Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL PENELITIAN

PROFIL BIOAUTOGRAFI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK FERMENTAT


ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT BATANG MATOA (pometia pinnata) TERHADAP
BAKTERI PENYEBAB INFEKSI KULIT

VIDIA RAIS
15020160010

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019

*) sari proposal ini diseminarkan di fakultas farmasi universitas muslim


Indonesia
Pada
Hari /tanggal :
Pukul :
Tempat :
PROFIL BIOAUTOGRAFI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK
FERMENTAT ISOLAT FUNGI ENDOFIT KULIT
BATANG MATOA (pometia pinnata) TERHADAP BAKTERI
PENYEBAB INFEKSI KULIT
NAMA : VIDIA RAIS

STAMBUK : 15020160010

PEMBIMBING : 1. Prof.Dr.H. Tadjuddin Naid ,M.Sc.,Apt

2. Rusli ,S.Si., M.Si, Apt

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki ribuan tumbuhan yang tersebar di berbagai

daerah, dimana keanekaragaman hayati yang ada tersebut dapat

dimanfaatkan dalam semua aspek kehidupan manusia diantaranya

sebagai senyawa obat, bahan kosmetik. Pemilihan tumbuhan dalam

rangka pencarian komponen bioaktif baru dapat dilakukan melalui

pendekatan secara etnobotani yaitu berdasarkan pada penggunaan

bahan alam oleh suatu etnik atau kelompok tertentu untuk berbagai

tujuan terutama pengobatan (Partomuan 2003)

Matoa (Pometia pinnata) merupakan salah satu tumbuhan yang

secara tradisional telah digunakan dalam bidang pengobatan batang

matoa digunakan untuk mengobati luka atau luka bakar dan cacar. Selain

itu kombinasi daun dengan kulit batang matoa dapat digunakan untuk

mengobati berbagai macam penyakit seperti infeksi mulut, sakit perut,


diare, disentri, penyakit ringan (tulang, otot, sendi, sakit kepala),

kedinginan, flu, diabetes dan bisul. (Thomson and Thaman. 2006). Dilihat

dari kegunaan kulit batang matoa sebagai obat tradisional pada

pengobatan luka terdapat adanya keterkaitan dengan sifat antibakteri

senyawa atau metabolit sekunder yang terkandung didalamnya.

Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan kajian tentang aktifitas

antibakteri dari tumbuhan ini.

Penyakit infeksi adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh bakteri

patogen yang masuk ke dalam tubuh, berkembang biak dan

menimbulkan penyakit. Penyakit infeksi biasanya banyak terdapat di

daerah tropis seperti Indonesia, bahkan ada yang bersifat endemik

menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat atau populasi

tertentu.

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan terjadinya berbagai

jenis infeksi mulai dari infeksi kulit ringan, keracunan makanan sampai

dengan infeksi sistemik. Infeksi kulit yang biasanya disebabkan oleh

Staphylococcus aureus yaitu impetigo, selulitis, folikulitis, dan abses.

Staphylococcus aureus juga sering menyebabkan keracunan makanan

karena adanya enterotoksin yang dihasilkan oleh Staphylococcus aureus

yang terdapat pada makanan yang tercemar. Pengobatan penyakit

infeksi oleh bakteri Staphylococcus aureus tersebut biasanya dilakukan

dengan pemberian antibiotik yang dapat menghambat atau membunuh

bakteri (Refdanita dkk 2004).


Resitensi bakteri terhadap obat antibakteri merupakan masalah

yang serius di bidang kesehatan dan telah menjdi pusat perhatian

masyarakat

Global,sehingga pencarian obat anti bakteri baru menjadi penting dan

semakin berkelanjutan (Liang et al.2012).

Allah SWT telah menciptakan berbagai macam tumbuhan di bumi

yang dapat di manfaatkan oleh ummat manusia ,sebagaimana Allah

SWT telah berfirman dalam al qu’ran surah asy syu’araa ayat 7 yaitu :

ٍ ‫ج َك ِر‬
‫يم‬ ْ ‫ض َك ْم أَ ْنبَ ْتنَا فِي َها ِمنْ ُك ِّل‬
ٍ ‫زَو‬ ِ ‫أَ َولَ ْم يَ َر ْوا إِلَى اأْل َ ْر‬

Terjemahanya:

“ Danapakah mereka tidak memperhatikan bumi,

berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu

berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik”(Q,S asy

syu’araa:7)

Berdasarkan dari ayat diatas bahwa semua tanaman yang ada di

muka bumi ini mempunyai manfaat tersendiri salah satunya adalah

sebagai pengobatan herbal, Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan

untuk pengobatan tradisional adalah matoa dengan nama ilmiah Pometia

pinnata Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan asli Irian Jaya. Rasa

buahnya kombinasi antara rambutan, lengkeng, dan durian menjadikan

buah ini menarik banyak orang untuk mengkonsumsinya. Selain cita

rasanya, tanaman matoa mempunyai khasiat lain yang layak untuk

dikembangkan, yakni dalam bidang farmasi dan kosmetika (Suharno dan


Tanjung 2011). Telah dilaporkan tentang beberapa khasiat tumbuhan

matoa, diantaranya untuk luka bakar, keluhan lambung, diare, disentri,

nyeri (tulang, otot, sendi, dada, sakit kepala), pilek, flu, diabetes, dan ulcer

mulut (Variany, 1999).

