FIRDA
F201901152
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inflamasi adalah respon yang diberikan tubuh saat cedera atau terjadinya kerusakan
atau mengurangi agen/jaringan yang cidera (Latief dkk., 2019; Wang dkk., 2016).
Proses inflamasi melibatkan proses yang kompleks dan melibatkan banyak aktivitas tipe
sel dan mediator inflamasi. Aktivitas sel dan mediator inflamasi menyebabkan
sendi diseluruh dunia adalah berkisar 11,9 juta jiwa. Di negara-negara dengan
pendapatan tinggi prevalensi radang sendi adalah berkisar 1,3 juta jiwa, sedangkan
negara dengan pandapatan rendah hingga sedang prevalensi mencapai 5,9 juta. Di Asia
Tenggara terdapat 4,4 juta orang penderita radang sendi (WHO, 2004).
Obat antiinflamasi sintetik merupakan salah satu kelompok obat yang banyak
diresepkan dan sering digunakan tanpa resep dokter terdiri atas obat antiinflamasi
steroid (AINS) dan antiinflamasi nonsteroid (AINS). Masalah serius yang timbul pada
penggunaan obat AINS yaitu umumnya terjadi efek samping dalam penggunaan jangka
panjang, khususnya pada pasien lanjut usia. Obat AINS berpotensi menyebabkan efek
samping pada tiga sistem organ yaitu saluran cerna, ginjal, dan hati. Adapun efek
samping yang paling sering dijumpai adalah kecenderungan menginduksi ulser lambung
atau usus yang suatu keadaan dapat disertai anemia akibat pendarahan yang terjadi
pada saluran
cerna Pengobatan inflamasi banyak menggunakan obat berbahan kimia seperti obat
Oleh karena itu, dengan efek samping obat sintetik yang akan merugikan manusia
penggunaan tumbuhan sebagai alternatif pengobatan antiinflamasi pada era modern ini
sangat menjanjikan, terapi menggunakan bahan yang berasal dari tumbuhan baik berupa
bagian atau organ tumbuhan ekstrak, isolat aktif suatu tumbuhan disebut dengan
Pisang merupakan buah tropis termasuk dalam famili Musaceae yang tumbuh di
berbagai negara di dunia (Anjum dkk., 2014). Semua bagian tanaman pisang
diantaranya bunga, daging buah, batang, daun dan kulit memiliki khasiat obat (Imam &
Akter, 2011). Pisang dikonsumsi manusia di seluruh dunia, dan umumnya setelah
daging buahnya dikonsumsi, kulit pisang akan dibuang menjadi sampah industri dan
rumah tangga atau dijadikan makanan hewan ternak (Subramaniam dkk., 2020).
Pereira & Maraschin (2007) mengungkapkan bahwa kulit pisang memiliki beberapa
aktivitas farmakologi diantaranya sebagai anti ulser dan hepatoprotektor pada hati yang
diinduksi parasetamol dosis toksik (Onasanwo dkk., 2013; Pusmarani dkk., 2022). Kulit
pisang juga memiliki aktivitas sebagai antibakteri dan antioksidan (Rita dkk., 2020; Rita
dkk., 2020). Daging buah dan kulit pisang mengandung beberapa senyawa fenolik
seperti asam galat, katekin, epikatekin, antosianin, glikosida, alkaloid dan tanin yang
Salah satu tanaman obat yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai antiinflamasi
adalah kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum). Pusmarani dkk, (2022)
melaporkan bahwa kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) mengandung
polifenol yang terdapat pada buah-buahan, sayuran dan makanan. Beberapa penelitian
bebas, pencegahan penyakit jantung koroner, dapat mencegah penyakit jantung koroner,
Maka berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan uji aktivitas
antiinflamasi ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum)
B. Rumusan Masalah
1. Senyawa metabolit sekunder apakah yang terdapat dalam ekstrak kulit pisang raja
2. Apakah ekstrak kulit buah pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) dapat
3. Pada konsentrasi berapaka kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum)
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jenis senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
2. Untuk mengetahui evektifitas antiinflamasi pemberian ekstrak kulit buah pisang raja
(Musa paradisiaca var. Sapientum) pada mencit jantan (Mus Muscullus) yang di
3. Untuk mengetahui konsentrasi efektif kulit pisang raja (Musa paradisiaca var.
1. Manfaat Teoritis
ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) pada mencit
2. Manfaat Praktis
ilmiah mengenai manfaat antiinflamasi ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa
b. Bagi Institusi
c. Bagi Peneliti
antiinflamasi ekstrak kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) pada
E. Kebaruan Penelitian
etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) pada mencit jantan (Mus
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Inflamasi
disebabkan oleh trauma fisik zat kimia berbahaya atau agen mikrobiologi. Respon
tersebut penting untuk mempertahankan tubuh selama terjadi infeksi atau cedera
Inflamasi biasanya terbagi dalam tiga fase yaitu inflamasi akut, respon imun,
dan inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera
jaringan hal itu terjadi melalui media rilisnya autoacid yang terlibat antara lain
terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan di aktifkan untuk
mrespon organism easing atau subtansi antigen yang terlepas selama respon
sejumlah mediator yang tidak menonjol pada respon akut (Katzung, 2002).
