PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keuntungan, antara lain adalah relatif lebih aman, mudah diperoleh, tidak
1
menyisakan Kulit pisang, yang belum di manfaatkan secara optimal. Pisang
Produk samping pedagang keripik pisang dan pisang goreng adalah limbah
kulit pisang. Kulit pisang memiliki anti mikroba baik pada bakteri gram
negatif maupun bakteri gram positif (Adil et al., 2013). Kulit pisang
merupakan salah satu anti oksidan pada kanker dan penyakit hati (Someya et
al., 2002).
Kulit buah pisang masak yang berwarna kuning kaya akan senyawa
flavonoid, maupun senyawa fenolik, di samping itu kulit buah pisang banyak
senyawa fenolik lainnya yang ada pada kulit pisang perlu diidentifikasi dan
2
dijumpai bakteri normal adalah tempat yang terpapar dengan dunia luar yaitu
kulit, mata, mulut, saluran pernafasan atas, saluran pencernaan dan saluran
urogenital (Trampuz et al., 2004). Tetapi terdapat juga bakteri yang bersifat
saluran pencernaan bagian bawah dan dapat berubah menjadi patogen jika
menyebar melalui kontaminasi debu atau melalui makanan dan minuman yang
Karena habitat aslinya yang berada di dalam usus manusia maupun binatang,
sehingga perlu dilakukan penelitian. Pada penelitian ini, limbah kulit pisang
raja akan di ekstraksi dengan etanol 70%, kemudian ekstraknya akan diujikan
al., 2010).
3
Berdasarkan penelitian di atas penulis tertarik melakukan penelitian
B. Perumusan Masalah
Staphylococcus aureus?
C. Tujuan Penelitian
Staphylococcus aureus
D. Manfaat Penelitian
4
(Musa paradisiaca var sapientum) sebagai pengobatan infeksi yang
aktivitas ekstrak tanaman kulit Ekstrak kulit buah pisang raja (Musa
E. Keaslian Penelitian
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Klasifikasi tanaman
Ordo : Musales
Genus : Musa
2. Morfologi Tanaman
agak bengkok dan memiliki tiga garis menuju kebawah yang membentuk
sudut. Ujung bawah yang bengkok agak keras. Panjang buah sekitar 140-
6
200 mm dan diameternya 30-40 mm. permukaan luarnya halus dan
bila buah ini matang dan masak pada musim panas dan gugur. Bagian
yang masak pada buah ini memperlihatkan noda warna coklat gelap.
pisang yang matang buahnya akan menjadi empuk. Pisang yang kulitnya
telah menghitam hanya tahan 3-5 hari. Pisang yang belum matang dapat
3. Khasiat Tanaman
B. Uraian Bakteri
spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37ºC,
tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25ºC). Koloni
berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Lebih dari 90% isolat
7
polisakarida atau selaput tipis yang berperan dalam virulensi bakteri
a. Klasifikasi bakteri
Kindom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Coccoi
Ordo : Bacillales
Famili : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
8
vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan
pertumbuhannya.
berikut :
berbentuk batang, tebal 0,5μm, panjang antara 1,0 - 3,0 μm, bervariasi dari
berbentuk spora, motil dan filamen perithin beberapa galur tidak memiliki
9
flagella dan bersifat Gram negatif. Escherichia coli bersifat aerob atau
Escherichia coli antara lain pertumbuhan optimum pada suhu 37ºC, dapat
tumbuh pada suhu 15ºC - 45ºC, 11 tumbuh baik pada pH 7,0 dan tumbuh
Kingdom : Bacteria
Filum : Proterobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
b. Patogenesis
10
E. coli yang patogen tersebut dapat mengakibatkan gangguan intestinal
C. Ekstraksi
Micelle ini dapat diubah menjadi bentuk obat siap pakai, seperti ekstrak cair
dan tinktura atau sebagai produk/bahan antara yang selanjutnya dapat diproses
Ekstrak dapat dibuat menjadi tiga bentuk, yaitu Ekstrak setegah cair
(kental) seperti sirup yang dibuat dengan tidak membuang semua penyari,
menguapkan hampir semua penyari, dan Ekstrak kering (serbuk) yang dibuat
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian terdifusi masuk kedalam pelarut (Ansel, 1989).
