Anda di halaman 1dari 8

EKSTRAK METANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) SEBAGAI

ANTIMIKROBA ALAMI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus PENYEBAB


MASTITIS SUBKLINIS PADA SAPI PERAH

Happy Aprillia Mahardika, Sarwiyono dan Puguh Surjowardojo


Bagian Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya
E-mail : happypinky_girl@yahoo.co.id

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Bakteriologi, Jurusan Hama dan Penyakit
Tanaman Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh ekstrak metanol daun kersen (Muntingia calabura L) terhadap daya
hambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis pada sapi perah.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Staphylococcus aureus, ekstrak metanol daun
kersen, dekok daun kersen dan larutan iodips. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan penelitian percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
6 perlakuan dan 4 ulangan menggunakan metode sumuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ekstrak metanol daun kersen dengan konsentrasi 10%, 20%, 30% dan 40% memiliki pengaruh
terhadap daya hambat pertumbuhan Staphylococcus aureus. Ekstrak metanol daun kersen tidak
memiliki perbedaan yang nyata (P > 0,05) dengan larutan iodips dan dekok daun kersen sebagai
pembanding, sehingga ekstrak metanol daun kersen dapat digunakan sebagai antimikroba alami
untuk menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus penyebab mastitis subklinis.

Kata kunci: daun kersen, ekstrak metanol, Staphylococcus aureus dan mastitis

CHERRY (Muntingia calabura L) LEAF METHANOL EXTRACT AS A NATURAL


ANTIMICROBIAL AGAINST Staphylococcus aureus BACTERIA CAUSING
SUBCLINICAL MASTITIS

ABSTRACT
This research was conducted in the laboratory of Bacteriology, Faculty of Agriculture,
University of Brawijaya Malang. The purpose of this study is to determine the effect of cherry
leaf methanol extract on the growth of Staphylococcus aureus bacteria causing subclinical
mastitis in dairy cows. Materials used in this research were Staphylococcus aureus, cherry leaf
methanol extract, cherry leaf water extract and iodips. The method used in this research is
experiment with a completely randomized design (CRD) with 6 treatments and 4 replications.
The results showed that the cherry leaf methanol extract, with a concentration of 10%, 20%, 30%
and 40% have an influence on the growth inhibitory Staphylococcus aureus. Cherry leaf
methanol extract has no significant difference (P> 0.05) with a cherry leaf water extract and
iodips as antimicrobial substances, so it can be used as a natural antimicrobial substance to
inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria causing subclinical mastitis.