2. Mediator Inflamasi
kimianya seperti histamin, serotonin dan bahan kimia lainya. Histamin yang
merupakan mediator kimia utama inflamasi juga dilepaskan oleh basofil dan
neutrofil dan eusinofil, dilepaskan oleh leukosit (neutrofil dan eusonofil) yang
dapat menarik sel-sel ke daerah cedera. Selain itu, juga dilepaskan prostaglandin
terutama seri E. Saat membran sel mengalami kerusakan, fosfolipid akan diubah
menjadi asam arakhidonat dikatalisis oleh fosfolipase A2. Asam arakhidonat ini
dapat dihambat oleh golongan obat AINS. Leukotrien merupakan produk akhir dari
a. Rubor (Kemerahan)
Kapiler yang tadinya kosong atau mungkin hanya sebagian meregang secara
cepat terisi penuh dengan darah. Keadaan ini disebut hyperemia atau kongesti,
b. Kalor (Panas)
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan reaksi kemerahan pada reaksi
peradangan akut. Sebenarnya panas secara khas hanya terjadi pada permukaan
tubuh yang secara normal lebih dingin dari 37˚C yang merupakan suhu inti
tubuh, daerah peradangan menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih
banyak darah (pada suhu 37˚C) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan daerah
c. Dolor (Nyeri)
Dolor atau nyeri pada suatu reaksi terjadi akibat perubahan pH lokal atau
Juga dapat timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia (pelepasan zat-zat kimia
tertentuseperti histamin atau zat-zat kimia bioaktif lain dapat merangsang saraf)
atau listrik melampaui nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri). Selain itu
d. Tumor (Pembengkakan)
Pembengkakan dihasilkan oleh cairan dan sel-sel yang berpindah dari aliran
darah ke jaringan interstisial. Campuran cairan dan sel-sel ini yang tertimbun
didaerah peradangan disebut eksudat. Awalnya eksudat ini hanya terdiri dari
cairan kemudian leukosit meninggalkan aliran darah dan ikut tertimbun sebagai
bagian yang bengak, nyeri disertai sirkulasi abnormal dan lingkungan kimiawi
lokal yang abnormal otomatis akan memicu fungsi jaringan menjadi abnormal
(Price, 2006).
3. Mekanisme Inflamasi
Proses inflamasi dimulai dari stimulus yang akan mengakibatkan kerusakan sel,
sebagai reaksi terhadap kerusakan sel maka sel tersebut akan melepaskan beberapa
fosfolipid yang diantaranya adalah asam arakidonat (Calder, 2006). Setelah asam
dalam bentuk yang tidak stabil dan selanjutnya dimetabolisme menjadi leukotrien,
4. Antiinflamasi
sistetis pembawa pesan kimia yang poten yang disebut prostaglanding yang
memangil system imun. Infiltasi jaringan local oleh sel imun dan pelepasan
mengatagonis efek kimia yang dilepaskan oleh sel-sel imun. Histamin yang di
lepaskan ole sel mash dan basofil sebagai respon terhadap antigen, menyebapka
peradangan dan kontriksi brongkus dengan meningkat respon histamin pada sel-sel
pengobatan pertama adalah kortisteroid dan yang kedua adalah penggunaan obat
a. Kartiksteroid
2010).
organik), namun memiliki persamaan denga efek terapi maupun efek samping
pelepasan atau mengambil asam lemak tersebut (Goodman & Gilman, 2008).