11
D. Metode Ekstraksi
1. Cara Dingin
zat aktif dari suatu simplisia pada temperatur ruangan. Beberapa metode
a. Maserasi
b. Perkolasi
2. Cara Panas
Metode ekstraksi dengan cara panas merupakan metode penarikan zat aktif
12
a. Refluks
waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
b. Soxhlet
c. Digesti
yang lebih tinggi dari temperatur ruang, yaitu secara umum dilakukan
d. Infus
(Hanani, 2016).
13
e. Dekokta
sampai titik didih air disebut dekok. Metode ini digunakan untuk
(Hanani, 2016).
f. Destilasi (Penyulingan)
senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada proses
menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini umum
2016).
h. Ultrasonik
14
i. Gelombang Mikro (microwave assisted extraction, MAE)
2016).
dalam isolasi senyawa bahan alam karena selain murah dan mudah dilakukan,
membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel,
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam
pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat diatur
15
lama perendeman yang dilakukan. Pelarut yang mengalir ke dalam sel dapat
E. Ciprofloxacin
yaitu golongan kuinolon baru dengan atom fluor pada cincin kuinolon.
DNA baru yang terbentuk setelah proses replikasi DNA bakteri selesai
(Setiabudy, 2007).
mg
Indikasi : Infeksi saluran kemih, saluran cerna, termasuk demam tifoid
sendi.
Kontraindikas : Hipersensitif terhadap ciprofloxasin dan derivat kinolon yang
16
i lain, wanita hamil dan menyusui, anak dan remaja sebelum
melalui urine.
Dosis : Infeksi ringan(saluran kemih) : sehari 2x250 mg
F. Antibakteri
17
adalah antibiotik. Antimikroba dapat berupa senyawa kimia sintetik atau
senyawa yang sifatnya mirip dengan aslinya yang dibuat secara besar-besaran,
(Setyaningsih, 2004).
3. Suhu lingkungan
mikroba
5. Sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan
18
Dalam metode ini zat antimikroba ditentukan berdasarkan daerah
terjadi
yang terjadi.
19
Prinsip metode ini adalah sampel (larutan) dimasukkan dalam
yaitu :
20
(-) ≤ 10
(+) 11 – 15
(++) 16 – 20
(+++) >20
untuk menjelaskan organisme rentan ata sensitif terhadap obat, atau menjadi
2004).
21
Disekitar daerah yang mengandung zat anti bakteri. Diameter zona
H. Hipotesis
Keterangan :
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
konsentrasi 5%, 20%, dan 40%, dengan desain penelitian sebagai berikut:
Waktu Penelitian ini direncanakan pada bulan juni- juli 2019. Dan
C. Definisi Operasional
Ekstrak kulit buah pisang var raja adalah ekstrak yang diperoleh
pengaduk, cawan porselin, cawan petri, gelas kimia 250 ml, gelas kimia 500
ml, inkubator, mikropipet, pingset, pipet ukur, karet penghisap, oven, neraca
analitik, sendok tanduk, hot plate, gelas ukur, lampu spritus, drigalsky, spoit 1
23
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, Ekstrak kulit
Staphylococcus aureus, NaCl 0,9%, kertas label, kertas pH, media Natrium
E. Pengolahan Sampel
disortasi basah kemudian dicuci dengan air mengalir hingga bersih. Kulit
buah pisang var sapientum yang sudah bersih dipotong kecil-kecil untuk
Setelah kering Kulit buah pisang var sapientum disortasi kering, dihaluskan
tekanan hingga kental tetapi masih bisa dituang. Penguapan dilanjutkan pada
panci Stainless Steel diatas penangas air hingga diperoleh ekstrak kental untuk
di timbang.
Bakteri biakan murni diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan
dalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam. Perlakuan yang sama
dilakukan pada setiap jenis bakteri uji.Bakteri uji yang telah diinokulasi
24
diambil dengan kawat ose steril lalu disuspensikan kedalam tabung yang
Dibuat larutan uji 5%, 20%, dan 40% b/v dengan cara ditimbang 5 gr,
20 gr, dan 40 gr. ekstrak etanol kulit buah pisang kemudian masing-masing
agar.