Berdasarkan uraian di atas serta minimnya penelitian tentang

potensi fungi endofit dari kulit batang matoa (Pometia pinnata),hal inilah

yang mendasari perlunya di lakukan penelitian dengan judul profil

bioautigrafi aktivitas antibakteri ekstrak fermentat isolat fungi endofit

kulit batang matoa ( pometia pinnata) terhadap bakteri penyebab infeksi

kulit .

B. Rumusan Masalah

1. Apakah kulit batang matoa (Pometia pinnata) mengandung fungi

endofit yang berpotensi sebagai penghasil bakteri ?

2. Bakteri uji apa saja yang di hambat oleh isolat fungi endofit pada kulit

batang matoa (Pometia pinnata)?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengisolasi dan menguji

aktivitas fungi endofit dari kulit batang matoa ( pometia pinnata)

sebagai penghasil bakteri .

2. Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Untuk memperoleh isolat murni fungi endofit dari kulit batang

matoa ( pometia pinnata) sebagai penghasil bakteri .


b. Tujuan khusus

a) Menentukan isolate fungi endofit dari kulit batang matoa

(pometia pinnata) yang berpotensi sebagai penghasil anti

bakteri.

b) Menentukan bakteri uji yang di hambat oleh isolat fungi endofit

dari kulit batang matoa( pometia pinnata) dengan mengunakan

metode KLT bioautografi .

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah data ilmiah dan sebagai sumber rujukan bagi peneliti

lain mengenai efektivitas antibakteri dari isolate fungi endofit dari kulit

batang matoa ( pometia pinnata) dengan mneggunakan motode KLT

bioautografi.

2. Manfaat Praktis

Maanfaat dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

pengetahuan mengenai efektivitas antibakteri dari isolat fungi endofit

dari kulit batang matoa ( pometia pinnata) dengan menggunakan

metode KLT bioautografi.

E. Hipotesis

Hipotesa dari penelitian ini adalah dari kulit batang matoa ( pometia

pinnata) mengandung fungi endofit yang memiliki potensi antibakteri

terhadap peneyebab infeksi kulit .


F. Kerangka pikir

Infeksi Kulit antibakteri

Resistensi

Potensi fungi endofit


sebagai penghasil
penghasil antibakteri Pencarian

Antibakteri baru

Fungi endofit
Isolasi fungi endofit
kulit batang matoa
Kulit batang matoa

(Pometia pinnata
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Klasifikasi Tanaman

Sistematika tumbuh-tumbuhan (taksonomi), tanaman kulit batang

matoa ( pometia pinnata) diklasifikasikan sebagai berikut (Integred

Taxonomi Information System ( romayomi 2003)

Kingdom :  plantae

Subkingdom :  Trachheobionta

superdevisio :  spermatophyta

devisio :  magnoliophyta

kelas  :  magnoliopsida

sub-kelas : rosidae

ordo : sapindales

Familia : sapindaceae

Genus : pometia

Species : pometia pinnata J.R & G.forst,pometia

acuminate,dan pometia coreaceae

2. Nama Daerah

Tanaman matoa mempunyai nama-nama sebagai berikut : Di

tempat lain matoa dikenal dengan berbagai nama, yaitu Kasai

(Kalimantan Utara, Malaysia, Indonesia), Malugai (Philipina), dan Taun

(Papua New Guinea). Sedangkan nama daerah adalah Kasai, Kongkir,


Kungkil, Ganggo, Lauteneng, Pakam (Sumatera); Galunggung,

Jampango, Kasei, Landur (Kalimantan); Kase, Landung, Nautu, Tawa,

Wusel (Sulawesi); Jagir, Leungsir, Sapen (Jawa); Hatobu, Matoa,

Motoa, Loto, Ngaa, Tawan (Maluku); Iseh, Kauna, Keba, Maa, Muni

(Nusa Tenggara); Ihi, Mendek,Mohui, Senai, Tawa, Tawang (Papua)

(Rumayomi, 2003).

3. Morfologi Tanaman

Tanaman matoa merupakan tanaman tinggi yang dikenal sebagai

tanaman lokal Papua. Tanaman matoa hidup di dataran rendah hutan

hujan tropis. Tumbuhan ini berupa pohon yang berketinggian mencapai

40-50 meter. Kulit batang berwarna abu-abu kecoklatan hingga coklat

kemerahan. Terdapat dua jenis Pometia yaitu Pometia pinnata dan

Pometia ridleyi. Perbedaan kedua jenis tanaman tersebut ada pada

bentuk daunnya. Pometia pinnata memiliki tepi daun bergerigi

sedangkan Pometia ridleyi memiliki tepi daun yang rata, tidak bergerigi,

dan urat daun melengkung ke atas (Thomson dan Thaman, 2006).

