Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH DISKUSI PRA PENELITIAN

MAHASISWA PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


PEMINATAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Judul

Pemrasaran/ NIM
Pembimbing
Hari / tanggal
Waktu
Tempat

:Pertumbuhan dan Perkembangan Kutudaun Pisang


Pentalonia nigronervosa Coq. (Hemiptera: Aphididae)
pada Tiga Genotip Pisang yang Terserang Banana
Bunchy Top Virus.
: Kiki Audiva Wildaliani / 05071281320028
: 1. Dr. Ir. Suparman SHK
2. Prof. Dr. Ir. Siti Herlinda, M.Si
: Kamis/ 01 September 2016
: 08.30 WIB
: Ruang Seminar Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

I.

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Pisang (Musa spp.) adalah salah satu komoditas buah-buahan penting
yang memiliki nilai ekonomi sosial yang besar terutama di kalangan masyarakat
pedesaan. Pisang telah dibudidayakan pada 100 negara di daerah tropis dan
subtropis di dunia dan menepati posisi keempat sebagai tanaman paling penting
yang berkembang di dunia setelah padi, gandum dan jagung dari segi nilai
produksi (Frison dan Sharrock, 1998; Hapsari dan Masrum, 2012). Pisang juga
memiliki peran penting dalam ketahanan pangan dan sebagai penyumbang devisa
negara (Rusdiansyah, 2009; Widians, 2011).
Produksi pisang di Indonesia secara agregat menduduki peringkat 8
besar di dunia, namun baru 2,7% dari total produksi ini bisa diekspor. Peran
pisang menjadi lebih penting karena nilai gizi dan keragaman penggunaan buah
melalui pengolahan kini juga diakui (Setyobudi, 1998; Hapsari dan Masrum,
2012). Di Indonesia, total pertumbuhan nasional daerah pisang mencapai 101,276
hektar dengan total produksi 5.755.073 ton pada tahun 2010. Sebagian besar
Pisang banyak tumbuh di halaman belakang dan sangat sedikit dibudidayakan
sebagai perkebunan (Setyobudi, 1998; Departemen Pertanian RI, 2012). Dalam
Universitas Sriwijaya
1

hal pengembangan, budidaya tanaman pisang sering mendapat kendala karena


serangan

patogen.

Salah satu penyakit penting pada pisang yaitu Banana

bunchy top virus (BBTV) yang dapat menyebabkan tanaman kerdil dan
gagal panen (EL-Dougdoug et al., 2006).
Banana Bunchy Top Disease (BBTD) yang disebabkan oleh Banana
Bunchy Top Virus (BBTV) adalah salah satu penyakit pisang yang menjadi
masalah paling serius dan dapat menurunkan produksi pisang. Setelah terserang,
penyakit ini sangat sulit untuk dikendalikan atau diberantas. Penyakit ini pertama
kali tercatat sebagai penyebab kerusakan serius di Kepulauan Fiji pada awal 1889
(Jackson dan Wright, 2005; Hapsari dan Masrum, 2012), Samoa Amerika pada
tahun 1967 dan Hawaii di 1989 (Ferreira et al., 1997; Hapsari dan Masrum,
2012). Pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1978 di Cimahi dan
Padalarang, Kabupaten Bandung (Semangun, 2007; Hapsari dan Masrum, 2012),
dan kemudian meluas ke seluruh Indonesia. BBTD ditularkan oleh kutu pisang
(Pentalonia nigronervosa Coq.). Tidak dapat ditularkan melalui alat pertanian
atau cairan tanaman sakit (Thomas et al., 1994; Hapsari dan Masrum, 2012).
Perkembangan pernyakit dibantu oleh hujan, suhu tinggi, kesuburan tanah dan
keadaan yang terlindung. Di Indonesia penyakit ini tersebar di Lampung, Jawa,
Bali, Kalimantan Barat, Jayapura, dan semua daerah penghasil pisang.
Gejala awal penyakit kerdil pisang biasanya akan muncul kurang
lebih satu bulan setelah infeksi. Tanaman yang terinfeksi virus kerdil pisang
pada saat muda tidak dapat menghasilkan buah, sedangkan tanaman pisang
yang terinfeksi menjelang fase reproduktif tetap menghasilkan namun buah
yang dihasilkan tidak normal (Wu & Su 1990; Suparman et al., 2011). Pada
pangkal daun kedua atau ketiga dan punggung tangkai daun apabila dilihat
permukaan bawahnya akan tampak adanya garis-garis hijau tua sempit yang
terputus-putus. Selanjutnya daun muda lebih tegak, pendek, sempit dengan
tangkai yang lebih pendek dari biasanya, menguning sepanjang tepinya, dan
mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah patah. Tanaman terhambat
pertumbuhannya dan daun-daun membentuk roset pada ujung batang palsu
(Ferreira et al., 1997; Hapsari dan Masrum, 2012).