raja dalam penelitian ini yaitu disiapkan media nutrient agar (NA) steril yang
suspensi bakteri uji, dipipet sebanyak 15 mL media nutrient agar (NA) tanpa
biakan biarkan hingga memadat (lapisan 1), diletakkan 5 paper disk diatas
ekstrak kulit pisang raja dengan konsentrasi 5%, 20% dan 40%, diinkubasi
selama 1x24 jam pada suhu 37oC kedalam inkubator, dikeluarkan dari
25
J. Pengolahan dan Analisis Data
dilakukan uji stastistik dengan menggunakan uji one way Annova dengan
26
BAB IV
A. HASIL PENELITIAN
1. Analisis Univariat
a. Hasil Ekstrak Kulit Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca var raja)
Tabel 3. Ekstrak Kulit Buah Pisang Raja (Musa paradisiaca var raja)
Simplisia Pelarut Etanol Ekstrak Rendamen (%)
1200 g 10.000 ml 120 g 10
Tabel 3 menunjukkan bahwa preparasi ekstrak kulit buah
raja 1.200 gram dalam 10 liter latutan etanol. Maserat yang ada di
paradisiaca var raja) didapat dari berat ekstrak dibagi dengan berat
sebanyak 10%.
27
Tabel 4. Aktivitas ekstrak kulit buah pisang raja (Musa paradisiaca
var raja) terhadap bekteri staphylococcus aureus
Zona Hambat (mm)
Replikasi Konsentrasi Ekstrak Kontrol Kontrol
5 (%) 20 (%) 40 (%) (+) (-)
Cawan 1 21 mm 22 mm 27 mm 40 mm 0 mm
Cawan 2 18 mm 21 mm 37 mm 43 mm 0 mm
Cawan 3 20 mm 20 mm 40 mm 30 mm 0 mm
Cawan 4 20 mm 23 mm 31 mm 30 mm 0 mm
Cawan 5 19 mm 24 mm 40 mm 35 mm 0 mm
Cawan 6 23 mm 25 mm 39 mm 37 mm 0 mm
Cawan 7 18 mm 22 mm 30 mm 30 mm 0 mm
Cawan 8 17 mm 22 mm 31 mm 35 mm 0 mm
Cawan 9 16 mm 23 mm 29 mm 37 mm 0 mm
Rata-rata 19 mm 22 mm 34 mm 35 mm 0 mm
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata diameter
28
Tabel 5. Aktivitas ekstrak kulit buah pisang raja (Musa paradisiaca
var raja) terhadap bekteri Escherichia coli
Zona Hambat (mm)
Replikasi Konsentrasi Ekstrak Kontrol Kontrol
5 (%) 20 (%) 40 (%) (+) (-)
Cawan 1 22 mm 29 mm 28 mm 28 mm 0 mm
Cawan 2 18 mm 30 mm 29 mm 29 mm 0 mm
Cawan 3 22 mm 29 mm 30 mm 30 mm 0 mm
Cawan 4 19 mm 30 mm 30 mm 30 mm 0 mm
Cawan 5 18 mm 29 mm 31 mm 30 mm 0 mm
Cawan 6 17 mm 30 mm 32 mm 30 mm 0 mm
Cawan 7 18 mm 29 mm 33 mm 30 mm 0 mm
Cawan 8 18 mm 30 mm 31 mm 31 mm 0 mm
Cawan 9 17 mm 20 mm 30 mm 32 mm 0 mm
Rata-rata 19 mm 28 mm 30 mm 30 mm 0 mm
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata diameter
2. Analisis Bivariat
29
aureus terdistribusi normal dengan nilai sig > α (0,05), maka uji
untuk zona hambat ekstrak kulit buah pisang raja terhadap bakteri
Escherichia coli terdistribusi normal dengan nilai sig < α (0,05), maka
b. Uji Hipotesis
One Way Anova. Adapun hasil uji hipotesis dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
menggunakan One Way Anova menunjukkan nilai sig. < 0,05. Hal
aureus.
30
Uji hipotesis penelitian dilakukan dengan menggunakan
B. PEMBAHASAN
Penelitian uji daya hambat ekstrak etanol kulit buah pisang raja
aktifitas daya hambat ekstrak etanol kulit buah pisang raja terhadap bakteri
paradisiaca var raja) yang telah di dipisahkan dari daging kulit buah pisang
raja yang kemudian dicuci dengan air mengalir. kulit buah pisang raja yang
senyawa kimia yang terkandung dalam sampel lebih maksimal. Setelah proses
31
menyebabkan penguraian untuk perubahan kandungan kimia yang terdapat
pada kulit buah pisang raja diperoleh dari hasil ekstraksi dengan metode
maserasi.
sehingga sampel menjadi lunak dan larut. Metode maserasi digunakkan untuk
pelarut keluar dari sel tanaman melalui proses difusi dengan 3 tahapan yaitu
pada tahap pertama penetrasi pelarut ke dala sel tanaman sehingga terjadi
yaitu melarutnya kandungan senyawa didalam pelarut, isi sel akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan diluar sel.
