Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

MAKALAH PELAYANAN KEFARMASIAN


STUDI KASUS DIABETES MELLITUS

OLEH
KELOMPOK III
1. AKBAR REFORMASI PANGAN (O1B1 20 044)
2. ANDI NUR HAERATI (O1B1 20 048)
3. EMILIA KRISMONIKA (O1B1 20 052)
4. HUSNATUL JANNAH (O1B1 20 056)
5. LA ODE MUHAMMAD DIMAN (O1B1 20 060)
6. MEIZA ZURAH ZABRANI (O1B1 20 064)
7. NURHIDAYAH HAFID (O1B1 20 068)
8. RAHMANIAR (O1B1 20 072)
9. SASKIA SAKINA RAMADANY (O1B1 20 076)
10. ULFAH LISNA RAHAYU (O1B1 20 080)
11. VICA ASPADIAH (O1B1 20 084)
12. WADE MARLINDA (O1B1 20 088)
13. ZORAYA DENOK RAFHISYA (O1B1 20 092)
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

A. Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas
insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,
makrovaskular dan neuropati (Dipiro,2009).Penderita DM tipe 2 mencapai sekitar 90%
dari seluruh populasi penderita diabetes. Diabetes jenis ini dikarakterisasi
hiperglikemiakarena terjadi defisiensi insulin atau kinerja insulin yang kurang kuat untuk
mempertahankan glukosa plasma yang normal (IDF 2013; Dipiro, 2008).
Angka kejadian DM setiap tahun terus meningkat, baik di Indonesia maupun di
dunia. Menurut data yang dipublikasian International Diabetes Federation (IDF) tahun
2015 terdapat 415 juta penduduk di dunia yang menyandang DM dan diprediksi 25 tahun
mendatang akan meningkat menjadi 642 juta jiwa (55%). Sedangkan prevalensi DM
tahun 2015 di wilayah Pasifik Barat termasuk Indonesia, terjadi 153,2 juta jiwa (37%)
dengan diagnosis DM dan Indonesia menempati peringkat ke-7 dari 10 negara dengan
penyandang DM dengan jumlah sekitar 10 juta jiwa (Mailangkay dkk., 2017). Di
Sulawesi Tenggara tahun 2014 DM berada dalam kategori 10 penyakit terbesaryang
terjadi setiap tahunnya dan berada diurutan ke-9 dengan jumlah kasus sebanyak 2.768
kasus. Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara pada
tahun 2015 jumlah kasus DM naik di urutan ke-5 dengan jumlah 3.206 kasus (Dinas
Kesehatan Sultra, 2016). Sekitar 90% dari seluruh penderita DM adalah DM tipe 2
(Badan Pusat Statistik Sultra, 2013).
Diabetes melitus tipe 2 disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi
insulin. Resistensi insulin adalah kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β
tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang
sekresi insulin lain. Berarti sel β pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa
(Bloomgarden ZT, 2008).
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu
resistensi insulin dan disfungsi sel βpankreas. Resistensi insulin adalah keadaan dimana
insulin tidak dapat bekerja optimal pada sel-sel targetnya seperti sel otot, sel lemak dan
sel hepar. Keadaan resisten terhadap efek insulin menyebabkan sel beta pankreas
mensekresi insulin dalam kuantitas yang lebih besar untuk mempertahankan homeostasis
glukosa darah,sehingga terjadi hiperinsulinemia kompensatoir untuk mempertahankan
keadaan euglikemia. (Arifin, 2011).
B. Permasalahan Kasus
1. Tn.H 59 tahun, 50 Kg TB 163 cm, MRS dengan DM hiperglikemi, luka di kaki yang
kotor. Obat DM yang terakhir diminum adalah Glukodex 1-1-0, metformin 3x850 mg
disertai riwayat hipertensi yang terkontrol dengan Diltiazem 3x30 mg, Captopril 3x25
mg, Aspirin 1x100 mg, BP 170/110 mmHg, GDA 529 mg.dl.
2. Tn.YK umur 64 thn, BB 80 kg, TB 162 cm, masuk Rumah Sakit dengan keluhan
mual, muntah, badan lemas sejak 3 hari sebelum MRS dengan TTV TD 120/80
mm/Hg, Nadi 89x/menit. Suhu badan 36,8 ◦C dengan hasil pemeriksaan laboratorium
Albumin 2,8 mg/dl. Bilirubin 4,7 mg/dl, SGOT 258 mg/dl, SGPT 305 mg/dl, GDP
158 mg/dl. GD2JPP 160 mg/dl, Creatinin 1,2 mg/dl, BUN 16 mg/dl, pemeriksaan
penunjang USG Kronik Liver disease (ascites sedang). Terapi saat ini Sotatic prn,
riwayat pengobatan pasien minum Metformin 3x850 mg, Glucodex 1-1-0 Lakukan
pharmaceutical care dengan analisis SOAP