Pohon ini berdaun majemuk menyirip genap mempunyai 3-13

pasang anak daun dengan ukuran bervariasi. Bentuk helaian daun

memanjang, asimetri, ujung meruncing, bagian basal membulat.

Susunan helaian anak daun beroposisi atau berpasangan, warna daun

pada permukaan atas hijau terang sedangkan pada permukaan bawah

hijau pucat, tulang daun pada bagian bawah tampak menonjol, pada

permukaan atas tulang daun dijumpai trikomata (Suharno dan Tanjung,

2011).
Secara anatomis daun matoa terdiri dari epidermis atas dan

bawah serta mesofil sebagai jaringan dasar. Mesofil merupakan bagian

pokok yang melakukan fotosintesis dan terdapat jaringan pengangkut

yang membentuk tulang daun. Mesofil daun matoa terdiferensiasi dan

terdapat 11 jaringan pengangkut yang membentuk tulang daun. Mesofil

daun matoa terdiferensiasi menjadi jaringan tiang atau jaringan palisade

yang hanya terdapat di sisi ventral saja dan jaringan spons di sisi lain

(Suharno dan Tanjung, 2011).

4. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang berfungsi sebagai antibakteri yang pernah

dilaporkan dari tumbuhan matoa antara lain saponin, tanin, dan flavonoid

a. Saponin Beberapa tanaman menghasilkan senyawa kimia yang

dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan pengobatan. Fitokimia

biasanya digunakan untuk menunjukkan senyawa yang terdapat

pada tanaman yang tidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh

tetapi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan atau peran aktif

melawan penyakit. Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan

tanaman adalah saponin.

Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang

dihasilkan spesies tanaman yang berbeda, terutama tanaman

dikotil dan berperan sebagai bagian dari sistem pertahanan

tanaman (Suparjo, 2004). Saponin merupakaan senyawa glikosida

kompleks dengan berat molekul tinggi. Saponin berasal dari

bahasa latin yang berarti sabun dan berasa pahit. Saponin dapat
menimbulkan busa bila dikocok dengan air. Pada konsentrasi

rendah dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah. Saponin

larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter Saponin merupakan

senyawa kimia yang mempunyai tingkat toksisitas tinggi melawan

mikroba. (Suparjo, 2004).

Mekanisme kerja saponin sebagai 13 antimikroba adalah

dengan merusak membran sitoplasma dan membunuh sel. Saponin

dapat berikatan dengan kolesterol dari membran sel sehingga

membran sitoplasma menjadi rusak. Selain sebagai antimikroba,

saponin juga mempunyai efek farmakologis yang sangat berguna

sebagai antikolesterol, antifungi, antivirus, dan antikanker (Suparjo,

2004).

b. Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit sekunder yang

terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin

tergolong senyawa polifenol dengan karakteristiknya yang dapat

membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul lainnya

(Jayanegara dan Sofyan, 2008).

Tanin dibagi menjadi dua kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan

tanin terkondensasi. Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan

polimer gallic atau ellagic acid yang berikatan ester dengan sebuah

molekul gula. Tanin berwarna coklat dan larut dalam air terutama

air panas yang membentuk koloid sedangkan tanin terkondensasi

merupakan polimer senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-

karbon (Robinson,1995).
Tanin dapat berikatan dengan dinding sel mikroorganisme

dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau

aktivitas enzim ,Tanin merusak dinding dan membran sel,

berinteraksi dengan protein, dan menginaktivasi enzim. Tanin 14

mempunyai aktivitas antibakeri, antioksida, menghambat

pertumbuhan tumor, dan menghambat tanskriptase DNA

(Jayanegara dan Sofyan 2008).

c. Flavonoid Flavonoid merupakan suatu kelompok senyawa fenol

terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa ini merupakan zat warna

merah, ungu, biru, dan merupakan zat warna kuning yang

ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan (Waji dan Sugrani 2009).

Senyawa flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian

tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit, tepung sari, bunga,

buah, dan biji. Kebanyakan flavonoid ini berada di dalam tumbuh-

tumbuhan kecuali alga. Namun, ada juga flavonoid yang terdapat

pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau berang-berang, dan

sekresi lebah (Robinson, 1995).

Mekanisme antibakteri dari flavonoid adalah menghambat

sistim DNA dan RNA dari bakteri, menghambat membran

sitoplasma yang mengakibatkan hilangnya sistem pertahanan

bakteri sehingga terjadi kebocoran bahan intraseluler, dan

mengganggu metabolisme energi bakteri berupa oksigen yang

mengganggu proses penyerapan beberapa metabolit (Chusnie dan

Andrew, 2005)
5. kegunaan

Khasiat tumbuhan matoa Berkhasiat sebagai antibakteri ,obat

disentri , untuk luka bakar, keluhan lambung, diare, disentri, nyeri

(tulang, otot, sendi, dada, sakit kepala), pilek, flu, diabetes, dan ulcer

mulut (Variany, 1999).

