasi dicirikan paling tidak oleh tiga prinsip yaitu (1) minimasi gangguan

fisik pada tanah, (2) penutupan tanah secara permanen, dan (3) diversifikasi

tanaman (Owenya, 2012).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk dapat mengetahui

perana serasah terhadap sumbangan N dan P pada agroekosistem Kopi.


3

Kegunaan Penulisan

Adapun kegunaan dari penulisan laporan ini adalah untuk dapat memenuhi

komponen penilaian di Laboratorium Dasar Agronomi, Program Studi

Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dan

sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.


4

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Tanaman kopi merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari Benua

Afrika tepatnya di negara Ethiopia pada abad ke 9. Suku Ethiopia memasukkan

biji kopi sebagai makanan mereka yang dikombinasikan dengan makanan-

makanan pokok lainnya. Klasifikasi tanaman kopi (Coffea sp.) menurut Rahardjo

(2012) adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Divisio: Spermayophya; Sub

Divisio: Angiospermae; Kelas: Dicotyledonae; Ordo: Rubiales; Famili: Rubiaceae;

Genus: Coffea; dan Spesies: Coffea sp. (Anshori, 2014).

Tanaman kopi memiliki akar tunggang yang mengarah lurus ke

bawah, pendek dan kuat dengan ukuran 45-50 cm. Akar tunggang memiliki 4-8

akar samping dengan panjang 1-2 m. Selain itu, banyak pula akar cabang samping

dengan panjang 0.5-1 m horizontal dan memiliki kedalaman kurang lebih 30 cm

dan bercabang merata (Putra, 2015).

Tanaman kopi mempunyai sifat dimorfisme dalam pertumbuhan

vegetatifnya, yaitu pertumbuhan tegak (ortotropik) dan pertumbuhan ke samping

(plagiotropik) dengan percabangan yang banyak. Batang kopi merupakan

tumbuhan berkayu, tumbuh ke atas dan berwarna putih keabu-abuan. Pada batang,

terdapat 2 macam tunas, yaitu tunas seri (tunas reproduksi) yang selalu tumbuh

searah dengan tempat tumbuh asalnya dan tunas legitim yang hanya tumbuh sekali

dengan arah tumbuh yang membentuk sudut nyata dengan tempat aslinya

(Arief et.al, 2011).

Daun kopi memilikibentuk bulat telur, bergaris ke samping, bergelombang,

hijau pekat, kekar dan meruncing di bagian ujungnya. Daun tumbuh dan tersusun
5

secara berdampingan di ketiak batang, cabang dan ranting. Sepasang daun terletak

di bidang yang sama di cabang dan ranting yang tumbuh mendatar (Putra, 2015).

Bunga pada kopi robusta memiliki cirri yaitu berukuran kecil, mahkotanya

berwarna putih dan berbau harum semerbak. Kelopak bunga berwarna hijau.

Apabila bunga sudah dewasa, kelopak dan mahkotanya akan membuka dan segera

mengadakan penyerbukan kemudian akan terbentuk buah. Waktu yang diperlukan

sejak terbentuknya bunga hingga buah menjadi matang kurang lebih 8 11 bulan,

tergantung dari jenis dan faktor lingkungannya (Oktarina, 2014).

Buah kopi mentah berwarna hijau dan ketika matang akan berubah

menjadi warna merah. Buah kopi terdiri atas daging buah dan biji, Daging buah

terdiriatas tiga bagian yaitu lapisan luar (eksokarp), lapisan daging buah

(mesokarp), dan lapisan kulit tanduk (endocarp). Kulit tanduk buah kopi memiliki

tekstur agak iekras dan membungkus sepanjang biji kopi. Daging buah ketika

matang mengandung lender dan senyawa gula yang rasanya manis

(Panggabean, 2011).

Syarat Tumbuh

Iklim

Indonesia merupakan salah satu negara yang dilewati oleh garis

khatulistiwa yang artinya Indonesia beriklim tropis. Dengan iklim tropis ini,

negara Indonesia yang sangat cocok untuk menanam berbagai tanaman

perkebunan terutama tanaman kopi. Dengan berbagai macam tanaman kopi

tersebut serta iklim yang cocok akan sangat beruntung sekali jika berccocok

tanam kopi. Dengan curah hujan yang akan membantu mempengaruhi

pembentukkan bunga menjadi buah (Zahroyah, 2011).