Key word : cherry leaf, methanol extract, Staphylococcus aureus and mastitis

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 15


PENDAHULUAN umumnya tumbuh berpasangan maupun
Kebutuhan susu di Indonesia hanya berkelompok, dengan diameter sekitar 0,8-
mampu terpenuhi sebanyak 30% 1,0 µm. Staphylococcus aureus bebrbentuk
dikarenakan sapi di Indonesia mengalami bulat seperti anggur yang bergerombol tidak
penurunan produksi susu. Turunnya teratur (Kusuma, 2009). Staphylococcus
produksi susu dapat disebabkan oleh faktor aureus merupakan pathogen penting pada
internal dan faktor eksternal. Faktor internal manusia yang dapat menimbulkan berbagai
meliputi bangsa, individu, hormonal, umur kasus penyakit seperti infeksi kulit,
laktasi, siklus estrus dan kebuntingan. keracunan makanan, endokarditis,
Faktor eksternal meliputi frekuensi pneumonia, osteomiolitis, sepsis arthritis
pemerahan, obat, pakan dan penyakit. dan encephalitis. Staphylococcus aureus
Salah satu penghambat peningkatan dapat ditemukan di lingkungan masyarakat
produksi susu adalah penyakit yang secara seperti udara, debu, kotoran, air, susu,
langsung maupun tidak langsung dapat makanan, tempat makan, manusia dan
menurunkan produksi susu. Penyakit radang hewan. Manusia dan hewan merupakan
ambing yang dikenal sebagai mastitis tempat berkumpulnya bakteri tersebut.
merupakan masalah utama dalam tata Kebanyakan pada individu yang sehat
laksana usaha peternakan sapi perah ang Staphylococcus aureus dapat ditemukan
sangat merugikan, baik peternak sapi perah, dalam saluran pernafasan, rambut dan kulit
industri pengolahan susu dan konsumen (Salisia dan Sugiyono, 2009).
(Sudarwanto dan Sudarnika, 2008). Kersen merupakan pohon yang
Kasus mastitis terutama mastitis sering ditemui dipinggir jalan. Daun kersen
subklinis di Indonesia sampai akhir tahun banyak digunakan obat tradisional. Daun
2006 tercatat sekitar 75–83%. Kerugian kersen mempunyai khasiat sebagai penurun
ekonomi yang diakibatkan mastitis antara panas, sebagai antiradang bahkan sebagai
lain penurunan produksi susu per kwartir per antimikroba yang berbahaya dan dapat
hari (9 sampai 45,5%), penurunan kualitas digunakan sebagai antiseptik alami.
susu yang mengakibatkan penolakan susu Noorhamdani, Yosef dan Rosalia (2014)
mencapai 30 sampai 40% dan penurunan menyebutkan bahwa daun kersen
kualitas hasil olahan susu dan peningkatan mempunyai fungsi sebagai antipiretik dan
biaya perawatan dan pengobatan serta antiinflamasi. Aktifitas antibakteri yang
pengafkiran ternak lebih awal (Sudarwanto dimiliki daun kersen karena daun kersen
dan Sudarnika, 2008). Setiawan, mengandung flavonoid, saponin dan tanin
Trisunuwati dan Sunarso (2013) melaporkan (Kurniawan, Sarwiyono dan Surjowardojo,
bahwa kejadian terbesar dari kasus mastitis 2013).
adalah mastitis subklinis, dengan tingkat
kejadian dapat mencapai 90% yang disertai METODE PENELITIAN
dengan penurunan produksi susu hingga Lokasi Penelitian
30%. Mastitis disebabkan hampir 95% oleh Penelitian dilakukan selama satu
mikroorganisme yang berasal dari spesies bulan, yaitu bulan Januari sampai bulan
Streptococcus dan Staphylococci (Aulia, Februari di Laboratorium Bakteriologi,
2008). Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman
Staphylococcus aureus adalah Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya
bakteri gram positif yang menghasilkan Malang untuk pembiakan bakteri
pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, Staphylococcus aureus, penanaman dan
tidak menghasilkan spora dan tidak motil,

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 16


pengujian daya hambat bakteri Prosedur Ekstraksi dengan Metode
Staphylococcus aureus. Maserasi
Serbuk daun kersen diambil
Materi sebanyak 150 g dan dicampur dengan
Materi yang digunakan dalam metanol sebanyak 600 ml dan di aduk
penelitian ini adalah bakteri Staphylococcus sampai homogen menggunakan alat inkubasi
aureus stok biakan dari Laboratorium shaker selama 1 jam dengan kecepatan 120
Mikrobiologi Fakultas Kedokeran rpm/s kemudian didiamkan selama 24 jam
Universitas Brawijaya Malang, daun kersen dan diulang sebanyak 5 kali. Larutan ekstrak
(Muntingia calabura L) yang diperoleh daun kersen disaring menggunakan kertas
disekitar perumahan Joyogrand Malang, saring whatman grade 42. Filtrat ekstrak
ekstrak metanol daun kersen berbagai metanol daun kersen dipekatkan dengan
konsentrasi dan lauratan Iodips yang menggunakan alat rotary evaporator dan
diperoleh dari Koperasi Agro Niaga (KAN) ditimbang. Ekstrak pekat daun kersen yang
Jabung Malang. Alat yang digunakan adalah diperoleh digunakan sebagai uji antibakteri.
timbangan analitik, cawan petri, tabung
reaksi, tabung erlenmayer, ose, bunsen, Prosedur Pembuatan Dekok Daun
glass L. rotary evaporator, jangka sorong, Kersen 20%
autoklaf, kertas label, gunting, inkubasi Prosedur pembuatan dekok daun
shaker, mikro pipet, alumunium foil. Bahan kersen 20% yaitu :
yang digunakan adalah media biakan 1. Daun kersen sebanyak 200 g dicuci
Natrient Agar (NA), Mannitol Salt Agar dahulu sampai bersih kemudian
(MSA), spirtus, aquadest dan alkohol 70%. ditiriskan
2. Daun kersen yang sudah dicuci
Metode dipotong kecil kecil atau dicincang
Metode yang digunakan adalah 3. Kemudian direbus dengan air mendidih
percobaan dengan rancangan acak lengkap sebanyak 800 ml selama 15 menit
(RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan 4. Setelah 15 menit didinginkan
sebagai berikut P1 (ekstrak metanol daun 5. Setelah dingin digunakan sebagai uji
kersen 10%), P2 (ekstrak metanol daun antibakteri (Kurniawan, dkk. 2013).
kersen 20%), P3 (ekstrak metanol 30%), P4
(ekstrak metanol daun kersen 40%), P5 Prosedur Pembuatan Uji Antibakteri
(dekok daun kersen 20%) sebagai kontrol Prosedur pembuatan uji antibakteri
dan P6 (larutan Iodips 10%) sebagai kontrol. adalah sebagai berikut :
1. Ekstrak metanol daun kersen 10% =
Prosedur Penelitian ekstrak daun kersen 1 g + 9 ml aquadest
Pembuatan Serbuk daun Kersen steril
Prosedur pembuatan serbuk daun 2. Ekstrak metanol daun kersen 20% =
kersen adalah sebagai berikut: ekstrak daun kersen 2 g + 8 ml aquadest
1. Daun kersen yang sudah diambil steril
dilayukan dan di oven dengan suhu 3. Ekstrak metanol daun kersen 30% =
60oC selama 24 jam ekstrak daun kersen 3 g + 7 ml aquadest
2. Dihaluskan dengan grinder. steril
3. Ditimbang. 4. Ekstrak metanol daun kersen 40% =
ekstrak daun kersen 4 g + 6 ml aquadest
steril