B. FUNGI ENDOFIT

Fungi endofit merupakan jamur yang terdapat pada sistem

jaringan tanaman yang tidak menyebabkan gejala penyakit pada

tanaman inang. Fungi endofit dapat menghasilkan senyawa antibakteri

yang berpotensi sebagai agen pengendali hayati. Fungi endofit

menghabiskan sebagian bahkan seluruh siklus hidup koloninya di

dalam maupun di luar sel jaringan hidup tanaman inangnya. Fungi

endofit dapat ditemui pada sistem jaringan tumbuhan seperti daun,

ranting atau akar. Fungi endofit diketahui dapat merangsang

pertumbuhan tanaman dan meningkatkan ketahanan inang terhadap

jamur patogen. Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan

inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen

virulen, baik bakteri maupun jamur (Sofiyani 2014).

Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, digolongkan

dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif.

Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara fungi

dengan tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi

endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui

benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah


asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya

terjadi secara bebas melalui air dan udara. Jenis ini hanya menginfeksi

bagian vegetatif inang dan seringkali berada dalam keadaan

metabolisme inaktif pada periode yang cukup lama. (Carrol 1988)

Fungi endofit adalah fungi yang hidup dalam jaringan tanaman

pada periode tertentu dan mampu membentuk koloni dalam jaringan

tanpa membahayakan inang itu sendiri. Setiap tanaman dapat

mengandung satu atau lebih mikroorganisme endofit yang terdiri dari

fungi atau bakteri (Anandha & Sridhar, 2002; Radji, 2005; Rante et al.,

2013)

Fungi endofit hidup intraseluler di dalam jaringan tanaman sehat

yang menginduksi inang untuk menghasilkan senyawa metabolit

sekunder. Induksi ini dapat disebabkan karena rekombinasi genetik

atau koevolusi dan terdapat korelasi antara keberadaan fungi endofit

dengan kemampuan tanaman inang dalam memproduksi metabolit

sekunder. Kemampuan fungi endofit untuk mensintesis senyawa

metabolit sekunder adalah peluang untuk produksi skala besar dalam

waktu singkat tanpa menimbulkan kerusakan ekologis. (Sugijanto et al.,

2004)

Metabolit antimikroba yang dihasilkan oleh fungi endofit

memberikan alternatif pilihan untuk mengatasi resistensi obat yang

terus meningkat dan sebagai upaya untuk memberantas

penyakitpenyakit infeksi yang menjadi salah satu penyebab utama

mortalitas. . (Sugijanto et al., 2004)


C. METABOLIT SEKUNDER

Metabolit sekunder adalah senyawa senyawa hasil biosintetik

turunan dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh organisme

yang berguna untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun dari

serangan organisme lain. Sedangkan substansi yang dihasilkan oleh

organisme melalui metabolisme dasar, digunakan untuk pertumbuhan

dan perkembangan organisme yang bersangkutan disebut dengan

metabolit primer. Hasil metabolit sekunder dari spons merupakan produk

alam yang potensial sebagai bahan baku obat. Perbedaan kondisi

lingkungan seperti tingginya kekuatan ionik pada air laut, intensitas

cahaya yang kecil,. rendahnya temperature, tekanan dan struktur tubuh

yang berbeda dengan organisme darat memungkinkan spons

menghasilkan metabolit yang mempunyai struktur kimia yang spesifik dan

bervariasi hal ini sangat berpengaruh terhadap bioktivitasnya (Motomasa,

1998)

Metabolit sekunder dihasilkan pada tingkat pertumbuhan atau

kondisi tertentu. Kelompok senyawa ini diproduksi dalam jumlah terbatas,

tidak terus-menerus dan hanya untuk tujuan spesifik. Adanya

kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis menyebabkan produk

metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman sangat berbeda dari

metabolit sekunder yang dihasilkan organisme lainnya. Pada tanaman,

senyawa metabolit sekunder memiliki beberapa fungsi, diantaranya

sebagai atraktan (menarik organisme lain), pertahanan terhadap patogen,

perlindungan dan adaptasi terhadap stress lingkungan, pelindung


terhadap sinar ultra violet, sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk

bersaing dengan tanaman lain (alelopati). Metabolit sekunder juga diduga

sebagai limbah atau produk detoksifikasi tanaman, namun sebagian

besar fungsi metabolit sekunder masih belum diketahui (Dewick, 2009;

Kabera et al., 2014).

Dari sudut pandang kimia, metabolit sekunder sangat menarik

untuk dipelajari dengan berbagai alasan, antara lain sifat yang unik,

keragaman struktur kimia, serta potensi sebagai kandidat obat dan

pestisida alami (Cavoski et al., 2011).

Metabolit sekunder mempunyai sifat unik dan spesifik karena

dihasilkan dalam jumlah terbatas dan dengan struktur yang berbeda.