6

Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian

tempat di atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya

dengan adantya introduksi beberapa klon baru baru dari luar negeri, beberapa klon

saat ini dapat ditanamn mulai di atas ketinggian 500 mdpl, namun demikian yang

terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 mdpl. Kopi arabika baik tumbuh

dengan citarasa yang bermutu pada ketinggian di atas 1000 mdpl. Namun

demikian, lahan pertanaman kopi yang tersedia di Indonesia sampai saat ini

sebagian besar berada di ketinggian antara 700 sampai 900 mdpl

(Prastowo, 2010).

Curah hujan yang sesuai untuk kopi adalah 1500 2500 mm per tahun.

Rata-rata bulan kering 1 3 bulan dan suhu rata 15 25 derajat celcius.

Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga dengan citarasa kopi

(Prastowo, 2010).

Syarat tumbuh kopi Robusta antara lain dapat ditanam dengan temperature

rata-rata antara 21-24. Kopi robusta memerlukan masa kering kurang lebih 3

bulan, masa kering tersebut sangat diperlukan karena kopi robusta melakukan

oernyerbukan silang. Curah hujan yang paling baik untuk tanaman kopi adalah

daerah yang mempunyai curah hujan optimal antara 2000 sampai 3000 mm per

tahun (Zahriyah, 2011).

Pohon tanaman kopi tidak tahan terhadap goncangan angin kecang, lebih-

lebih di musim kemarau. Karena angin itu mempertinggi penguapan air pada

permukaan tanah perkebunan. Selain mempertinggi penguapan, angin daoat juga

mematahkan dan merebahkan pohon pelindung yang tinggi, sehingga merusakkan

tanaman dibawahnya (Prastowo, 2010).


7

Tanah

Tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kopi adalah jenis tanah

yang pasir berlempung dengan pH nya antara 5,5 7,5. Tanah untuk

agroekosistem kopi pastinya harus gembur dan kaya akan unsure haranya. Unsur

hara yang diperlukan untuk pertumbuhan kopi adalah unsure hara makro dan

mikro (Sari, 2012).

Pada agroekosistem kopi, sangat disarankan tanah memiliki suhu tanah

tertentu dnegan kelembaban tertentu. Hal ini dikarenakan kopi sangat peka

terhadap faktor penentu tersebut. Faktor-faktor yang menjadi penentu tersebut

merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman kopi (Samuel, 2015).

Tanah untuk tanaman kopi berbeda-beda, menurut keadaan dari mana asal

tanaman itu. Pada umumnya tanaman kopi menghendaki tanah yang apisan

atasnya dalam, gembur, subur, banyak mengandung humus, dan permeable, atau

dengan kata lain tekstur tanah harus baik. Tanah yang teksturnya baik adalah

tanah yang berasal dari abu gunung berapi atau yang cukup mengandung pasir

(Zahriyah, 2011).

Budidaya kopi bisa dilakukan baik didataran tinggi maupun rendah,

tergantung dari jenisnya. Secara umum, kopi menghendaki tanah gembur yang

kaya bahan organic. Untuk menambah kesuburan berikan pupuk organic dan

penyubur tanah di sekitar area tanaman (Adinda, 2014).

Bila kondisi keasaman tanah kurang, maka bisa ditambahkan pupuk urea

untuk meningkatkan pH tanah. Sebaliknya bila tanah memiliki kadar keasaman

terlalu tinggi maka perlu ditambahkan kalsium fosfat. Jika kita kesulitan mencari
8

kalsium fosfat, acara paling mudah untuk mengatasi maslah tersebut adalah

dengan menambahkan kapur atau gamping mati pada tanah (Putra, 2015).
9

PERANAN SERASAH TERHADAP SUMBANGAN N DAN P PADA


AGROEKOSISTEM KOPI (Coffea sp.)

Definisi Serasah

Pengertian dari serasah pada lntai hutan adalah lapisan yang terdiri dari

bagian tumbuh-tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun, tangkai, ranting,

dahan, cabang, kulit kayu, bunga, kulit, onak dan sebagainya, yang menyebar di

permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan-bahan tersebut mengalami

dekomposisi. Dalam Bahasa Inggris, istilah serasah sering disebut Litter yaitu

bahan hasil guguran dari bagian tumbuhan yang menutupi permukaan tanah

(Henwi, 2010).

Melalui proses dekomposis, tumpukan serasah di permukaan hutan

berperan sebagai sistem input dan outputnya unsure hara. Pada bagian tumbuhan

mati dan membusuk, unsure yang telah dipakai oleh tumbuhan itu dibebaskan

kembali. Ini merupakan salah satu pengaruh penting tumbuh-tumbuhan terhadap

perkembangan tanah. Hara yang terbebaskan itu menjadi tersedia kembali untuk

diserap oleh tumbuhan, jadi sementara pelindian memindahkan hara tanah

menurun dalam penampang tanah,terdapat juga gerakan unsure hara ini yang naik

sebagai penyerapannya oleh akar (Harmita, 2011).

