Anda di halaman 1dari 6

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG

TANDUK (Musa corniculata RUMPH) TERHADAP BAKTERI


Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus PENYEBAB KARIES
GIGI SECARA IN VITRO

PENDAHULUAN

Di Indonesia, penyakit infeksi gigi dan mulut masih banyak terjadi,

termasuk karies gigi. Berdasarkan data statistik Riskesdas (2018), persentase

masalah gigi dan mulut sebesar 57,6% dan persentase perilaku menyikat gigi

dengan benar sebesar 2,8%. Hal ini dikarenakan kurangnya kepedulian dalam

menjaga kesehatan gigi dan mulut, sehingga sisa makanan yang telah dikonsumsi

akan membentuk plak pada gigi (Riwandy dkk, 2014).

Karies gigi merupakan penyakit yang banyak dijumpai di rongga mulut

(Riwandy dkk, 2014). Rongga mulut merupakan tempat berkembang biaknya

berbagai bakteri (Rachmi dkk, 2018). Diantara 200 spesies bakteri yang diisolasi

dari plak gigi, yang paling patogen untuk karies gigi diantaranya: Streptococcus

mutans dan Lactobacillus acidophilus (Cura et al., 2012). Lactobacillus

acidophilus bersama Streptococcus mutans melekat di permukaan gigi untuk

memetabolisme karbohidrat dan memproduksi asam laktat yang menyebabkan

penurunan pH mulut sehingga terjadi demineralisasi jaringan keras gigi yang

merupakan proses awal terjadinya karies gigi (Cura et al., 2012).

Perkembangan karies gigi tersebut dapat dicegah dengan penggunaan obat

kumur (Desy dkk, 2009). Akan tetapi, penggunaan antibiotik tidak selalu efektif.

Tingginya penggunaan antibiotik yang tidak tepat menyebabkan terjadinya


masalah resistensi antibiotik (Herawati dkk, 2019). Oleh karena itu, dapat

dilakukan pemanfaatan zat aktif antibakteri yang terkandung dalam tanaman

sebagai salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk mencegah karies gigi

(Harris, 2018).

Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan sebagai antibakteri adalah

pisang (Musa sp.). Indonesia merupakan wilayah yang sesuai untuk tanaman

pisang (Musa sp.) karena iklimnya yang tropis. Berdasarkan data BPS (2017),

tanaman pisang (Musa sp.) menduduki peringkat pertama penyumbang produksi

terbesar di Indonesia yaitu 7,16 juta ton. Varietas pisang di Indonesia salah

satunya yaitu pisang tanduk (Musa corniculata rumph) (Suhartono dkk, 2012).

Tanaman pisang (Musa sp.) merupakan tanaman yang banyak

dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan hidup, khususnya bagian buahnya

(Cahyono, 2009). Sementara itu, kulitnya dibuang setelah bagian dagingnya

dimakan, sehingga jarang dimanfaatkan oleh masyarakat (Anhwange A et al.,

2009). Kulit pisang (Musa sp.) biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak

(Arawande et al, 2010). Salah satu cara untuk mengurangi jumlah limbah kulit

pisang (Musa sp.) yaitu dengan pemanfaatan ekstrak kulit pisang (Musa sp.)

sebagai bahan medikasi. Kulit pisang (Musa sp.) memiliki beberapa kandungan

senyawa fitokimia yang terbukti mempunyai sifat antibakteri diantaranya

flavonoid, alkaloid, saponin, terpenoid, dan tannin (Velumani et al, 2016).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kulit pisang (Musa sp.) dapat

menghambat pertumbuhan bakteri. Pada penelitian Saraswati (2015) menunjukan

bahwa ekstrak etanol kulit pisang kepok (Musa balbisiana) memiliki aktivitas
terhadap bakteri Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan

Propionibacterium acnes. Pada penelitian Rika dkk (2019) menunjukan bahwa

terdapat aktivitas antibakteri ekstrak kulit pisang ambon (Musa acuminata

Colla) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Berdasarkan uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah apakah ekstrak kulit pisang tanduk (Musa corniculata rumph) memiliki

potensi antibakteri terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus

acidophilus, berapakah nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak

etanol kulit pisang tanduk (Musa corniculata rumph) terhadap bakteri

Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus, dan berapakah nilai

kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit pisang tanduk (Musa

corniculata rumph) terhadap antibiotik pembanding.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas

antibakteri ekstrak etanol kulit pisang tanduk (Musa corniculata rumph) terhadap

bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus, mengetahui nilai

Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol kulit pisang tanduk (Musa

corniculata rumph) terhadap bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus

acidophilus, dan mengetahui nilai kesetaraan aktivitas antibakteri ekstrak etanol

kulit pisang tanduk (Musa corniculata rumph) terhadap antibiotik pembanding.