Keragaman struktur kimia metabolit sekunder sangat berlimpah, bahkan

banyak diantaranya mempunyai susunan yang sangat kompleks

sehingga relatif sulit untuk disintesis di laboratorium. Penggunaan

metabolit sekunder diantaranya adalah sebagai bahan obat, bahan kimia

pertanian, makanan tambahan serta bahan kosmetik. Beberapa contoh

metabolit sekunder yang telah komersial dan banyak dikenal adalah

penisilin, morfin (Dewick, 2009),

D. ANTIBAKTERI

Antibakteri adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan

pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan. Pengendalian pertumbuhan

mikroorganisme bertujuan untuk mencegah penyebaran penyakit dan

infeksi, membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi, dan

mencegah pembusukan serta perusakan bahan oleh mikroorganisme


Antimikrobia meliputi golongan antibakteri, antimikotik, dan antiviral

(Ganiswara, 1995).

Mekanisme penghambatan terhadap pertumbuhan bakteri oleh

senyawa antibakteri dapat berupa perusakan dinding sel dengan cara

menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai

terbentuk, perubahan permeabilitas membran sitoplasma sehingga

menyebabkan keluarnya bahan makanan dari dalam sel, perubahan

molekul protein dan asam nukleat, penghambatan kerja enzim, dan

penghambatan sintesis asam nukleat dan protein. Di bidang farmasi,

bahan antibakteri dikenal dengan nama antibiotik, yaitu suatu substansi

kimia yang dihasilkan oleh mikroba dan dapat menghambat pertumbuhan

mikroba lain. Senyawa antibakteri dapat bekerja secara bakteriostatik,

bakteriosidal, dan bakteriolitik (Pelczar dan Chan, 1988).

Salah satu zat antibakteri yang banyak dipergunakan adalah

antibiotik. Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau

diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat

secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses

penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme

(Siswandono dan Soekardjo, 1995).

E. URAIAN BAKTERI UJI

1. Staphylococcus aureus

a. Klasifikasi ( Garrity ,2004).

Domain : Bacteria
Phylum : Firmicute

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae

Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

b. Morfologi

Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram-positif yang

menghasilkan pigmen kuning ,bersifat aerob fakultatif ,tidak

menghasilkan spora dan tidak motil ,umumnya tumbuh berpasangan

maupun berkelompok ,dengan diameter sekitar 0,8- 1,0 ɥm.S.aureus

merupakan mikroflora normal manusia .bakteri ini biasanya terdapat

pada saluran pernapasan atas dan kulit keberadaan S.aureus pada

saluran pernapasan dan kulit pada individu jarang menyebabkan

penyakit ,individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier

,infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena

adanyaa perubahan hormon , adanya penyakit ,luka atau perlakuan

menggunakan steroid atau obat lain yang mempengaruhi imunitas

sehingga terjadi pelemahan inang ( Radji 2011).

c. Patoginesis

Staphylococcus aureus menimbulkan penyakit karena

kemampuanya merekat ke sel ,menyebar dalam jaringan ,dan


membentuk abses,menghasilkan enzim ekstrasel atau ekstoksin

,melawan pertumbuhan dan tahan terhadap berbagai terapi antibiotik

( Elliot et al.2013).

2. Staphylococcus epidermis

a. Klasifikasi ( Garrity 2004 )

Domain : Bacteria

Phylum : Firmicitus

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Familia : Staphylococcaceae

Genus : stphyloccocus

Spesies : staphylococcus epidermidis

b. Morfologi

staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri

dan genus staphylococcus yang di ketahui dapat menyebabkan

infeksi opertunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan

tubuh yang lemah ) beberapa karakteristik bakteri ini adalah

fakultatif ,koagulase negatif ,katalase positif , obat lain yang

mempengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang ( Radji

2011)

c. Patogenisitas

staphylococcus epidermidis adalah penyebab endocarditis

bakteri ,terutama pada pasien dengan katup jantung buatan dan

pada pencandu narkotika .bakteri ini juga merupakan penyebab


infeksi utama dari alat plastic yang di masukkan ke tubuh manusia

misalnya pirau ( Shunt ) serebrospinal ,prosthetis panggul ,kateter

dialysis peritoneal (Elliot et al, 2003 ) .

F.METODE PENGUJIAN AKTIVITAS MIKROBIOLOGI

1. KLT –BIOAUTOGRAFI

Bioautografi merupakan teknik laboratorium untuk mendeteksi

senyawa yang mempengaruhi laju pertumbuhan organisme uji dalam

matrik (campuran dan komplek). Metode tersebut didasarkan pada

aktivitas biologi analit, yang dapat berupa antibakteri, antifungi, antitumor,

antiprotozoa, dll. (Choma, 2005).

Dari kromatogram KLT dapat diketahui jumlah komponen dalam

sampel yang ditotolkan berdasarkan jumlah noda (dengan penampak

noda yang sesuai), sedang data bioautogram memberikan informasi

jumlah komponen sampel yang memiliki aktivitas terhadap mikroba uji

baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Isnaeni, 2005).