Universitas Sriwijaya
2

Pentalonia nigronervosa Coquerel (Hemiptera: Aphididae) yang dikenal


sebagai kutudaun pisang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara dan saat ini
dapat ditemukan hampir pada semua tempat pertanaman pisang. Keberadaan
kutudaun tersebut sudah dilaporkan di berbagai wilayah tropis antara lain Afrika
Tengah, Afrika Utara, Timur Tengah, India, Asia Tenggara, Australia, Kepulauan
Atlantik, Amerika Selatan, dan Amerika Tengah (Waterhouse, 1987; Suparman et
al., 2011).
Reproduksi P.nigronervosa sepenuhnya partenogenesis. P.nigronervosa
mempunyai empat instar nimfa. Nimfa yang baru dilahirkan atau instar pertama
berbentuk oval kemudian berubah menjadi sedikit memanjang. Warnanya coklat
kemerahan dengan antena empat ruas dan berukuran panjang 0,12 mm. Nimfa
instar kedua mirip dengan nimfa instar pertama dengan ukuran panjang kurang
lebih 0,8 mm. Nimfa instar ketiga berwarna coklat dengan ukuran panjang kurang
lebih 0,9 mm dan pada instar ini matanya mulai terlihat jelas dan antenanya
berjumlah lima ruas. Instar keempat memiliki enam ruas antena, berwarna coklat
muda dan panjangnya 1,2 mm (Rajan, 1981; Suparman et al., 2011).
Sebagaimana kutudaun pada umumnya, P.nigronervosa memperoleh
makanannya dengan cara menusukkan stiletnya yang panjang langsung ke
pembuluh floem dan menyedot cairan dari dalam pembuluh floem tersebut. Hal
ini dapat menyebabkan tanaman mengalami deformasi seperti keriting atau
keriput, meskipun pada tanaman pisang gejala deformasi sangat jarang ditemukan
(Metcalf, 1962; Suparman et al., 2011). P.nigronervosa menjadi penting secara
ekonomis karena peranannya sebagai vektor virus kerdil pisang Banana Bunchy
Top Virus (Hu et al. 1996; Suparman et al., 2011). Penyakit kerdil pisang
merupakan penyakit yang paling penting dan paling merugikan pada tanaman
pisang di seluruh dunia (Dale 1987; Suparman et al., 2011).
Maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan serangga yang menjadi vektor BBTV yang
merupakan penyebab salah satu penyakit penting pada pisang serta pengaruh
pertumbuhan dan perkembangan P.nigronervosa Coq. yang diinfestasikan pada
pisang yang terserang Banana Bunchy Top Virus.

Universitas Sriwijaya
3

I.2. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tanaman
inang yang sakit terhadap pertumbuhan dan perkembangan Pentalonia
nigronervosa Coq. pada tiga genotip pisang yang terserang Banana Bunchy Top
Virus.
I.3. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang mendasari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Berapa lama waktu yang dibutuhkan Pentalonia nigronervosa Coq. untuk
berkembangbiak pada pisang yang terserang BBTV?
2. Pada bagian tanaman pisang yang terserang BBTV manakah pertumbuhan
dan perkembangan Pentalonia nigronervosa Coq. yang paling banyak?
3. Pada jenis pisang terserang BBTV apakah laju pertumbuhan dan
perkembangan Pentalonia nigronervosa Coq. yang lebih cepat?
I.4. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. diduga lama waktu yang dibutuhkan P.nigronervosa Coq. untuk
berkembangbiak pada pisang yang terserang BBTV adalah 6 jam.
2. diduga pertumbuhan dan perkembangan P.nigronervosa Coq. paling
banyak adalah pada bagian pelepah pisang yang terserang BBTV
3. diduga pertumbuhan dan perkembangan P.nigronervosa Coq. lebih cepat
pada pisang udang yang terserang BBTV.
I.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi serta pengetahuan
tentang pertumbuhan dan perkembangan kutudaun pisang P.nigronervosa Coq.
pada tiga genotipe pisang yang terserang Banana Bunchy Top Virus serta strategi
untuk menekan kerugian dengan cara menanam jenis pisang yang laju
pertumbuhan dan perkembangan kutudaun pisang Pentalonia nigronervosa Coq.
lebih lambat.
Universitas Sriwijaya
4

II. PELAKSANAAN PENELITIAN


2.1.

Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Insektarium, Program Studi

Proteksi Tanaman Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian


Universitas Sriwijaya. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan
September 2016 sampai dengan selesai.
2.2.

Alat dan Bahan


Alat yang akan digunakan pada penelitian ini adalah : alat tulis, alat

pemotong, botol plastik, cup plastik, kain kasa, kamera, kuas, kertas label, loop,
dan sprayer. Bahan yang akan digunakan adalah: aquadest, agar, gula, bagian
pisang Mas, Udang, dan Putri (daun, tangkai daun, pelepah) yang terserang
BBTV, kutudaun pisang Pentalonia nigronervosa Coq.,
2.3.

Metode Penelitian
Penelitian tentang pertumbuhan dan perkembangan kutudaun pisang

P.nigronervosa Coq. (Hemiptera: Aphididae) pada tiga genotip pisang yang


terserang BBTV dilakukan pada 3 penelitian berbeda, yaitu: 1). Penelitian yang
menggunakan

daun

sebagai

tempat

pertumbuhan

dan

perkembangan

P.nigronervosa Coq., 2). Penelitian yang menggunakan tangkai daun sebagai


tempat pertumbuhan dan perkembangan P.nigronervosa Coq., 3). Penelitian yang
menggunakan

pelepah

sebagai

tempat

pertumbuhan

dan

perkembangan

P.nigronervosa Coq.,
Masing-masing penelitian dirancang menurut Rancangan Acak Lengkap
Faktorial (RALF) yang terdiri dari dua faktor, yaitu genotip tanaman pisang (tiga
level : Mas, Putri dan Udang) dan jumlah kutu yang diinfestasikan (empat level:
1,2,3,4). Setiap kombinasi perlakuan diulang 10 kali (Bagan penelitian terlampir).
2.3.1.

Penelitian yang Menggunakan Daun sebagai Tempat Pertumbuhan


dan Perkembangan P.nigronervosa Coq.

Universitas Sriwijaya
5

Notasi kombinasi perlakuan pada penelitian pertama adalah sebagai


berikut :
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Perlakuan
Kode Perlakuan
Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
P1K1
Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
P1K2
Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
P1K3
Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
P1K4
Daun Pisang Putri Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
P2K1
Daun Pisang Putri Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
P2K2
Daun Pisang Putri Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
P2K3
Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
P2K4
Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
P3K1
Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
P3K2
Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
P3K3
Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
P3K4

2.3.2.

Penelitian yang Menggunakan Tangkai Daun sebagai tempat


Pertumbuhan dan Perkembangan P.nigronervosa Coq.
Notasi kombinasi perlakuan pada penelitian kedua adalah sebagai berikut :

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Perlakuan
Tangkai Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Putri Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Putri Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Putri Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Mas Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
Tangkai Daun Pisang Udang Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa

2.3.3.

Penelitian

yang

Menggunakan

Pelepah

sebagai

Kode Perlakuan
P1K1
P1K2
P1K3
P1K4
P2K1
P2K2
P2K3
P2K4
P3K1
P3K2
P3K3
P3K4
Tempat

Pertumbuhan dan Perkembangan P.nigronervosa Coq.


Notasi kombinasi perlakuan pada penelitian ketiga adalah sebagai berikut :
No
1
2
3
4

Perlakuan
Pelepah Pisang Mas Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Mas Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Mas Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Mas Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa

Kode Perlakuan
P1K1
P1K2
P1K3
P1K4
Universitas Sriwijaya

5
6
7
8
9
10
11
12

Pelepah Pisang Putri Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa


Pelepah Pisang Putri Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Putri Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Mas Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Udang Terserang BBTV + 1 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Udang Terserang BBTV + 2 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Udang Terserang BBTV + 3 P.nigronervosa
Pelepah Pisang Udang Terserang BBTV + 4 P.nigronervosa
2.4.