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 17


5. Iodips 10% = 1 ml iodips + 9 ml Identifikasi yang dilakukan meliputi
aquadest steril pewarnaan gram dan pewarnaan pada media
6. Dekok daun kersen 20% = 200 g daun Natrium Agar (NA). Metode pewarnaan
kersen segar + 800 ml air gram menurut Lestari (2013) yaitu :
a. Preparat glass dibersihkan dengan
alkohol dan tisu
Prosedur Pembuatan Media b. Panaskan ose untuk mengambil bakteri
Pembuatan Media NA dan letakan pada preparat glass dan
Prosedur pembuatan Media NA ratakan
menurut Purwandani (2008) adalah sebagai c. Tetesi dengan methylen blue sebanyak
berikut: 1-2 tetes dan tunggu 1 menit
a. Timbang kurang lebih 2,8 g/ 100 ml d. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
nutrient agar lagi
b. Masukan ke dalam gelas kimia 250 ml e. Tetesi dengan iodine sebanyak 1-2 tetes
c. Kemudian ditambahkan aquades 500 ml dan tunggu 1 menit
kocok dan panaskan hingga larut f. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
d. Sterilisasi di autoklaf selama 15 menit g. Tetesei dengan etanol dan tunggu 30
pada suhu 121o C detik
e. Dituang pada cawan petri ± 20 ml dan h. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
dibiarkan hingga dingin dan i. Tetesi dengan safranin 1-2 tetes dan
membentuk gel. tunggu 2 menit
j. Cuci dengan air mengalir dan keringkan
Pembuatan media MSA k. Diamati dengan mikroskop.
Menurut Rahmawati (2013), bahan
yang digunakan terdiri dari 10 g pepton, 10 Peremajaan Biakan Murni
g manitol, 15 g agar 75 g sodium klorida Biakan murni bakteri diremajakan
0,25 phenol red dan 500 ml aquades. pada media padat plate agar dengan cara
Cara pembuatanya adalah : menggoreskan jarum ose yang mengandung
a. Semua bahan dicampur dan bakteri Staphylococcus aureus secara aseptis
ditambahkan dengan akuades 500 ml yaitu dengan mendekatkan cawan petri pada
kemudian dipanaskan hingga mendidih bunsen yang menyala saat menggoreskan
dan homogen jarum ose, kemudian ditutup kembali dan di
b. Ditambahkan aquades sehingga volume wraping dan diinkubasi pada suhu ruang
mencapai 1000 ml kemudian selama 24 jam.
dimasukan ke dalam tabung atau botol
yang steril Pembuatan Media Aktif
c. Disterilisasi dengan autoklaf pada suhu Hasil dari peremajaan biakan murni
1210 C dengan tekanan 2 atm selama 1 bakteri dipanen dengan 5 ml aquades steril
jam. dan dihomogenkan keseluruh lapisan atas
d. Dituang pada cawan petri ± 20 ml dan media. Larutan ini berfungsi sebagai media
dibiarkan hingga membentuk gel. aktif.