Serasah adalah bahan-bahan yang telah mati, terletak di atas permukaan

tanah dan mengalami dekomposisi dan mieralisasi. Komponen-komponen yang

termasuk serasah adalah daun, ranting, cabang kecil, kulit batang, bunga dan buah.

Menurut, Proctor (1983) menyatakan bahwa yang mempengaruhi jatuhan serasah

baik dalam jumlah maupun kualitasnya, yaitu keadaan lingkungan (iklim,

ketinggian, kesuburan tanah), jenis tanaman (hutan alam dan hutan buatan) dan

waktu (musim dan umur tegakan) (Aprianis, 2011).


10

Serasah merupakan lapisan yang terdiri dari bagian tumbuhan yang telah

mati seperti guguran daun, ranting, cabang, bunga, kulit kayu, buah serta bagian

lain yang menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan-bahan

tersebut mengalami dekomposisi. Serasah berfungsi sebagai penyimpanan air

sementara yang secara berangsur akan melepaskannya ke tanah bersama dengan

bahan organic berbentuk zarah yang larut, memperbaiki struktur tanah, dan

menaikkan kapasitas penyerapan (Handayani, 2006).

Serasah adalah istilah lain dari tumpukan dedaunan kering. Dapat juga

disebut sampah organik karena biasanya terdiri dari berbagai deduanan dan

ranting yang jatuh ke tanah. Ini juga merupakan sisa dari vegetasi di hutan

maupun kebun yang sudah mengering. Serasaj ini kemudia menyediakan berbagai

unsur hara akibat dari proses mikroorganisme pengurai (Aprianis, 2011).

Fungsi Serasah

Dekomposisi bahan organic adalah sebuah proses ekologi yang penting

dalam sebuah ekosistem hutan. Melalui proses dekomposisi ini, serasah yang

jatuh ke tanah, bersama dengan kandungan nutrisi yang ada di dalamnya

dilepaskan ke dalam tanah dan tersedia bagi tanaman. Sebagian besar unsure hara

yang dikembalikan ke lantai hutan adalah dalam bentuk serasah (Fiqa et.al, 2010).

Produktivitas serasah penting diketahui dalam hubungannya dengan

pemindahan energy dan unsure-unsur hara dari suatu ekosistem hutan. Adanya

suplai hara berasal dari daun, buah, ranting, dan bunga yang banyak mengandung

hara mineral melalui dekomposisi. Studi tentang aspek kuantitatif jatuhan serasah

akan berlangsung sebagai bagian penting dari ekologi hutan (Darmanto, 2003).
11

Unsur hara ini tidak dapat langsung diserap oleh tumbuhan, tetapi harus

melalui proses dekomposisi terlebih dahulu. Cepat lambatnya proses dekomposisi

serasah juga merupakan salah satu indikator cepat atau lambatnya humus

terbentuk. Humus sangat penting bagi konservasi tanah dan air (Fiqa et.al, 2010).

Produksi serasah merupakan bagian yeng penting dalam transfer bahan

organic dari vegetasi ke dalam tanah. Unsur hara yang dihasilkan dariproses

dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam pertumbuhan mangrove

dan sebagai sumber detritus bagi ekosistem laut dan estuary dalam menyokong

kehidupan berbagai organisme aquatic. Apabila serasah di hutan mangrove ini

diperkirakan dengan benar dan dippadukan dengan perhitungan biomassa lainnya,

akan diiperoleh informasi penting dalam prudksi, dekomposisi dan siklus

nutrisiekosistem hutan mangrove (Zamroni et.al, 2008).

Dekomposisidimulai dengan kolonisasi bahan organikmati oleh fungi yang

mampu mengautolisijaringan mati melalui mekanisme enzimatik. Fungsi akan

mengeluarkan enzim yang menghancurkan molekul-molekulorganik kompleks

sepertiprotein dan karbohidrat dari tumbuhan yang telah mati. Prose dekomposisi

oleh fungi sangat dipenagruhi oleh kondisi lingkungan misalnya air, keasaman,

suhu, oksigen, substart dan inhibitor (Kurniawan, 2012).

Keuntungan Penggunaan Serasah

Tanaman memberikan masukan bahan organik melalui daun-daun, cabang

dan rantingnya yang gugur dan juga melalui akar-akarnya yangtelah mati. Serasah

yang jatuh di permukaan tanah dapat melindungi permukaan tanah dari pukulan

air hujan dan mengurangi penguapan. Produktivitas serasah yang tinggi akan
12

memberikan keuntungan bagi vegetasi untuk meingkatkan produktivitas karena

tersedianya sumber hara yang banyak (Dyetha, 2013).

