Anda di halaman 1dari 4

I.

Asal-Usul Terbentuknya Kerajaan

Negara Safawi secara resmi berdiri di Persia pada tahun 1501 M. Kerajaan Safawi berasal
dari sebuah gerakan tarikat yang berdiri di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini di beri
nama tarekat Safawiyah. Nama Safawiyah, di ambil dari nama pendirinya, Safi al-Din (1252-
1334 M). Safi Al-Din mendirikan tarekat safawiyah setelah ia menggantikan gurunya. Pengikut
terkat ini sangat teguh dalam memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf safawiyah
bertujuan memerangi orang-orang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebut
“ahli-ahli bid’ah”.

Kecenderungan memesuki dunia politik pada masa kepemimpinan Juneid (1447-1460


M). Tarekat safawi memperluas geraknya dengan menambahkan kegiatan politik pada kegiatan
keagamaan. Perluasan kegiatan ini menimbulkan konflik antara juneid dengan penguasa Kara
Koyunlu (domba hitam). Dalam konflik tersebut, Juneid kalah dan diasingkan ke suatu tempat.
Di tempat baru ini dia mendapat perlindungan dari penguasa ak-Koyunlu (domba putih). Ia
tinggal di istana Uzun hasan. Selama di pengasingan, Juneid dapat menghimpun kekuatan untuk
beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Pada tahun 1459 M. Juneid gagal merebut Ardabil.
Pada tahun 1460 M, ia merebut sircasia tetapi ia terbunuh dalam pertempuran tersebut.

Kepemimpinan Syafawi dilanjutkan oleh anaknya yaitu Haidar pada tahun 1470 M.
Haidar membantu Ak Koyunlu menyerang Kara Koyunlu. Setelah berhasil menumbangkan Kara
Koyunlu, aliansi Safawi dengan Ak Koyunlu menjadi guncang. Ketika Haidar mencoba merebut
Sisilia, Haidar terbunuh.

Ali, putra dan pengganti Haidar, bersama saudaranya serta ibunya ditangkap oleh
pemimpin Ak koyunlu di fars selama 4,5 tahun. Mereka dibebaskan oleh putra mahkota ak
koyunlu. Setelah saudara sepupu rustam dapat dikalahkan. Ali bersaudara kembali ke Ardabil.
Akan tetapi, tidak lama kemudian rustam berbalik memusuhi dan menyerang ali bersaudara, dan
Ali terbunuh.

Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan, mempersiapkan kekuatan


dan mengadakan hubungan dengan para pengikutnya di Azerbaijan, syria, dan anatolia. Pasukan
yang dipersiapkan itu dinamai qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash
menyerang dan mengalahkan Ak Koyunlu Di Sharur. Pasukan ini berusaha memasuki dan
menaklukkan Tabriz, ibu kota Ak koyunlu dan berhasil merebut serta mendudukinya. Di kota ini
ismail memproklamirkan dirinya sebagai raja Dinasti Safawi.

II. Masa Kemajuan Dinasti Safawi

Pada tahun 1502 M, Ismail berhasil mengalahkan Sirwan, Azerbaijan dan Irak.
Pada tahun 1503 M, Ia berhasil menghancurkan sisa-sisa tentara Ak-Koyunlu di Hamdan.
Tahun 1504 M, Ia berhasil menundukan daerah Kasfia dari Mazandaran dan dan Churgan
selanjutnya ia mengalahkan Diyarbakr pada tahun 1505 M. Kota-kota Baghda jatuh ke
tangannya pada tahun 1508 M dan pada tahun 1510 M ia berhasil menguasai daerah Khurasan.
Peperangan dengan Turki Usmani terjadi tahun 1514 M di Chaldiran. Dalam peperangan ini
Ismail 1 mengalami kekalahan.

Setelah Syah Ismail meninggal dunia pada tahun 1524 M, naik tahta beberapa orang syah
kerajaan Safawi sampai pada syah Abbas. Abbas 1 memerintah dari tahun 1588-1628 M.
Langkah-langkah yang ditempuh oleh Abbas 1 dalam memulihkan kerajaan Safawi ialah
pertama: berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qizilbash atas kerajaan Safawi dengan cara
membentuk pasukan baru yang anggotanya terdiri dari budak-budak. Kedua: Mengadakan
perjanjian damai dengan Turki Usmani.

Masa kekuasaan Abbas 1 merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi. Secara politik ia
mampu menyelesaikan bebagai kemelut didalam negeri yang mengganggu stabilitas Negara dan
merebut kembali wilayah-wilayah yang pernah direbut oleh kerajaan lain pada masa raja-raja
sebelumnya. Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan, ia menanamkan sikap toleransi.