Proses Identifikasi bakteri S. aureus Uji Antibakteri


Sebelum digunakan dalam penelitian, Media padat MSA yang sudah
Staphylococcus aureus yang diperoleh dari menjadi gel di cawan petri ditetesi media
Fakultas Kedokteran diidentifikasi ulang. aktif sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 18


mikropipet kemudian dihomogenkan dengan metanol daun kersen berbagai konsentrasi,
glass L, permukaan MSA dilubangi dengan dekok daun kersen dan iodips sebagai
cork borrer dengan diameter 6 mm, antiseptik kimia dalam menghambat
kemudian lubang tersebut ditetesi dengan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
kontrol (dekok dan iodips) dan ekstrak Rataan hasil pengukuran zona hambat daun
metanol daun kersen masing-masing kersen dapat dilihat pada Tabel 2.
sebanyak 50 ul. Media bakteri yang sudah Tabel 2. Rataan diameter zona hambat daun
ditetesi bahan antibakteri diwraping dan kersen
diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Perlakuan Ulangan Jumlah Rataan
U1 U2 U3 U4
Diameter zona hambat yang terbentuk P1 5,06 6,61 6,20 7,50 25,37 6,34
diukur dengan jangka sorong untuk P2 6,42 8,08 6,12 6,33 26,95 6,73
menentukan efektifitas antibakteri. Uji P3 8,12 7,56 6,61 7,40 29,69 7,42
P4 6,60 7,11 8,73 8,11 30,55 7,63
antibakteri dilakukan untuk mengetahui P5 dekok 6,04 5,57 6,21 6,87 24,69 6,17
ekstrak terbaik. P6 iodips 7,13 6,19 6,43 5,26 25,01 6,25

Tabel 1. Ketegori pengahambatan Berdasarkan tabel diatas hasil


antimikroba berdasarkan zona bening. pengukuran rata-rata diameter zona hambat
Diameter (mm) Respon Hambatan pada perlakuan ekstrak metanol daun kersen
Pertumbuhan 10% adalah 6,34 mm, perlakuan ekstrak
> 20 Sangat kuat metanol daun kersen 20% adalah 6,73 mm,
10-20 Kuat perlakuan ekstrak metanol daun kersen 30%
5-10 Sedang 7,42 mm, ekstrak metanol daun kersen 40%
<5 Lemah adalah 7,63%, dekok daun kersen 30%
Sumber: Ardiansyah (2005) ; Lathifah adalah 6,17 mm dan iodips dengan
(2008) konsentrasi 10% adalah 6,25 mm.
Grafik zona hambat ekstrak metanol
daun kersen dapat dilihat pada Gambar 1
Variabel Penelitian
Variabel yang diamati dalam Rata-rata zona hambat
penelitian ini adalah : 10
DIAMETER ZONAN

Variable bebas: konsentrasi ekstrak daun


HAMBAT (mm)

kersen. 5
Variable terikat: zona hambat yang diamati.
rata-rata
0
Analisis Data P1 P2 P3 P4 P5 P6
Penelitian ini menggunakan 6
perlakuan dan 4 ulangan, rancangan yang PERLAKUAN
digunakan dalam penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data Gambar 1. Grafik zona hambat ekstrak
yang diperoleh diuji dengan uji sidik ragam metanol daun kersen
anova tunggal.
Gambar 1 menunjukan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN ekstrak daun kersen dengan konsentrasi
Hasil analisis ragam menunjukan tertinggi juga mempunyai daya hambat yang
bahwa tidak ada perbedaan yang nyata (P > tinggi, ekstrak metanol daun kersen 40%
0,05) pada setiap konsentrasi ekstrak memiliki diameter 7,63 mm lebih tinggi
dibandingkan diameter ekstrak metanol daun