kekuningan dan sedikit higroskopis. Sedikit larut dalam air mudah larut dalam
metanol, larut dalam etanol 96% dan sedikit larut dalam aseton (Swetmen,
penghambatan aktifitas
Adsorpsi obat melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap. Obat
terikat 99% pada protein plasma dan mengalami metabolisme lintas pertama first
pass sebesar 40 - 50% waktu paruh singkat yakni 1 sampai 3 jam diclofenak
terakumulasi di cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih
panjang dari waktu paruh obat tersebut (Gunawan dkk., 2012). Obat
(60%) dan juga dalam empedu (sekitar 35%), kurang dari 1% diekskresikan
Efek samping yang lazim dari penggunaan diklofenak adalah mual gastritis
eritema kulit dan sakit kepala sama seperti semua obat anti inflamasi non steroid
a. Klasifikasi Mencit
Kingdom : Animalia
Filium : Chordat a
Kelas : Mamalia
Ordo : Rudentia
Familia : Muridae
Genus : Mus
b. Karakteristik Mencit
berbiak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar
serta sifat anatomis dan fisiologinya terkarakterisasi dengan baik (Malole, 1989).
pencernaan mirip manusia, mudah ditangani dan mudah diperoleh dengan harga
relatif murah dibandingkan hewan uji yang lain (Smith, 1988). Hewan ini
bersifat fotofobik dan penakut. Mencit merupakan hewan nocturnal yang lebih
sehingga mencit
Para ahli botani mengatakan bahwa tanaman pisang berasal dari India, jazirah
Melayu dan Filipina. Di wilayah timur tanaman ini tersebar melalui Samudera
Pasifik dan Hawai dan dibagian barat melalui samudera Hindia dan Afrika. Di
berperan dalam kelancaran fungsi otak. Pisang juga sangat kaya akan karbohidrat
sebagai energi yang dapat digunakan secara langsung oleh tubuh (Endah, 2009).
Salah satu jenis pisang yang banyak tumbuh yaitu pisang raja (Musa
paradisiaca var. Sapientum). Menurut ahli sejarah dan botani, secara umum pisang
raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) berasal dari kawasan Asia Tenggara dan
b. Klasifikasi
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Musaceae
Genus : Musa L.
c. Morfologi
Pisang raja merupakan salah satu jenis pisang yang banyak tersebar secara luas
di Indonesia, pisang ini merupakan varietas unggulan yang telah dikenal oleh
masyarakat. Buah pisang ini memiliki diameter 3,2 cm dan panjang 12-18 cm.
Dalam satu tandan terdapat 6-9 sisir dan setiap sisir terdiri dari 14-16buah.
dapat diolah sendiri. Pada tanaman, senyawa yang paling banyak ditemukan yaitu
senyawa flavonoid baik itu pada akar, batang, daun, buah bahkan bunganya. Efek
flavonoid ini dapat digunakan sebagai reduktor, antioksidan dan bahkan dalam
d. Kandungan Kimia
Menurut Adhayati & Pane (2013) kulit pisang diketahui mengandung beberapa
senyawa kimia seperti flavonoid, saponin, steroid, terpenoid, tanin dan polifenol.
beberapa kandungan kimia berupa karbohidrat, lemak, protein, kalsium, fosfor, zat
besi, vitamin B, C dan air. Warna kuning pada kulit pisang sangat kaya dengan
senyawa antioksidan, flavonoid dan fenolik. Senyawa antioksidan pada kulit pisang
(Nuramanah, 2012).
e. Khasiat
lever, diare, cacar air dan ambeien. Kemampuan tanaman pisang ini disebabkan
Kulit buah pisang raja digunakan sebagai obat penyakit kuning, antidiare, obat
antinyamuk dan menjaga kesehatan retina mata dari kerusakan akibat cahaya
berlebih.
2. Ekstraksi
Ekstraksi adalah proses pemisahan senyawa dari matriks atau simplisia dengan
tergantung pada jenis, sifat fisik dan sifat kimia dari kandungan senyawa yang akan
senyawa yang akan di ambil. Simplisia yang akan diambil dapat berupa simplisia
Salah satu jenis ekstraksi yang banyak digunakan adalah maserasi. Maserasi
merupakan jenis ekstraksi dingin atau tanpa melalui proses pemanasan. Maserasi
simplisia dalam pelarut pada suhu kamar sehingga dapat mengurangi kerusakan
senyawa metabolit pada simplisia. Proses yang terjadi pada maserasi yaitu pelarut
akan
memecah dinding sel akibat perbedaan konsentrasi di dalam dan diluar sel sehingga
senyawa yang terdapat di dalam sel akan berpindah keluar dari sel dan pelarut akan
masuk ke dalam sel sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar
memisahkan ekstrak dari pelarut yang menggunakan pemasan pada suhu kontan
berkisar antara 30 - 40 sehingga dapat diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental dapat
membentuk kristal jika di diamkan. Kristal yang terbentuk dapat berupa kristal
tunggal yang dapat dimurnikan dengan proses rekristalisasi. Kristal dapat juga terdiri
dari berbagai zat sehingga perlu dilarutkan kembali dan dipisahkan zat yang ingin
3. Karagenan
Iritan yang digunakan untuk pengujian efek antiinflamasi beragam jenisnya, satu
rumput laut dari famili Eucema, Chondrus dan Gigartina. Bentuknya berupah serbuk
berwarna pitih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga
serbuk halus, tidak berbauh, serta memberi rasa berlendir dilidah. Karagenan juga
memiliki sifat larut dalam air bersuhu 80ºC (Rowe dkk, 2009).