Keuntungan lain dari penggunaan serasah adalah menekan pertumbuhan

tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi biaya tenaga kerja untuk

penyiangan. Mulsa atau serasah, selain menjadi sumber bahan organik tanah, juga

dapat meningkatkan aktivitas jasad renik sehingga memperbaiki sifat fisika dan

kimia tanah. Selain itu juga dapat membantu menjaga suhu tanah serta

mengurangi penguapan sehingga mempertahankan kelembaban tanah sehigga

pemanfaatannya menjadi lebih efisien (Zulfahmi, 2013).

Serasah berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti sisa-

sisa tanaman. Keuntungan penggunaan serasah adalah lebih ekonomis (murah),

mudah didapatkan dan dapat terurai sehingga menambah bahan organik dalam

tanah. Kemudian, juga dapat digunakan untuk mengubah iklim mikro di sekitar

tanaman (Dyetha, 2013).

Penurunan suhu tanah oleh mulsa disebabkan karena penggunaan mulsa

dapat mengurangi radiasi yang diterima dan diserap oleh tanah sehingga dapat

menurunkan suhu tanah pada siang hari. Dengan menurunkan suhu udaha dan

tanah dapat menekan kehilangan air dari permukaan tanah sehingga mengurangi

adanya cekaman kekringan. Suhu tanah yang rendah dapat mengurangi laju

respirasi akar sehingga asimilat yang dapat disumbangkan untuk penimbunan

cadangan makanan menjadi lebih banyak dibanding pada perlakuan tanpa mulsa

(Ridha, 2012).

Mulsa organik atau serasah menjadi sumber bahan organik tanah.

Tergolong teknik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja/biaya


13

rendah. Mulsa dapat melindungi tanah dari terpaan hujan, erosi, menjaga struktur,

menambah kesuburan tanah serta menghambat pertumbuhan gulma. Mulsa

organik itu sendiri berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai seperti

jerami dan alang-alang (Sembiring, 2010).

Kerugian Penggunaan Serasah

Walaupun mulsa sangat menguntungkan tanaman secara umum, namun

mulsa atau serasah juga bisa merugikan bagi si tanaman tersebut. Kerugian

tersebut adalah bahan-bahan mulsa dapat saja menjadi saranng

berkembangbiaknya penyakit-penyakit tanaman. Namun hal ini masih perlu

diteliti bagi setiap bahan mulsa yang digunakan (Wanda, 2014).

Serasah tidak dapat digunakan dalam keadaan iklim yang terlampau basah

sebab akan memicu tumbuhnya jamur yang bersifat patogen. Apabila mulsa

organik yang digunakan berupa rerumputan, kemungkinan besar dapat tumbuh

dan berakar. Hal ini menyebabkan rerumputan tersebut dapat menjadi tanaman

pengganggu (Zulfami, 2013).

Mulsa organik atau serasah yang meliputi sisa pertanian yang secara

ekonomis kurang bermanfaat seperti jerami, padi, batang jagung, batang kacang

tanah, daun dan pelepah daun pisang, daun tebu, alang-alang dan serbuk gergaji.

Mulsa organik seperti jerami padi memiliki kekurangan diantaranya mulsa itu

sendiri hanya tersedi di sekitar sentra budidaya padi sehingga daerah yang jauh

dari pusat budidaya padi membutuhkan biaya ekstra untuk transportasi. Untuk

jerami padi itu sendiri tidak dapat digunakan lagi untuk masa tanam berikutnya

(Wanda, 2014).
14

Selain disebabkan oleh metode pembersihan gulma, erosi juga dipengaruhi

oleh ketebalan serasah pada kebun kopi. Serasah yang relatif tebal pada kebun

kopi multistrata mengurangi terjadinya erosi tanah sehingga kesuburan tanah tetap

terpelihara. Sedangkan, serasah yang relatif sedikit pada kebun kopi naungan

sederhana dan kebun kopi muda memungkinkan terjadinya lebih banyak erosi,

sehingga penurunan kesuburan tanah menjadi lebih cepat (Mustafa, 2012).

Di samping itu, serasah yang terlalu berlebih juga dapat memicu

timbulnya penyakit seperti jamur patogen. Kelembaban yang terlalu tinggi yang

disebabkan oleh tumpukan serasah daun yang terlalu tebal dapat mengundang

berbagai jenis penyakit tanaman. Selain itu, serasah daun yang sebelumnya jatuh

dari pohon naungan yang telah tertular penyakit mampu menularkan patogen

tersebut ke tanaman yang dinaunginya sehingga dalam hal ini menyebabkan

kerugian pada tanaman budidaya (Kostanti, 2016).

