Anda di halaman 1dari 6

A.

Kelarutan

Secara kuantitatif, kelarutan suatu zat dinyatakan sebagai


konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
tertentu. Kelarutan dinyatakan dalam satuan mililiter pelarut yang dapat
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam
500 mL air. Kelarutan juga dinyatakan dalam satuan molalitas, molaritas dan
persen (Tungandi, 2009).

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah :

 pH
 temperatur
 jenis pelarut
 bentuk dan ukuran partikel zat
 konstanta dielektrik pelarut

B.. Pengertian Larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali
dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakan air suling. Larutan steril yang digunakan
sebagai obat luar harus memenuhi syarat yang tertera pada injections. Wadah harus
dapat dikosongkan dengan cepat (Dirjen POM, 1979).

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu


atau lebih zat kimia yang terlarut (Dirjen POM, 1995). Larutan adalah sediaan cair
yang dibuat dengan melarutkan 1 jenis obat atau lebih dalam pelarut, dimaksudkan
untuk digunakan sebagai obat dalam rongga tubuh.disesuaikan dengan tujuan
penggunaan, larutan dibagi dalam larutan steril dan larutan tidak steril (Depkes RI,
1978).
C. Jenis-Jenis Larutan

a. Larutan oral adalah sediaan cair yang dibuat untuk pemberian oral,
mengandung satu atau lebih zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis atau
pewarna yang larut dalam air (Dirjen POM, 1995).

b. Larutan topikal adalah larutan yang biasanya mengandung air,tetapi seringkali


mengandung pelarut lain seperti etanol dan peliol untuk penggunaan pada kulit,atau
dalam larutan lidokain oral topical untuk penggunaan pada permukaan mukosa mulut
(Dirjen POM, 1995).

c. Larutan otik adalah larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain
dan bahan pendispersi (Dirjen POM, 1995).

d. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidri alcohol dari zat mudah
menguap, umumnya di gunakan sebagai bahan pengaroma (Dirjen POM, 1995).

e. Tingtur adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang di buat dari
bahan tumbuhan atau senyawa kimia (Dirjen POM, 1995).

f. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam aie, dari minyak mudah
menguap atau senyawa aromatic, atau bahan mudah menguap lainnya airaromatik di
buat dengan cara distilasi dan di simpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya
dan panas berlebih (Dirjen POM, 1995).

D.. Komposisi Larutan

a. Sirup-sirup dengan dasar sukrosa dan bukan sukrosa

Sukrosa adalah gula yang paling sering digunakan dalam sirup-sirup, walaupun
dalam keadaan khusus dapat diganti seluruhnya atau sebagian dengan gula-gula
lainnya seperti dektrose atau bukan gula seperti sorbitol, gliserin dan propilenglikol
(Ansel, 1998).
b. Pengawet Antimikroba

Jumlah pengawet yang dibutuhkan untuk menjaga sirup terhadap


pertumbuhan mikroba berbeda-beda sesuai dengan banyaknya air yang tersedia untuk
pertumbuhan,sifat dan aktivitas sebagai pengawet yang dipunyai oleh beberapa bahan
formulasi, dan dengan kemampuan pengawet itu sendiri. Diantara pengawet-
pengawet yang umum digunakan sebagai pengawet sirup dengan benzoate (0,1-0,2%)
dan berbagai campuran metal-,propil-,dan butyl-paraben (Ansel, 1998).

c. Pemberi rasa

Hampir semua sirup disedapkan dengan pemberi rasa buatan atau bahan-
bahan yang berasal dari alam seperti minyak-minyak menguap (contoh: minyak
jeruk), vanili, dan lain-lain. Untuk membuat sirup yang sedap rasanya karena sirup
adalah sediaan air, pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang
cukup. (Ansel, 1998).

d. Pemberi warna

Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan (misalnya hijau untuk rasa
permen, cokelat untuk rasa cokelat dan sebagainya). Pewarna yang digunakan
umumnya larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari air,tidak bereaksi
dengan komponan lain dari sirup,dan warna stabil pada kisaran pH dan dibawah
cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin menjadi encounter selama masa
penyimpanan (Ansel, 1998).

e. Zat Pemanis

Zat pemanis umumnya merupakan suatu bagian besar dari isi zat padat dalam bentuk-
bentuk sediaan yang membutuhkannya. Sukrosa mempunyai sejarah penggunaan
yang panjang, sukrosa larut dalam media air (larutan mengandung kira-kira 85%
sukrosa dapat dibuat). (Lachman, 1994).

f. Kontrol Viskositas

Kadang-kadang perlu untuk meningkatkan viskositas suatu cairan untuk bertindak


sebagai zat pembantu agar mudah dimakan atau untuk memperbaiki kemampuan
tuangannya. Ini dapat dicapai dengan meningkatkan konsentrasi gula atau dengan
menggabungkan zat-zat yang mengontrol viskositas seperti polivinil, pirolidon, atau
berbagai turunan selulosa (Lachman, 1994).

g. Pemberi Rasa

Pemberi rasa dapat dibagi menjadi 2 kategori, besar pemelihan dan evaluasi
banyak sekali ditulis tentang fase pemberi rasa farmasi tetapi pemelihara merupakan
aktivitas empiris secara total, keempat sensasi rasa dasar adalah asin, pahit, manis dan
asam, beberapa generalisasi sehubungan dengan pemilihan pemberi rasa untuk
menutupi tipe-tipe spesifik dan rasa (Lachman, 1994).

E. Keuntungan dan Kerugian Sediaan Larutan

1. Keuntungan

a. Lebih mudah ditelan dibanding bentuk padat sehingga dapat digunakan untuk
bayi, anak-anak dan usia lanjut.

b. Segera diabsorbsi karena sudah berada dalam bentuk larutan (tidak mengalami
proses diintegrasi dan pelarutan).

c. Obat secara homogen terdistribusi keseluruh bagian dari sediaan.

d. Mengurangi resiko kejadian iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan (contohnya
aspirin, KCl) karena larutan akan segera diencerkan oleh isi lambung (Yohana, 2009).
2. Kerugian

a. Larutan bersifat voluminous, sehingga kurang menyenangkan untuk diangkut


dan disimpan. Apabila kemasan rusak, keseluruhan sediaan tidak dapat dipergunakan.

b. Stabilitas dalam bentuk larutan biasanya kurang baik dibandingkan bentuk


sediaan tablet atau kapsul, terutama jika bahan mudah terhidrolisis.

c. Larutan merupakan media ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme, oleh


karena itu memerlukan penambahan pengawet.

d. Ketetapan dosis tergantung kepada kemampuan pasien untuk menakar.

e. Rasa obat yang kurang menyenangkan akan lebih terasa jika diberikan dalam
larutan dibandingkan dalam bentuk padat. Walaupun demikian, larutan dapat diberi
pemanis dan perasa agar penggunaannya lebih nyaman (Yohana, 2009).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional,


edisi 2. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi


IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1995.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Farmakope Indonesia. Edisi


III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1979.

Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Ketiga. Vol III. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994.

Ansel HC. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Diterjemahkan


oleh Farida Ibrahim. Jakarta: UI-Press; 1998.
Yohana, Anis. Dkk. (2009). Farmasetika Dasar Konsep Teoritis Dan Aplikasi
Pembuatan Obat. Widya Padjajaran, Bandung.

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition,


Rowe R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation.

Anda mungkin juga menyukai