lain) (Amdekar dkk., 2012). Karagenan dipilih untuk menguji obat antiinflamasi
karena tidak bersifat antigenik (Nur Annis dkk., 2008). Inflamasi diukur dengan
melihat peningkatan ukuran edema telapak kaki yang maksimal sekitar 5 jam setela
injeksi karagenan dan dimodulasi oleh inhibitor molekul spesifik didalam proses
4. Pengujian Antiinflamasi
ekstrak etanol pisang raja terhadap edema pada telapak kali mencit jantan. Edema
fisiologis, sebanyak 0,1 ml pada telapak kaki setiap mencit secara intraplantar.
kemerahan pada kaki serta mencit tidak dapat berjalan dengan linca seperti sebelum
pisang raja dalam menghambat udem (aktifitas antiinflamasi) pada telapak kaki
C. Kajian Empiris
Kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sering dimanfaatkan sebagai
obat alami secara empiris dapat menyembuhkan pendarahan rahim, amandel, lever,
diare, cacar air, ambeien, penyakit kuning, gangguan pencernaan (dispepsia) seperti
penyakit maag, obat luka, dan menurunkan kolesterol darah (Maya, 2015).
BAB III
Inflamasi adalah peradangan atau respon terhadap cedera jaringan dan infeksi.
Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi (vaskuler) dimana cairan elemen-
elemen darah serta sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada tempat
yang berbahaya pada tempat cedera dan menyiapkan kondisi untuk perbaikan jaringan.
Pengujian anti inflamasi dilakukan dengan metode induksi karagenan pada telapak
kaki mencit digunakan karagenan karena paling cepat menyebabkan inflamasi serta
Salah satu tanaman yang berkhasiat sebagai antiinflamasi adalah kulit pisang raja
Kandungan metabolik
sekunder
Efektifitas Antiinflamasi
Ekstrak etanol kulit pisang raja
(Musa paradisiaca var.
Sapientum)
Keterangan:
: Variabel independen yang diteliti
: Variabel yang tidak teliti
: Variabel dependen yang diteliti
: Menyatakan pengaruh antara variable independent dan dependen
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
variabel bebas atau variable independen. Variable terikat atau dependen dalam
2. Variabel Independen
timbulnya variable dependen atau variable terikat. Adapun variabel dependen pada
penelitian ini adalah kandunggan metabolik sekunder dan ekstrak etanol kulit pisang
Efek antiinflamasi diartikan sebagai usaha tubuh untuk merusak organisme yang
jaringan.
Kriteria Objektif:
kaki mencit.
Keterangan:
Vu = Volume Udema
b. Ekstrak kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) adalah hasil yang
didapat dari proses meserasi sampel dengan menggunakan pelarut etanol 70%
pelarut yang menggunakan pemanasan pada suhu kontan berkisar antara 30 - 40ºC
E. Hipotesis Penelitian
(Mus Muscullus).
Ho = Pada konsentrasi 10%, 15% dan 25% ekstrak etanol kulit pisang raja
Ha = Pada konsentrasi 10%, 15% dan 25% ekstrak etanol kulit pisang raja
METODE PENELITIAN
untuk mengetahui uji efektifitas antiinflamasi ekstrak etanol kulit pisan raja (Musa
paradisiaca var. Sapientum) pada mencit jantan (Mus muscullus) yang diinduksi dengan
karagenan 1%. Desain penelitian ini mengunakan rancangan pra test and post test
controlled design. Dengan melakukan pengukuran volume awal kaki mencit jantan
Populasi dalam penelitian ini adalah tanaman pisang raja (Musa paradisiaca var.
Sapientum) yang diperole dari Desa Baruga, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe
Selatan. Sampel yang digunakan adalah kulit pisang raja (Musa paradisiaca var.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, spid
injeksi (One Med), jarum oral mencit, alat-alat gelas (batang pengaduk, gelas ukur
(Pyrex), gelas kimia (Pyrex), tabung reaksi), handskun (SENSI), kendang mencit, botol
minum.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit pisang raja (Musa
paradisiace van. Sapientum), aquades, karagenan 1%, natrium diklofenat, Na CMC, dan
NaCl 0,9%.