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 19


kersen dengan konsentasi 30%, 20% 10%, adalah iodine aktif, phosphor aktif,
dekok 20% dan iodips berturut-turut yaitu sorbitoscrub dan asam laktat.
7,42 mm, 6,73 mm, 6,34 mm, 6,17 mm dan Prawira, dkk (2013) melaporkan
6,25 mm. Data diatas menunjukan bahwa P1 bahwa saponin dapat menekan pertumbuhan
sampai dengan P6 mempunyai kekuatan dari bakteri karena senyawa tersebut dapat
sedang dalam menghambat pertumbuhan menurunkan tegangan permukaan dinding
bakteri Staphylococcus aureus. sel dan apabila berinteraksi dinding sel
Semakin tinggi ekstrak daun kersen, tersebut bisa lisis atau pecah, sehingga
semakin tinggi daya hambat yang saponin akan mengganggu tegangan
dihasilkan. Sesuai dengan pendapat permukaan dinding sel dan zat antibakteri
Noorhamdani, Yosef dan Rosalia (2013) akan masuk dengan mudah ke dalam sel dan
bahwa pemberian ekstrak daun kersen akan menganggu metabolisme sel hingga
menyebabkan penurunan jumlah bakteri akhirnya bakteri mati.
yang tumbuh pada media MSA secara Flavonoid memberikan aktifitas
signifikan. Pertumbuhan bakteri terhambat antibakteri dengan jalan menghambat
karena ekstrak daun kersen yang metabolism energi, mekanisme
mengandung senyawa aktif yaitu flavonoid penghambatan metabolisme energi yang
sebagai antimikroba yang mampu merusak dilakukan oleh flavonoid yaitu seperti
membran bakteri Staphylococcus aureus antibiotik yang menghambat respirasi
sehingga bakteri tersebut tidak dapat hidup. oksigen dan dapat menyebabkan kematian
Mekanisme daya kerja antimikroba bakteri (Noorhamdani, dkk 2014).
terhadap sel dapat adalah merusak dinding Flavonoid merupakan senyawa yang bersifat
sel, menganggu permeabilitas sel, merusak desinfektan yang bekerja mendenaturasi
molekul protein dan asam nukleat, protein yang dapat menyebabkan aktifitas
mengahambat aktifitas enzim, menghambat metabolisme sel berhenti (Kurniawan, dkk
sintesa asam nukleat. Pernyataan diatas 2013).
sesuai dengan Lathifah (2008) bahwa Tanin dapat menghambat aktifitas
antimikroba diartikan sebagai bahan yang enzim protease, menghambat enzim pada
dapat menganggu pertumbuhan dan transport selubung sel bakteri, destruksi atau
metabolisme bakteri. Cara kerja antimikroba inaktifasi fungsi materi genetik, selain itu
antara lain dengan merusak dinding sel, tanin juga mampu mengerutkan dinding sel
merubah permeabelitas sel, menghambat bakteri sehingga dapat mengganggu
kerja enzim, merubah molekul protein dan permeabilitas sel. Terganggunya
asam nukleat, serta menghambat sintesis permeabilitas sel dapat menyebabkan sel
asam nukleat dan protein. Sedangkan tersebut tidak dapat melakukan aktifitas
mekanisme daya kerja antiseptik terhadap hidup sehingga pertumbuhannya terhambat
mikroorganisme berbeda-beda misalnya (Maliana, Khotimah dan Diba, 2013)
dengan cara mendehidrasi atau
mengeringkan bakteri, mengoksidasi sel KESIMPULAN
bakteri, mengkoogulasi (menggumpalkan) Berdasarkan hasil penelitian yang
cairan disekitar bakteri atau meracuni sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
bakteri. Iodips adalah termasuk golongan ekstrak metanol daun kersen dapat
antiseptik karena mempunyai kandungan menghambat pertumbuhan Staphylococcus
iodine aktif. Romadlona, Sarwiyono dan aureus penyebab mastitis subklinis pada
Surjowardojo (2014) melaporkan bahwa sapi perah. Semakin tinggi konsentrasi
kandungan yang terdapat dalam Iodips