Manfaat dilakukannya penelitian ini secara umum adalah memberikan informasi

ilmiah mengenai aktivitas antibakteri ekstrak kulit pisang tanduk (Musa

corniculata rumph) yang digunakan untuk mengobati karies gigi bagi keperluan

ilmu pengetahuan, sehingga dapat dikembangkan menjadi sediaan farmasi.


METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak etanol kulit pisang tanduk


(Musa corniculata rumph) menggunakan metode eksperimental secara in vitro.
Tahapan penelitian ini meliputi pengumpulan bahan, determinasi bahan,
pembuatan simplisia, penetapan karakteristik bahan uji yang terdiri dari penetapan
parameter standar simplisia, ekstraksi senyawa aktif dengan metode maserasi
dengan pelarut etanol 96%, uji skrining fitokimia ekstrak, uji aktivitas antibakteri,
penentuan nilai KHM dan penetapan nilai kesetaraan antibiotik pembanding.

Pengujian aktivitas antibakteri kulit pisang tanduk (Musa corniculata


rumph) dilakukan dengan metode difusi agar cara sumuran. Ekstrak etanol kulit
pisang tanduk (Musa corniculata rumph) dibuat dalam beberapa variasi
konsentrasi yaitu 5%, 10%, 20%, dan 40%. Pengamatan aktivitas antibakteri pada
masing-masing konsentrasi dilihat berdasarkan terbentuknya zona bening yang
dapat menghambat bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus di
sekitar sumuran. Penentuan nilai KHM dilakukan menggunakan metode difusi
agar dengan melihat konsentrasi terkecil dari ekstrak yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus acidophilus.
Penetapan kesetaraan ekstrak dengan antibiotik pembanding dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan aktivitas antibakteri dari ekstrak uji
dibandingkan dengan antibiotik pembanding yaitu Amoxicillin. Uji kesetaraan
ekstrak dengan antibiotik dilakukan dengan menghitung data diameter hambatan
ke dalam kurva standar melalui persamaan regresi linear antara diameter
hambatan dengan konsentrasi. Bagan alir penelitian dapat dilihat pada gambar 2.1:
Gambar 2.1 Bagan Penelitian

Tumbuhan pisang tanduk

(Musa corniculata Rumph)

- Determinasi
- Preparasi simplisia

Simplisia kulit pisang tanduk (Musa


corniculata Rumph)

- Karakterisasi simplisia
- Maserasi dengan pelarut etanol 96%
- Pemekatan ekstrak

Ekstrak etanol kulit pisang tanduk (Musa


corniculata Rumph)

- Karakterisasi ekstrak
- terhadap S.
Uji aktivitas antibakteri
mutans dan Lactobacilus acidophilus

Penentuan nilai Konsentrasi Hambat


Minimum (KHM)

Penentuan nilai kesetaraan antibiotik


pembanding
BAB III

BAHAN DAN ALAT

3.1 Bahan

Bahan yang digunakan antara lain amoxicillin, aquadest, DMSO (Dimethyl


Sulfoxide), etanol 96%, kulit pisang tanduk, Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth
(NB).

3.2 Alat

Alat yang digunakan antara lain autoklaf, bunsen, cawan petri, inkubator, jangka
sorong, jarum ose, kapas steril, labu erlenmeyer 500 mL, maserator, mikropipet,
pipet volume, rotary evaporator, tabung reaksi, timbangan analitik, vortex.

BAB IV

PROSEDUR

4.1

4.2

4. 3

4.4

4.5

4.6

4.7

Anda mungkin juga menyukai