Prinsip bioautografi menggunakan metode difusi, besarnya daya

hambat pertumbuhan bakteri pada metode difusi diperoleh dengan

mengukur diameter zona hambat (Choma, 2005).

Salah satu keuntungan metode bioautografi adalah selain untuk

pemisahan dan identifikasi, juga dapat digunakan untuk mengetahui

aktivitas biologis matrik yang komplek secara langsung, terutama terkait

dengan kemampuan suatu senyawa menghambat pertumbuhan mikroba

(Rahalison et al., 1994).


Cara kerja bioautografi efisien dan efektif untuk determinasi

antibiotik, serta relatif murah dan mudah. Metode bioautografi

menggunakan teknik KLT, sehingga sensitivitas metode tersebut lebih

rendah dibandingkan metode kromatografi yang lain, dan memerlukan

jumlah senyawa yang lebih banyak dalam analisis.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Januari sampai

bulan Agustus 2020 di Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas

Farmasi Universitas Muslim Indonesia.

B. Populasi dan Sampel

Populasi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tanaman matoa (pometia pinnata .) yang diperoleh dari kabupaten

pangkep kota pangkep Sulawesi Selatan. Dan sampel yang digunakan

adalah kulit batang matoa (pometia pinnata .).

C. Metode Kerja

Penelitian ini di lakukan secara eksperimental yang merupakan

penelitian laboratorium .Dimana terlebih dahulu di lakukan isolasi fungi

endofit pada sampel kulit batang matoa ( pometia pinnata ) kemudian di

lakukam pemurniat fungi endofit ,pemeriksaan makroskopik dan

fermentasi isolate fungi endofit ,kemudian di lakukan uji aktivitas

antibakteri dengan menggunakan metode KLT-Bioautografi

D. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

alat –alat yang di gunakan pada penelitian antara lain

,autoklaf ,cawan petri,gelas erlenmeyer 250 dan 100 ml ( iwaki


pyrex) ,gelas kimia 250 dan 500 ml( iwaki,dan pyrex) ,incubator ,jarum

preparat ,lampu spiritus ,oven,ose bulat,pecandang ,sheaker,timbangan

analitik dan vial .pinset , chamber,lempemg KLT

2. Bahan yang digunakan

Bahan –bahan yang di gunakan pada penelitian ini adalah air

suling,bakteri uji (Staphylococcus aureus ATCC 25923, staphylococcus

epidermis ),etanol 70%, larutan Hcl , eluen n-heksan : Etil Asetat (7:3)

medium maltose yeast Broth ( MYB) ,medium nutrient agar ( NA) dan

medium PDA dan sampel ekstrak fermentat kulit batang matoa .

E. Prosedur Kerja

1.Sterilisasi alat dan bahan

Alat –alat yang digunakan dicuci hingga bersih dengan air

suling ,kemudian alat-alat gelas disterilkan dengan menggunakan

oven pada suhu 180 0C selama 2 jam ,alat alat yang berskala dan tidak

tahan terhadap pemanasan dam yang terbuat dari plastic ,disterilkan

dalam autoklaf pada suhu 12 0C dengan tekanan 2 atm selama 15

menit .ose disterilkan dengan acara dipijarkan pada lampu spritus

( James&agalocco, 2008) .

Sterilisasi bahan yang peka panas,misalnya larutan enzim dan

antibioik ,sterilisasi secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan

atau penyinaran ,pemanasan dapat dilkaukan dengan cara pemijaran

uap air panas dan menggunakan uap air panas bertekanan ( james &

agalocco 2008)
2.pengambilan dan pengolahan sampel

Bahan utama yang di gunakan dalam penelitian ini adalah daun

menghindari adanya fitopatogen didalam jaringa tanaman tersebut. Kulit

batang matoa ( Pometia pinnata) yang telah di ambil kemudian

dikumpulkan ,dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir ,dilakukan

sterilisasi permukaan dengan merendam daun dalam larutan etanol 70%

selama 5 menit ,setelah itu sampel dibilas dengan aquades steril

beberapa kali ( yunus 2015)

3. Isolasi fungi endofit kulit batang matoa ( pometia pinnata )

Disiapakan medium PDA.kemudian di masukan medium PDA ke

dalam cawan petri steril, setelah memadat ekstarak kulit batang matoa (

pometia .pinnata) di tempelkan ke dalam medium kemudian di inkubasi

di dalam incubator pada suhu 25 0C-30 0C. di lakukan pengamatan setiap

hari sampai tampak fungi tumbu kemudian fungi endofit tersebut di

isolasi dan dimurnikan pada media PDA baru ( Yunus 2015).

4. Pemurnian fungi endofit

Disiapakan medium PDA ,dimasukkan medium PDA ke dalam

cawan petri steril dan biarkan hingga memadat ,Diambil satu ose isolate

fungi endofit menggunakan jarum preparat. ditusuk pada tengah –tengah

cawan petri yang berisi PDA selanjutanya di inkubasi pada suhu 27 0C

3x24 jam ( Widowati 2016 ).