Kegunaan Pupuk N

Pupuk Urea adalah pupuk yang mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi.

Unsur nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman. Unsur

nitrogen di dalam pupuk urea sangat bermandaat bagi tanaman untuk

pertumbuhan dan perkembangan. Manfaat lainnya antara lain pupuk urea

membuat daun tanaman lebih hijau, rimbun dan segar (Aryadi, 2013).

Unsur nitrogen diperlukan untuk pembentukkan atau pertumbuhan bagian

vegetative tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam hal

pembentukkan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis,. Unsur N

berperan untuk mempercepat fase vegetative karena fungsi utama unsure N itu

sendiroi isebagai sintesis klorofil ( Purwadi, 2011).


15

Nitrogen (N) merupakan salah satu unsure hara utama dan tanah yang

sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan member warna hijau pada

daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan member

warna hijau pada daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun

karena pembentukkan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintesis

terganggu (Aryadi, 2013).

Di tanah gambut, kadar N relative tinggi, namun sebagian Nitrogen

tersebut dalam bentuk organic sehingga harus memerlukan proses mineralisasi

untuk dapat digunakan tanaman. Pupuk nitrogen mengandung hara tanaman N.

Bentuk senyawa N umumnya berupa nitrat, ammonium, amin, sianida. Bentuk

pupuk N ini berupa Kristal, prill, pellet, tablet maupun cair (Novisan, 2002).

Manfaat dari pupuk nitrogen itu sendiri untuk memacu pertumbuhan

tanaman secara umum, terutama pada fase begetatif. Pupuk N berperan dalam

pembentukkan klorofil, asam amino, lemak, emzim dan senyawa lainnya. Gejala

tumbuhan yang membutuhkan pupuk N adalah tanaman tersebut memiliki

perrtumbuhan yang lambat. Mula-mula daun menguning dan mengering, lalu

rontok. Daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun

bagian atas (Aryadi, 2013).

Kegunaan Pupuk P

Fosfor merupakan unsure hara yang diperlukan dalam jmlah besar (hara

makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan Nitrogen dan

Kalium. Tetapi fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan. Unsur ini merupakan

komponen tiap sel hidup dan cenderung terkonsentrasi dalam biji dan titik tumbuh
16

tanaman. Unsur P dalam Phospat adalah sangat berguna bagi pertumbuhan akar

terutama pada awal-awal pertumbuhan, mempercepat pembungaan, pemasakan

biji dan buah (Handayani, 2006).

Fosfor umumnya merupakan unsure hara nomor dua setelah nitrogen yang

paling terbatas untuk pertumbuhan tanaman. Walaupun sumber fosfor di dalam

tanah mineral cukup banyak, tanaman masih bias mengalami kekurangan fosfor,

karena sebagian besar terikat secara kimia oleh unsure lain sehingga sukar terlarut

di dalam air (Novisan, 2002).

Fosfor memainkan peranan yang sangat diperlukan seperti satu bahan

bakar yang huniversal untuk semua aktivitas biokimia dalam sel hidup. Fosfor

merupakan komponen penting oenyusun senyawa untuk transfer energy (ATP dan

nucleoprotein lain), untuk system informasi genetic (DNA dan RNA)

(Hasbi, 2015).

Manfaat dari pemberian pupuk P ini adalah untuk membentuk

pertumbuhan proteian dan mineral yang sangat tinggi bagi tanaman. Bertugas

mengedarkan energy ke seluruh bagian tanaman. Merangsang pertumbuhan dan

perkembanga akar serta mempercepat pembungaan dan pembuahan tanaman dan

mempercepat pemasakan biji dan buah (Purwadi, 2011).

Gejala tumbuhan yang membutuhkan pupuk ini adalah daun bawahnya

aberubah warna menjadi tua atau tampak mengkilap merah keunguan. Kemudiaan

menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang dan batang berwarna

merah keunguan. Batang kerdial dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Jika

sudah terlanjur berbuah ukurannya kecil, jelek dan lekas matang (Hasbi, 2015).
17

Pengaruh Pohon Penaung Terhadap Produktivitas Serasah Pada sampai

Agroekosistem Kopi (Coffea sp.)

Pada umumnya tanaman kopi memerlukan naungan terlebih jika daerah

pertanaman kurang lembab maka perlu diberikan naungan. Naungan pada

dasarnya hanya diperlukan bagi tanaman kopi yang ditanam di daerah-daerah

yang kurang subur karena kopi sendiri sebenarnya dapat ditanamn tanpa naungan.