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 20


ekstrak metanol daun kersen maka daya Teknologi. Universitas Islam Negeri
hambat yang diperoleh juga semakin tinggi. (UIN) Malang
Lestari, R. 2013. Pewarnaan Sederhana,
SARAN Negatif, Kapsul dan Gram. Program
Berdasarkan hasil penelitan yang Studi D3 Kebidanan. Sekolah Tinggi
telah dilakukan disarankan bahwa untuk Ilmu Kesehatan. Yogyakarta
penerapan dapat menggunakan ekstrak Maliana, Y., Khotimah, S dan Diba, FS.
metanol daun kersen 10% untuk teat dipping 2013. Aktifitas Antibakteri Kulit
pada kondisi lapang. Garcinia mangostana Linn.
Terahadap Pertumbuhan
UCAPAN TERIMA KASIH Flavobacterium dan Enterobacter
Penulis mengucapkan terima kasih dari Coptotermes curvignathus
kepada Bapak Ir. Sarwiyono, M.Agr. St., Holmgren. Program Studi Biologi.
Bapak Dr. Ir Puguh Surjowardojo MS, dan Fakultas Matematika dan Ilmu
Bapak Aswah Ridhowi, S.Pt., M.Sc atas Pengetahuan Alam. Universitas
bimbingan dari awal sampai akhir penelitian Tanjungpura. Pontinak. Jurnal
ini, dan teman-teman kelompok penelitian Protabiont Vol 2 (1): 7-11
Imro’atul Khasanah, Iwan Kasogi dan Eny Noorhamdani, Yosef dan Rosalia. 2014. Uji
Sholikhatin atas kekompakan dan kerja Ekstrak Daun Kersen (Muntingia
sama dalam pelaksanaan penelitian. calabura) Sebagai Antibakteri
Terhadap Methicillin-Resistant
DAFTAR PUSTAKA Staphylococcus aureus (MRSA)
Aulia, S. 2008. Hubungan Antara Mastitis Secara in Vitro. Laboratorium
dengan Kandungan Kadar Garam Fakultas Kedokteran. Universitas
(NaCL) pada Susu Sapi Perah KUTT Brawijaya. Malang
Suka Makmur. Jurusan Produksi Prawira, M., Sarwiyono dan Surjowardojo,
Ternak. Fakultas Peternakan. P. 2013. Daya Hambat Dekok Daun
Universitas Brawijaya. Malang Kersen (Muntingia calabura L.)
Kurniawan, I., Sarwiyono dan Surjowardojo, Terhadap Pertumbuhan Bakteri
P. 2013. Pengaruh Teat Dipping Staphylococcus aureus Penyebab
Menggunakan Dekok Daun Kersen Penyakit Mastitis pada Sapi Perah.
(Muntingia calabura L.) Terhadap Program Studi Produksi Ternak.
Tingkat Kejadian Mastitis. Program Fakultas Peternakan. Universitas
Studi Produksi Peternakan. Fakultas Brawijaya. Malang
Peternakan. Universitas Brawijaya. Purwandani, L. 2008. Isolasi dan Uji
Malang Aktifitas Enzim Amilase dari Isolat
Kusuma, S. 2009. Staphylococcus aureus. Bakteri Termofilik Pasca Erupsi
Fakultas Farmasi. Universitas Merapi Pada Berbagai Variasi suhu
Padjajaran. Bandung dan pH. Program Studi Biologi.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Lathifah, Q. 2008. Uji Efektifitas Ekstrak Pengetahuan Alam.Universitas Negeri
Kasar Senyawa Antibakteri Pada Yogyakarta
Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa Rahmawati, DN. 2013. Media-Bakteri.
bilimbi L.) dengan Variasi Pelarut. Jurusan Analis Kesehatan. Poltekkes
Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Kemenkes. Surabaya

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 21


Romadlona, H., Sarwiyono dan
Surjowardojo, P. 2014. Daya Hambat
Dekok Daun Kersen (Muntingia
calabura L) Terhadap Pertumbuhan
Bakteri Gram Positif-Negatif
Staphylococcus aureus dan Eschercia
coli Penyebab Penyakit Mastitis
Subklinis pada Sapi Perah. Program
Studi Produksi Ternak. Fakultas
Peternakan. Universitas Brawijaya.
Malang
Salisia, S., Khusnan dan Sugiyono. 2009.
Distribusi Gen Enterotoksin
Staphylococcus aureus dari Susu
Segar dan Pangan Asal Hewan.
Fakultas Kedokteran Hewan,
Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. Vol. 10 No. 3 : 111-117
Setiawan, Trisunuwati, P dan Sunarso. 2013.
Kajian Sensitivitas dan Spesifisitas
Reagen CMT, WST dan SFMT
Sebagai Bahan Uji Mastitis Subklinis
di Peternakan Sapi Perah Rakyat,
KUD Sumber Makmur Ngantang.
Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Brawijaya. Malang
Sudarwanto, M dan Sudarnika. 2008. Nilai
Diagnostik Tes IPB Mastitis
Dibandingkan dengan Jumlah Sel
Somatik dalam Susu. Departemen
Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan
Masyarakat Veteriner. Fakultas
Kedokteran Hewan-Institut Pertanian.
Bogor

J. Ternak Tropika Vol. 15, No.2: 15-22, 2014 22

Anda mungkin juga menyukai