5. Pemeriksaan makroskopik

Disiapakan medium PDA di masukkan medium PDA ke dalam cawan

petri steril dan biarkan hingga memadat ,diambil satu ose isolate fungi
endofit menggunakan ose lurus ,ditusukkkan pada tengah- tengah cawan

petri yang berisis PDA selanjutnya di inkubasi pada suhu 27C selama

3x24 jam ( widowati ,2016) .

Karakterisitik morfologi fungi endofit dilakukan dengan mengamati

beberapa karakter secara makroskopik meliputi warna dan permukaan

koloni ( Glanural ,seperti tepung ,menggunung ,licin ) tekstur ,zonasi

,daerah tumbuh ,garis –garis radial dan konsentrasi dan warna baik

koloni( widowati 2016) .

6. Penyiapan bakteri uji

a) Peremajaan bakteri

Biakkan bakteri uji masing –masing diambil 1 ose lalu

diinokulasikan dengan cara di goreskan pada medium NA miring

kemudian di inkubasi 1x24 jam pada suhu 37 0C(Noverita&fitria 2009).

b) Pembuatan suspense bakteri uji

Bakteri hasil peremajaan disuspensikan dengan larutan NaCl

fisiologi 0.9 % sampai diperoleh transmitan 25% menggunakan

spektrofotometerr dengan panjang gelombang 580 nm dan sebagai

blanko di gunakan NaCl fisiologi 0,9%( novierta&fitria 2009).

7. Uji skrining terhadap bakteri pathogen

Isolat fungi endofit di inokulasikan kedalam medium NA yang

berisi bakteri uji staphylococcus aureus ,staphyloccus epidermis dimana

isolate tersebut ditempelkan diatas permukaan media kemudian

diinkubasi selama 3x24 jam pada suhu 37 oC lalu diamati zona hambat

yang terbentuk ( Pratiwi 2016).


8. Fermentasi isolat fungi endofit

Fermentasi fungi endofit dilakukan dengan fermentasi cair

menggunakan medium MYB .koloni jamur endofit yang telak diinkubasi

pada medium PDA selama 3x24 jam pada suhu 25 0C ,diambil potong –

potong kecil dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer yang berisi

25ml medium cair MYB .selanjutnya dilakukan fermentasi menguunakan

ratry shaker 200rpm pada suhu ruangan selama 14 hari ,medium

pertumbuhan mikroba disaring untuk memisahkan cairan fermentasi dari

supernatan media miselia ( Yunus 2015).

9. Pengujian secara KLT –Bioautografi

Hasil identifikasi KLT dengan eluen yang terbaik dilanjutkan

dengan uji KLT –bioautografi kontak dengan cara tuangkan medium NA

sebanyak 10 ml ke dalam cawan petri yang telah berisi suspense bakteri

lalu di homogenkan ,lempeng KLT yang telah di elusi diletakkan diatas

permukaan medium agar yang telah diinokulasikan dengan mikroba uji

kemudian dibiarkan selama 30menit setelag itu lemepeng diangkat dan

dikeluarkan ,selanjutnya diinkubasikan selama 1x 24 jam pada subu

370C kemudian diamati zona hambatan tertentu ( zweig& whitaker 1971).


DAFTAR PUSTAKA

Anandha, K. & Sridhar, K. R. (2002). Diversity of endophytic fungi in the roots


of mangrove species on the west coast of India. Can. J. Microbiol.
48: 871–878.

Cavoski, I Caboni, P., and Miano, T. (2011). Natural pesticides and


future perspectives InMargarita Stoytcheva (Eds.), Pesticides
in the Modern World -Pesticides Use and Management, (pp. 169-
190). Rijeka : InTech Europe

Carrol, G.C., (1988), Fungal Endophytes In Stem and Leaves From Latent
Pathogens To Mutualistic Symbiont, Ecology 69 : 2 - 9.

Cushnie, T. P. T., Lamb, A. J., 2005 . Antimicrobial Activity of Flavonoids,


International Journal of Antimicrobial. 343–35

Choma, I., 2005. The Use ofThin-Layer  Chromatography with


Direct  Bioautography  for  Antimicrobial  Analysis.http://chromatog
raphyonline.findanalytich m.com/lcgc/Features/The ThinLayerChro
matographywithDirectB/ArticleStandard/Article/detail/177453.Diaks
es2November 2009

Dewick, P.M. (2009). Medicinal Natural Products: A Biosynthetic Approach,


3rd Edition. West Sussex, UK: John Wiley & Sons, Ltd.

Elliot T, Worthington T, Osman H and Gill M, 2013. Mikrobiologi kedokteran &


infeksi edisi 4. Jakarta : EGC.

Garrity, G. M., Bell, J. A. dan Lilburn, T. G., 2004, Taxonomic Outline of The
Procaryotes: Bergey’s Manual of Systemic Bacteriology, 2nd ed,
New York, Release 5,0 Spring-Verlag, p. 46

Ganiswara, T.G.1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Farmakologi FK UI.