Yang dimaksud dengan daerah-daerah yang kurang subur adalah pada daerah

yang kering apabila kita menanamnya di perkebunan (Ekasari, 2009).

Akan tetapi bila tanaman kopi di tanam tanpa naungan pada tanah yang

subur, pada permulaannya memperlihatkan pertumbuhan yang baik dan mulai

berubah juga lebih cepat. Selama 5-8 tahun kebun mampu memberikan hasil yang

baik. Namun, pada tahun-tahun berikutnya hasil akan mengalami penurunan yang

disebabkan oleh penyinaran mataharia yang tidak teratur, sehingga pertumbuhan

generatifnya juga tidak teratur termasuk pembungaan dan pembuahannya

(Lemes et.al, 2010).

Selain itu, pohon pelindung atau naungan juga mempunyai fungsi lain

yang berguna bagi tanaman kopi, diantaranya adalah dapat mencegah erosi,

menambah bahan organic, sebagai suber nitrogen, menahan tumbuhnya gulma,

mencegah embun lepas pada daerah-daerah tinggi. Kemudian pohon naungan juga

mempunyai peran untuk memerikan persediaan zat-zat makanan pada permukaan

tanah yang berasal dari sisa daun yang gugur (Sari, 2012).

Meski sangat bermanfaat bagi perkebunan kopi, pemberian pohon

pelindung atau naungan harus memenuhi beberapa syarat, antara lain berakar

dalam, mudah diaturs, tidak menjadi tanaman inang hama atau penyakit kopi,
18

termasuk jenis leguminosa, menghasilkan banyak bahan organic dan

menghasilkan banyak kayu bakar. Pohon naungan harus berakar dalam untuk

memperkecil saingan air dan zat hara lalu mudah diatur secara periodic agar tidak

menghammbat pembungaan .= Adapun beberapa contoh pohon naungan yang

baik untuk perkebunan kopi adalah Flemingia congesta, Leucaena glauca,

Crotalaria anagyroides dan Acacia villosa (Tobing, 2009).

Selain tingkat penaungan, dinamika penaungan oleh pohon pelindung

dapat berpengaruh terhadap produktivitas buah kopi. Pohon gamal dan dadap

memberikan penaungan yang dinamis, yaitu pada musim hujan tajuk pohon

pelindung tumbuh lebat sehingga memberi naungan berat sedangkan pada musim

kemarau, pohon pelindung merontokkan daun sehingga memberi penaungan yang

ringan (Ekasari, 2009).

Peranan Serasah Terhadap Sumbangan N dan P Pada Agroekosistem Kopi

(Coffea sp.)

Pohon pelindung atau penaung merupakan faktor kunci dalam

menentukkan keberlanjutan usahatani kopi. Hal ini terkait dengan fungsi pohon

pelindung dalam menyediakan layanan lingkungan bagi egroekosistem kopi

sebagai agroforestri, antara lain sebagai instrument konservasi tanah secara

vegetative untuk menekan erosi, produksi bahan organic, dan meningkatkan

pembungaan kopi. Guguran serasah dari pohon penaung mewakili sumber

pemasukan unsure hara yang penting pada agroekosistem kopi

(Rosalva at.al, 2006).

Serasah yang jatuh di permukaan tanah dapat melindungi permukaan tanah

dari pukulan air hujan dan mengurangi penguapan. Tinggi rendahnya peranan
19

serasah ini ditentukan oleh kualitas bahan organic tersebut. Semakin rendah

kualitas bahan, semakin lama bahan tersebut dilapuk, sehingga terjadi akumulasi

serasah yang cukup tebal pada permukaan tanah hutan (Raharjo, 2006).

Serasah pohon pelindung merupakan sumber penting hara terutama

nitrogen bagi agroekosistem kopi. Pada pohon pelindung jenis legume, nitrogen

tersebut sebagian berasal dari hasil fixasi N udara oleh bakteri bintil akar,

sehingga pohon pelindung jenis legume berperan penting dalam siklun N pada

agroekosistem kopi (Evizal et.al, 2012).

Jenis agroekosistem tidak berpengaruh terhadap sumbangan P dari total

serasah. Pada agroekosistemm kopi tanpa pohon penaung, serasah gulma menjadi

penyumbang utama P. Selisih kembalian P dari serasah menunjukkan nilai positif

pada semua jenis agroekosistem kopi dewasa, namun gulma merupakan

competitor yang kuat karena memerlukan P dalam jumlah yang banyak

(Lemes et.al, 2010).