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan dengan umur 2 sampai 3 bulan dan
E. Prosedur Kerja
Sampel kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) diperoleh dari desa
Baruga, Kecamatan Konda, Kabupaten Konawe Selatan. Sampel kulit piang raja
(Musa paradisiaca var. Sapientum) yang akan digunakan selanjutnya disortasi dan
terlindung dari cahaya matahari langsung selama 2 sampai 3 hari. Ukuran simplisia
2. Determinasi Sampel
3. Ekstraksi
Simplisia kulit pisang raja yang telah kering ditimbang sebanyak 500 gram,
pelarut etanol 70%. Ekstrak kemudian disaring dan diuapka menggunakan rotary
4. Skrining Fitokimia
kebenaran zat kimia yang terkandung di dalam kulit pisang raja (Musa paradisiaca
Ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sebanyak
saring. Tiga tetes filtrat dipindahkan pada kaca arloji, ditambahkan pereaksi
mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning yang larut
b. Uji Flavonoid
Ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sebanyak
2 ml dalam tabung reaksi ditambahkan 10 tetes HCl pekat dan 0,1 g serbuk logam
magnesium. Flavonoid ditandai dengan adanya warna merah jingga hingga merah
c. Uji Saponin
Ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sebanyak
selama 10 detik. Saponin ditandai dengan adanya buih yang mantap selama 10
d. Uji Steroid
Ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sebanyak
Ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sebanyak
untuk golongan tanin terkondensasi dan biru kehitaman untuk tanin terhidrolisis
(Widowati, 2006).
Ekstrak etanol kulit pisang raja (Musa paradisiaca var. Sapientum) sebanyak
Selanjutnya ditetesi dengan asam sulfat pekat, bila terbentuk warna hijau kebiruan
menunjukan adanya sterol. Jika yang diperole berupa cincin kecoklatan atau violet
pada perbatasan dua pelarut menunjukan adanya triterpenoid (Afriani dkk, 2016).
dihitung bobot rata-rata lalu digerus sampai halus. Serbuk natrium diklofenak
demi sedikit sambil diaduk hingga homogen lalu dimasukkan ke dalam gelas
larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) sehingga didapat volume 30 ml dalam gelas
kimia.
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan (Mus Muscullus), dengan
Hewan uji ditentukan dengan rumus Federer untuk uji analitik, yaitu:
(t-1) (n-1) ≥ 15
(t-1) (n-1) ≥ 15
(5-1) (5-1) ≥ 15
4 (5-1) ≥ 15
4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 19
n ≥ 4,75
n~5
Dalam penelitian ini, mencit dibagi dalam dua kelompok control perlakuan
selama 1 minggu untuk proses aklimatisasi. Selama proses tersebut mencit diberi
sebelum
perlakuan, namun tetap diberikan air minum. Setiap mencit diberi tanda pada
ekornya untuk membedakan mencit satu dengan mencit yang lain dan diberi
tanda denga spidol. Pada sendi belakang kiri mencit agar saat memasukan kaki
1) Kelompok I: 5 ekor tikus diberi suspense Na CMC 0,05 ml per oral sebagai
control negatif.
2) Kelompok II: 5 ekor mencit diberi larutan natrium diklofenak 0,05 ml secara
3) Kelompok III: 5 ekor mencit diberi ekstrak etanol kulit pisang raja dengan
konsentrasi 10%.
4) Kelompok IV: 5 ekor mencit diberi ekstrak etanol kulit pisang raja dengan
konsentrasi 15%.
5) Kelompok V: 5 ekor mencit diberi ekstrak etanol kulit pisang raja dengan
konsentrasi 25%.
c. I jam kemudian setela diberikan perlakuan, masing – masing telapak kaki mencit
d. Setelah I jam disuntikan karagenan, volume kaki mencit dengan menggunakan alat
Analisis data yang digunakan dalam presentase penghambatan radang yaitu dengan
menggunakan uji Kolmogorov Smirnovz untuk melihat distribusi data apaka normal
atau tidak dan uji Levene untuk melihat homogenitas data. Apabila data terdistribusi
normal maka dilanjutkan dengan uji analisis varian (ANOVA) dengan tingkat
kepercayaan 95% sehingga dapat diketahui apakah perbedaan yang diperoleh bermakna
atau tidak (Santodo, 2008). Apabila terdapat perbedaan bermakna, maka dilanjutkan
G. Etika Penelitian
Dalam penelitian ini harus memenuhi prinsip etika dalam melakukan suatu
penelitian yaitu pertama peneliti membuat surat persetujuan penelitian yang ditanda
setela disetujui selanjutnya peneliti menetukan alat dan bahan yang akan digunakan