James Agalloco. 2008. Validation of Pharmaceutical Processes (electronic


version).  USA : Informa Healthcare Inc

Jayanegara, A., A. Sofyan, H.P.S. Makkar dan K. Becker. 2009. Kinetika


produksi gas, kecernaan bahan organik dan produksi gasmetana in
vitro pada hay dan jerami yang disuplementasi hijauan
mengandung tanin. Media Peternakan, 32 (2A) :120-129

Isnaeni,2005. Bioautografi antibiotika hasil fermentasi mutan Streptomyces


griseusATCC 10137. Majalah Farmasi Airlangga, No. 16,Vol
Kabera, J.N., Semana, E., Mussa, A.R., and He, X.(2014). Plant Secondary
Metabolites: Biosynthesis, Classification, Function and
Pharmacological Properties. Journal of Pharmacy and
Pharmacology, 2,377-392

Motomasa , K. 1998 Search for Biologically Active Substances from Marine


Sponges. In: Prosiding Seminar Bioteknologi I (R. R. eds.), Puslit
Oseanologi LIPI, Jakarta.

Noverita, Fitria, D., & Sinaga, E. (2009). Isolasi dan uji aktifitas antibakteri
jamur endofit dari daun dan rimpang Zingiber ottensii
Val.Retrieved  frohttps://www.researchgate.net/publication/235981
709.

Partomuan, S. 2003. Strategi Pencarian Senyawa Bioaktif Baru dari Sumber


Bahan Alami Tumbuhan. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 1(2):
19-23.

Pratiwi ,RE 2016,’ uji aktivitas antibakteri fermentat isolat fungi endofit pada
ampas sagu asal kota palopo secara KLT -Bioautografi.’ S.farm
skripsi ,fakultas farmasi ,univeristas muslim Indonesia ,makassar .

Pelczar, M. J. Jr., and E. Chan., 1988., Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid


2.Universitas Indonesia, Jakarta

Radji, M., 2011, Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahaisiwa Farmasi &
Kedokteran, Jakarta, Penerbit Buku kedokteran EGC, 130-194

Rahalison et al. 1994. Antifungal Test In Phytochemical investigation


Comparation of Bioautographic Method Using Phytopathogenic
and human Pathogenic Fungi. Plant Med 60. p. 41-44

Refdanita, Maksum, Nurgani, dan Endang.2004.  Pola Kepekaan


KumanTerhadapAntibiotika di Ruang Rawat IntensifRumah Sakit
Fatmawati Jakarta Tahun2001-2002. Jurnal Kesehatan. vol.
8(2):41-48

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Edisi ke-6


Bandung: ITB Rumayomi, N.A.A. 2003. Keragaman matoa buah
(Pometia pinnata Foster) di Jayapura [Diversity of Matoa Fruit
(Pometia pinnata Foster) in Jayapura]. Manokwari, Universitas
Negeri Papua.

Rumayomi, N.A.A. 2003. Keragaman matoa buah (Pometia pinnata Foster) di


Jayapura [Diversity of Matoa Fruit (Pometia pinnata Foster) in
Jayapura]. Manokwari, Universitas Negeri Papua.
Sugijanto, NE. Indrayanto dan G. Zaini, N.C (2004). Isolasi danDeterminasi
Berbagai Jamur Endofit dari Tanaman Aglaia elliptica, Aglaia
eusideroxylon, Aglaia odorata dan Aglaia odoratissima. Jurnal
Penelitian Medika Eksakta.Vol. 5,No. 2

Suparjo., 2004. Saponin: Peran dan Pengaruhnya bagi Ternak dan Manusia,
Laboratorium Makanan Ternak, Laboratorium Makanan Ternak,
FakultasPeternakan Universitas Jambi, 1-4

Suharno., Tanjung, R. H. R., 2011. Matoa (Pometia sp), Penerbit Pustaka


Pelajar, Yogyakarta

Siswandono dan Soekardjo, B., 1995, Kimia Medisinal, 28-29, 157, Airlangga
University Press, Surabaya.

Thomson, L. A. J., Thaman, R. R., 2006. Pometia pinnata (Tava). Species


Profiles for Pasific Island Agroforesty

Variany, G., 1999. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Pometia
Pinnata J. R. & G. Forst (dalam Skripsi). Fakultas Farmasi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Waji, R. A., Sugrani, A., 2009. Flavonoid (Quercetin). Fakultas Matematika


dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Hasanuddin.

Widowati ,T,Bustanussalam ,sukiman ,H& simanjuntak ,P 2016, ‘Isolasi dan


identifikasi kapang endofit dari tanaman kunyit (curcuma longa
L.)Sebagai penghasil antioksidan ‘,Biopropal industri ,vol 7,No,1,
pp.9-16.

Yunus ,MI 2015,’isolasi fungi endofit dari daun yodium ( Jatropa multifida L.)

Sebagai antibiotik dan antiradical bebas ; S.farm Skripsi ,fakultas


farmasi, universitas muslim Indonesia ,Makassar .

Anda mungkin juga menyukai