C. Pembahasan Kasus
Kasus 1
Subjek : DM Hiperglikemia, luka di kaki yang kotor, riwayat Hipertensi
Objek : BP  170/110 mmHg
GDA  529 mg/dL
Riwayat Obat  Glucodex 1-1-0
Metformin 3 x 850 mg
Diltiazem 3 x 30 mg
Captopril 3 x 25 mg
Aspirin 1 x 100 mg
Assesment
Problem S,O Terapi Analisi DRP
Medik s
DM Tn. H 59 thn Glucodex 1-1-0   Indikasi luka pada kaki
Hiperglikemi BB 50 kg Metformin 3 x 850 yang kotor tidak
k TB 163 cm mg ditangani
(BMI: 19,53/ Target terapi DM tidak
Normal) tercapai dengan
GDA 529 mg/dL kombinasi 2 OAD dari
Luka di kaki kelompok berbeda
kotor
HT BP: 170/110 Diltiazem 3 x 30 mg    
(Terkontrol) mmHg (Stage II) Captopril 3 x 25 mg
Aspirin 1 x 100 mg
Plan
Terapi Farmakologi:
- Untuk HT, kombinasi diltiazem dan captopril tetap dilanjutkan karena hipertensinya
terkontrol
- Kombinasi OAD dihentikan, diganti dengan terapi insulin dibagi dalam 4 dosis yaitu
insulin rapid acting (3 x sehari) dan insulin long acting pada malam hari
- Luka dibersihkan menggunakan cairan NaCl
- Penambahan antinyeri untuk mengurangi rasa sakit akibat lukanya dengan
menggunakan paracetamol 3 x sehari

Terapi Non Farmakologi:


1. Olahraga teratur (30-45 menit/hari)
2. Diet rendah natrium
3. Diet rendah gula
4. Menjaga kebersihan kaki
Monitoring:
1. Target <130/80 mmHg TD
2. Mengukur HbA1C setiap 3 bulan sekali setelah terapi
3. Uji toleransi glukosa oral untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam menyerap
glukosa setelah konsumsi sejumlah gula
4. Luka pada Kaki

Kasus 2
 Subjek: Seorang laki-laki
Usia 64 Tahun
Mual dan muntah
Badan lemas sejak 3 hari
 Objek : BB 80 kg
TB 162 cm
Obesitas  30,48
TD 120/80 mmHg
Denyut nadi: 89x/menit  60-100
Suhu badan: 36.8oC
Albumin: 2,8 mg/dl  3,5-5,9 g/dL
Creatinin 1,2 mg/dl  0,6-1,2 mg/dL
BUN: 16 mg/dl  8-24 mg/dL
SGOT: 258 mg/dl  < 38 mg/dL
SGPT: 305 mg/dl  < 41 mg/dL
GDP: 158 mg/dl  < 120 mg/dL
GD2JPP: 160 mg/dl  100-140 mg/dL
Kronik liver disease (ascites sedang)

 Riwayat Obat: Sotatic prn


Metformin 3 x 850 mg
Glucodex 1-1-0
Assesment
PM S,O Terapi Analisis DRP
Diabetes GDP: 158 mg/dL Metformin  Dosis  Metformin
Mellitus GD2JPP: 160 mg/dL 3 x 850 mg metformin kontraindikasi
Glucodex terlalu pada pasien
1-1-0 tinggi dengan
 Glucodex gangguan hati
dihentikan  Glucodex tidak
cocok untuk
obesitas dan
gangguan hati
Sirosis Ascites sedang Sotatic prn Metoklopramid  Metoklopramid
Hati Albumin: 2,8 mg/dl dapat kurang tepat
 3,5-5,9 g/dL menyebabkan  Ascites belum
SGOT: 258 mg/dl peningkatan ditangani
 < 38 mg/dL hormon
SGPT: 305 mg/dl aldosterone
 < 41 mg/dL yang dapat
Mual dan muntah menyebabkan
ascites

 Plan
Non Farmakologi:
Diet rendah garam untuk meringankan asites
Mengatur pola makan karena pasien termasuk dalam kategori Obesitas tipe I
Olahraga ringan secara teratur
Banyak minum air putih
Konsumsi makanan kaya akan protein untuk meningkatkan albumin
Farmakologi:
- Domperidon 10 mg 3 x 1
- Obat Oral diabetik dihentikan, pasien diberikan Insulin Long Acting
- Spironolakton 100 mg 1 x 1
- Terapi penunjang infus albumin

Monitoring
- Monitoring efektivitas spironolakton dengan kontrol penurunan berat badan
- Monitoring kadar SGPT dan SGOT
- Monitoring kadar albumin hingga mencapai kadar normal
- Monitoring kadar gula darah
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Agusta L., 2011, Panduan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2 terkini, Sub Bagian
Endokrinologi & Metabolisme, Bagian/ UPF Ilmu Penyakit Dalam, Bandung.

Bloomgarden ZT. 2008, Approaches to Treatment of Type 2 Diabetes, Diabetes Care; 31


1697-1703.

BPS. 2013. Sulawesi Tenggara dalam Angka. Sulawesi Tenggara: Badan Pusat Statistik
Sulawesi Tenggara.

Dipiro, T.J., Talbert, L.R., Yee, G.C., Matzke, G.R., wells, B.G., Posoy, L.M, 2008,
Pharmacotherapy, A pathophysiologyc Approach Seventh Edition, Mc Graw Hill
Companies, USA.
IDF.,2013, IDF Diabetes Atlas Sixth Edition, International Diabetes Federation 2013.

Anda mungkin juga menyukai