P2K1
P2K2
P2K3
P2K4
P3K1
P3K2
P3K3
P3K4

Cara Kerja

2.4.1. Perbanyakan Kutudaun Pisang


Perbanyakan kutudaun pisang dilakukan dengan cara membiakkan
kutudaun di tunas pisang sehat didalam botol plastik. Kutudaun yang akan
diperbanyak didapat dari koleksi pribadi Dr. Ir. Suparman SHK. Botol plastik diisi
dengan air dan tunas pisang, lalu kutudaun dipindahkan dengan kuas yang
sebelumnya ujungnya telah dibasahi. Kutudaun yang digunakan untuk
perbanyakan berjumlah 60 kutudaun pisang. Perbanyakan kutudaun akan
dilakukan selama 2 minggu.
2.4.2. Penyiapan Penghambat Sinesensi
Penyiapan ini dilakukan dengan cara membuat media agar padat pada
wadah yaitu cup plastik. Agar 25 gr dicampur dengan air 250 ml, didihkan
kemudian ditunggu dingin, lalu dituangkan kedalam cup plastik, ditunggu hingga
mengeras.
2.4.3. Penyiapan Tanaman Pisang Sakit Terserang BBTV
Tanaman pisang yang digunakan adalah pisang Mas, pisang Udang,
Pisang Pengambilan tanaman pisang ini dilakukan di lapangan. Tanaman pisang
harus menunjukkan gejala terserang BBTV. Gejala paling khas yaitu pisang
menjadi kerdil. Tanaman pisang yang terserang BBTV diambil seluruh bagian
tanaman dengan cara mencabut tanaman hingga bagian akar, lalu dimasukkan
kedalam pot yang sebelumnya telah berisi tanah. Kemudian bahan dibawa ke
laboratorium dan dipotong sesuai dengan bagian tanaman yang akan diteliti.
2.4.4. Infestasi Kutudaun Pisang Pada Bagian Tanaman Terserang BBTV
Universitas Sriwijaya
7

Bagian tanaman pisang yang sakit terinfeksi BBTV seperti daun, tangkai
daun dan pelepah pisang dimasukkan masing-masing ke wadah cup plastik yang
telah berisi media sinesensi. Lalu masing-masing bagian tanaman yang berada di
wadah diinfestasikan kutudaun pisang dengan jumlah yang berbeda yaitu 1 kutu,2
kutu, 3 kutu, dan 4 kutu. Kutudaun pisang diambil dan ditaruh menggunakan kuas
yang telah dibasahi sebelumnya.
2.4.5. Pengamatan Pertumbuhan dan Perkembangan Kutudaun Pisang
Setelah kutudaun pisang diinfestasikan, kemudian diamati pertumbuhan
dan perkembangan kutudaun pisang tersebut. Peubah yang diamati adalah waktu
pertama kali kutudaun berkembangbiak, kemudian jumlah populasi kutudaun, lalu
jumlah imago yang telah bersayap.
2.5.

Peubah yang Diamati

2.5.1.

Waktu Pertama Kutudaun Pisang Berkembangbiak


Pengamatan secara langsung dilakukan dengan cara mengamati kutudaun

dengan teratur dengan rentang waktu antar masing-masing 5 menit hingga


kutudaun berkembangbiak untuk pertama kalinya. Pengamatan ini dilakukan
secara langsung dimulai dari ketika kutudaun pisang diinfestasikan hingga waktu
pertama kali kutudaun pisang berkembangbiak. Kemudian waktu berkembangbiak
kutudaun pisang pada masing-masing perlakuan dicatat pada tabel hasil
pengamatan.
2.5.2.

Jumlah Populasi Kutudaun Pisang


Jumlah kutudaun pisang diamati sesuai dengan jumlah infestasi kutudaun

pisang pada masing-masing bagian tanaman sakit terserang BBTV. Pengamatan


ini dilakukan setiap 6 jam sekali.
2.6.

Analisis Data
Data hasil pengamatan jumlah populasi kutudaun pisang yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan metode Analysis of Variance (ANOVA). Dan jika


hasilnya menunjukkan berpengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut dengan BNJ
5%.
Universitas Sriwijaya
8

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2012. http://www.deptan.go.id/tampil.


php?page=inf_basisdata. Diakses 23 Agustus 2016.
EL-Dougdoug K A, Hazaa MM, Hanaa Gomaa HA, and ELMaaty SA.
2006. Eradication Of Banana Viruses From Naturally Infected Banana
Plants. 1-Biological and Molecular Detection Of Cucumber Mosaic
Virus and Banana Bunchy Top Virus In Naturally Infected Banana
Plants. Jociences Res. 2(12):1156-1163.
Hapsari, Lia dan Masrum, Ahmad. 2012. Reliminary Screening Resistance Of
Musa Germplasms For Banana Bunchy Top Disease In Purwodadi
Botanic Garden, Pasuruan, East Java. Buletin Kebun Raya. 15(2):57-70

Universitas Sriwijaya
9

Widians, Joan Angelina. 2011. Aplikasi Sistem Pakar Identifikasi Penyakit Pada
Tanaman Pisang. Jurnal Informatika Mulawarman. 6(1): 45-49.
Suparman, Nurhayati, dan Setyawati, Anita. 2011. Preferensi dan Kecocokan
Inang Pentalonia nigronervosa Coquerel (Hemiptera: Aphididae) terhadap
Berbagai Varietas Pisang. J. Entomol. Indon. 8(2); 73-84.

Universitas Sriwijaya
10

Anda mungkin juga menyukai