Jika dihitung sumbangan nitrogen dari serasah guguran dan pengkasan

pohon pelindung, serasah daun kopi, serasah pangkasan kopi dan serasah gulma

yang dikendalikan maka jenis pohon pelindung berpengaruh nyata pada total

sumbangan N. Selain itu gulma juga merupakan saingan di agroekosistem kopi.

Oleh karena itu, pengendalian gulma harus dilakukan dengan bijaksana

(Evizal et.al, 2012).


20

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Serasah berfungsi sebagai penyimpanan air sementara yang secara berangsur

akan melepaskannya ke tanah bersama dengan bahan organic berbentuk zarah

yang larut, memperbaiki struktur tanah, dan menaikkan kapasitas penyerapan.

2. Serasah adalah bahan-bahan yang telah mati, terletak di atas permukaan tanah

dan mengalami dekomposisi dan mieralisasi.

3. Tanaman memberikan masukan bahan organik melalui daun-daun, cabang dan

rantingnya yang gugur dan juga melalui akar-akarnya yangtelah mati.

4. Pohon gamal dan dadap memberikan penaungan yang dinamis, yaitu pada

musim hujan tajuk pohon pelindung tumbuh lebat sehingga memberi naungan

berat dan sebliknya.

5. Serasah pangkasan kopi dan serasah gulma yang dikendalikan maka jenis

pohon pelindung berpengaruh nyata pada total sumbangan N.

Saran

Diharapkan kepada praktikan agar memahami materi mengenai

sumbangan pupuk N dan P yang diberikan oleh serasah pada agroekosistem kopi.
21

DAFTAR PUSTAKA

Adinda, J. 2014. Panduan Teknis Budidaya Kopi. Universitas Sam Ratulangi:


Manado.

Anshori, M, F. 2014. Analisis Keragaman Morfologi Koleksi Tanaman Kopi


Arabika dan Robusta Balai Penelitian Tanaman industry dan Penyegar
Sukabumi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Aprianis, Y. 2011. Produksi dan Laju Dekompossi Serasah Acacia crassicarpa A.


Cunn di PT. Arara Abadi. Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat: Riau.

Arief, M, C, W., M, Tarigan., R, Saragih, F, Rahmadani. 2011. Panduan Sekolah


Lapangan Budidaya Kopi Konserbasi. Conservation International
Indonesia: Jakarta.

Aryadi, D, P.2013. Defoliasi dan Pemberian Pupuk Urea Dalam Meningkatkan


Hasil Jagung (Zea mays L.) Varietas Pioneer 27. Universitas Lampung:
Lampung.

Darmanto, D. 2003. Produktivitas dan Model Pendugaan Dekomposisi Serasah


Pada Tegakan Agathis (Agathis loranthifolia Salibs), Puspa (Schima
wallichii (D.C.) Korth), dan Pianus (Pinus merkusii Walat). Institut
Pertanian Bogor: Bogor.

Dyetha, E. 2013. Pengukuran C/N Serasah Di Ecopark Segmen Jawa Pusat


Penelitian Biologi Lipi Cibinong. Universitas Airlangga: Jakarta.

Ekasari, I. 2009. Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Pohon Pada Perbedaan


Status Kepemilikan Lahan Garapan. Prosiding Konservasi Flora
Indonesia dalam Mengatasi Dampak Pemanasan Global. p: 119 127.

Evizal, R., Toharf, Irfan, D., Prijambada, dan Widada, J. 2012. Peranan Serasah
Terhadap Sumbangan N Pada Perkebunan Kopi (Coffea sp.).
Universitas Udayana: Bali.

Fiqa, A, P., dam Sofiah, S. 2010. Pendugaan Laju Dekomposisi dan Produsi
Biomassa Serasah Pada Beberapa Lokasi Di Kebun Raya Purwodadi.
Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi: Pasuruan.

Handayani, E. 2006. Laju Produktivitas Serasah Daun (Leaf Litter) Komunitas


Medang (Litsea spp.) Dan Meranti (Shorea spp.) Di Kebun Raya Bogor.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Harmita.2011. Laju Dekomposisi Dan Mineralisasi Biomassa Serasah di Lantai


Hutan Hujan Tropik Padang Sumatera Barat. Universitas Andalas:
Padang.
22

Hasan, I. 2000. Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti Kecamatan Minyamboww


Kabupaten Manokwari. Universitas Cenderawasih: Manokwari.

Hasbi, N. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Nitrogen, Fosfor dan Kalium


Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Rumput Benggala. Universitas
Hasanuddin: Makassar.

Henwi, Y. 2010. Pengertian Serasah Atau Lantai Hutan (Forest Floor).