Tahap ketiga adalah difusi dari senyawa tanaman, keluar dari sel tanaman
relatif sederhana dan tidak memerlukan alat-alat yang relatif rumit, relatif
32
mudah, murah, dan dapat menghindari rusaknya komponen senyawa akibat
panas (Nabavi et al 2011). Pelarut yang digunakan yaitu etanol 96% karena
dapat menarik komponen baik yang bersifat polar maupun non polar. Etanol
yang tahan panas dan tidak tahan panas (Nabavi et al 2011). Filtrat hasil
hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 120 gram. Hasil rendemen dari
ekstrak etanol kulit buah pisang raja sebesar 10% (dapat dilihat pada tabel 2).
senyawa yang tertarik oleh pelarut tersebut namun tidak dapat menentukan
jenis senyawa yang terbawa (Ukieyanna, 2012). Ekstrak etanol kulit buah
jenis bakteri yang di hambat (Marselia, 2015). Dari hasil uji fitokimia yang di
sekunder yang terdapat pada kulit buah pisang raja adalah flavonoid, tannin,
33
Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol kulit buah pisang raja
cakram tersebut diletakkan diatas plat agar tepat setelah plat telah tertutup
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah pisang raja
uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit buah pisang raja terhadap
34
menunjukkan zona hambat dan sebesar 19 mm dikategorikan sedang,
bahwa ekstrak etanol kulit buah pisang raja mengandung senyawa flavonoid,
antibakteri.
Dari ketiga konsentrasi yang mempunyai daya uji hambat paling besar
Semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula daya hambatnya. Hal ini
maka semakin sedikit pula kandungan zat aktif didalamnya sehingga aktivitas
terhadap ekstrak etanol kulit buah pisang raja dan hasil menunjukkan senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada kulit buah pisang raja adalah flavonoid,
35
triterpenoid yang bekerja dengan mekanisme pengrusakan pada membran sel
bakteri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lake (2019) menyebutkan bahwa
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada uji One Way ANOVA dimana
nilai probabilitas (p) = 0,000 atau nilai (p) < 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima yaitu ekstrak etanol kulit buah pisang raja memiliki daya antibakteri
coli. uji One Way ANOVA merupakan uji yang digunakan untuk melihat ada
tidaknya pengaruh pada setiap kelompok, tetapi tidak dapat digunakan untuk
Significance Difference).
36
menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan konsentrasi 5%, 2%, dan 40%,
pada ekstrak etanol kulit buah pisang raja mempunyai perbedaan hambat
bakteri yang tidak berbeda signifikan pada konsentrasi 20% dan 40%.
37
BAB V
A. Kesimpulan
40%.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada bakteri lain yang bersifat
patogen.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas ndonesia Press.
Prescott, et al. (2008). Microbiology 7th edition. USA: McGraw-Hill Book
Company.
Pratiwi. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Sastrohamidjojo, H.,1996. Sintesis Bahan Alami 140. Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi V (cetak ulang dengan
perbaikan). Jakarta: Gaya Baru..
Someya, S., Yoshiki, Y., and Okubo, K., 2002, Antioxidant Compounds from
Bananas (Musa cavendish), Food Chemistry, 79 (3):351-354.
Todar, K. 2005. Salmonella and Salmonellosis. Todar’s Online Textbook of
Bacteriology. University of Wisconsin-Madison Department of
Bacteriology. http://textbookofbacteriology.net/salmonella.html, 15 Juli
2019.
Sri Atun S. 2007. Fitokimia beberapa spesies Dipterocarpaceae Indonesia dari
genus Vatica, Anisoptera, Hopea, dan Dipterocarpus [Disertasi].
Bandung: Fakultas Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.
Sugiyono, 2011. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D alfabeta.
Trampuz, Andrej and Widmer, A.F., 2004, Hand Hygiene : A Frequently Missed
Livesaving Opportunity During Patient Care, Mayo Clinic
Proceedings,79:109 – 116.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Diterjemahkan oleh
Soendani N. S., UGM Press, Yogyakarta.
40