Universitas Halu Oleo: Maluku.

Kostanti, M. 2016. Interaksi Antara Pohon, Tanah dan Tanaman Budidaya.


Universitas Islam Negeri Malang: Malang.

Kurniawan, F. 2012. Keanekaragaman Jenis Fungi Pada Serasah Daun Avicennie


marina Yang Mengalami Dekomposisi Pada Berbagai Tingkat
Salinitas.IAIN Sultan Thaha Saifuddin: Jambi.

Lemes, L, N., L, B, Carvalho, M, C. Souza, dan Alves. 2010. Weed Interference


on Coffee Fruit Production During a Four Year Investigation After
Planting. African J. Agric. Res. 5: 1138-1143.

Mamboai, H. 2003. Sistem Pengelolaan Usahatani Komoditi Kopi (Coffea sp.) di


Kampung Ambaidiru Distrik Angkaisera Kabupaten Yapen Waropen.
Universitas Negeri Papua: Manokwari.

Mustafa, R. 2012. Tanaman Penutup Tanah. Universitas Islan Negeri Yogayakarta:


Yogyakarta.

Novisan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka: Jakarta.

Oktarina, D. 2014. Jenis-Jenis Semut Penghuni Kaopi Dan Perilaku Semut


Dominan Di Kebun Kopi Rakyat Pekon Ngarip Dan Pekon Gunung
Terang. Universitas Lampung: Lampung.

Owenya, M., W. Mariki, A. Stewart, T. Friedrich, H. Kienzle, A. Kassam, R.


Shetto, and S. Mkomwa. 2012. Conservation Agriculture and
Sustainable Crop Intensification in Karatu District, Tanzania.
Integrated Crop Management. 15: 1 40.

Panggabean, E. 2011. Buku Pintar Kopi. Agro Media Pustaka: Jakarta.

Prastowo, B., Karmawati, E., Rubijo, Siswanto, Indrawanto, C., dan Munarso, S, J.
2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan: Bogor.

Purwadi, Eko. 2011. Batas Kritis Suatu Unsur Hara dan Pengukuran Kandungan
Klorofil. Universitas Jambi: Jambi.
23

Putra, Y, S. 2015. Pengelolaan Pembibitan Kkopi Arabika (Coffea Arabica L.) Di


Kebun Kalisat Jampit, PTPN XII, Bondowoso, Jawa Timur. Institut
Pertanian Bogor: Bogor.

Raharjo, R. 2006. Studi Terhadap Produktivitas Serasah, Dekomposisi Serasah,


Air Tembus Tajuk dan Aliran Batang Serta Leaching Pada Beberapa
Kerapatan Tegakan Pinus (Pinus merkusii), Di Blok Cimeyan, Hutan
Pendidikan Gunung, Walat, Sukabumi. Institut Pertanian Bogor: Bogor.

Ridha, R. 2012. Penggunaan Mulsa Untuk Menekan Dampak Negatif Cekaman


Kekeringan Pada Tanaman. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Rosalva, A., J, Paolini, M. Robles, dan E, Villegas. 2006. Nitrogen and


Phosphorus Contributions Fdrom Literfall in Shade Grown Coffee
(Coffea Arabica) Plantations in The Venezuelan Andes, Abstract, p.
155-93, 18th World Congress of Soil Science. Philadelphia, USA.

Samuel, S. 2015. Pengelolaan Perkebunan Tanaman Kopi di Berbagai Dataran.


Universitas Sumatera Utara: Medan.

Sari, H. 2012. Budidaya Tanaman Kopi. Gadjah Mada Press: Yogyakarta.

Sembiring, Y. 2010. Jenis Mulsa dan Manfaatnya. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta.

Tobing, M, C. 2009. Keanekaragaman Hayati dan Pengelolaan Serangga Hama


Dalam Agroekosistem. Universitas Sumatera Utara: Medan.

Wanda, R,P. 2014. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Mulsa Jerami Padi
Pada Persawahan. Universitas Lampung: Lampung.

Zahriyah, A. 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Robusta


(Coffea canephora) Pada Bentuk Lahan Asal Volkanis Di Kecamatan
Parujambe Kabupaten Lumajang. Universitas Negeri Malang: Malang.

Zamroni, Y., dan Rohyani, I,S. 2008. Produksi Serasah Hutan Mangrive di
Perairan Pantai Teluk Sepi, Lombok Barat. Universitas Mataram:
Mataram.

Zulfahmi, M,G,A. 2013. Manfaat dan Kerugian Penggunaan Beberapa Jenis


Mulsa. Universitas Jember: Jember.

Anda mungkin juga menyukai