III. Kemajuan-Kemajuan Dinasti Safawi


1. Dalam bidang politik

Langkah pertama yang diambil oleh Syah Abbas adalah membangun angkatan senjata yang
kuat dan besar bagi kerajaan Safawi. Dengan kekuatan militer yang tangguh, usaha-usaha yang
dilakukan Syah Abbas untuk membuat kerajaan Safawi kuat serta merebut kembali wilayah-
wilayah kekuasaanya yang hilang akhirnya tercapai.
2. Dalam bidang ekonomi

Pada masa Syah Abbas ,kerajaan Safawi dapat mengusai Harmuz dan pelabuhan Gumrun di
ubah menjadi Bandar Abbas.Kerajaan Safawi juga menjalin hubungan perdagangan dengan
Rusia di sekitar laut Kaspia.

3. Dalam bidang ilmu pengetahuan

Pada masa kerajaan Safawi di Persia ,filsafat dan ilmu pengetahuan bangkit kembali di dunia
Islam. Tokoh-tokoh dalam ilmu pengetahuan yang lahir pada masa ini seperti Muhammad Baqir
Daud. Ia dianggap sebagai guru ketiga di bidang filsafat setelah Aristoteles dan al-Faraby.
Ia mempunyai banyak karya tulis dalam berbagai bidang seperti Fiqh, theology, dan filsafat
yang ditulis dalam bahasa Persia dan Arab.

4. Kemajuan dalam bidang pembangunan fisik dan seni

Adapun pembangunan fisik yang terkenal ialah pembangunan kota Isfahan. Di bidang seni,
kemajuan yang dicapainya adalah di bidang arsitektur pada bangunan mesjid yang indah di
Isfahan yang di bangun pada masa Abbas. Selain itu juga dijumpai hasil industry seperti
keramik-keamik yang indah dan karpet dengan berbagai corak motifnya.

IV. Faktor-Faktor Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Safawi

Faktor Intern : Timbulnya perselisihan yang berkepanjangan antara kerajaan Safawi dan kerajaan
Usmani; Kerusakan moral yang melanda sebagian penguasa kerajaan; Pasukan Ghulam yang
telah di bentuk oleh Syah Abbas I tidak memiliki semangat berperang lagi sebagaimana
pasukan Qizilbash; Timbulnya konflik intern dalam perebutan kekuasaan dikalangan keluarga
istana.

Faktor Ekstern: Dalam keadaan lemah demikian,kerajaan Safawi mendapat serangan dari raja
Afghan,Mir Mahmud yang berlainan paham dengan syah-syah Safawi yakni penganut
paham Sunni.
V. Persia Pasca Runtuhnya Dinasti Safawi

Sesudah runtuhnya dinasti safawi di persia sempat muncul atau berdiri beberapa dinasti kecil
yang tidak bertahan lama, dinasti-dinasti tersebut adalah:

1. Dinasti Qajar (1781–1925)

Dinasti Qajar adalah sebutan umum untuk menggambarkan Iran dibawah keluarga
kerajaan Qajar yang berkuasa yang memerintah Iran sejak 1794 hingga 1925. Tahun 1794
keluarga Qajar mengambil alih Iran sepenuhnya setelah mereka menyingkirkan semua
pesaingnya. Tahun 1796 Āghā Moḥammad Khān ditetapkan sebagai shah.

2. Dinasti Pahlevi (1925–1979)

Dinasti Pahlavi menguasai Iran sejak dimahkotainya Reza Shah tahun 1925 hingga
dijatuhkannya putra Reza Shah Mohammad Reza Pahlavi pada Revolusi Iran tahun 1979.
Keruntuhan Dinasti Pahlavi menandai keretakan tradisi kuno monarki Iran.

3. Revolusi Iran (1979)

Revolusi iran merupakan revolusi yang mengubah Iran dari Monarki menjadi Republik
Islam yang dipimpin oleh Ayatullah Agung Ruhollah Khomeini, pemimpin revolusi dan pendiri
dari Republik Islam. Sebelumnya, Mohammad Reza Pahlavi meninggalkan Iran dan menjalani
pengasingan pada Januari 1979 M setelah pemogokan dan demonstrasi melumpuhkan negara.
Pada 1 Februari 1979 M, Ayatullah Khomeini kembali ke Teheran. Kejatuhan terakhir Dinasti
Pahlavi segera terjadi setelah dimana Angkatan Bersenjata Iran menyatakan dirinya netral
setelah gerilyawan dan pasukan pemberontak mengalahkan tentara yang loyal kepada Shah
dalam pertempuran jalanan. Iran secara resmi menjadi Republik Islam pada 1 April 1979 m
ketika sebagian besar Bangsa Iran menyetujuinya melalui referendum nasional.

Revolusi ini terjadi kepada dua peringkat. Peringkat pertama bermula pada pertengahan
1977 hingga tahun 1979 yang dipimpin oleh pihak liberal, golongan haluan kiri dan kumpulan
agama. Mereka memberontak menentang Shah Iran. Peringkat kedua yang turut dikenali
sebagai Revolusi Islam menyaksikan naiknya Ayatollah menjadi pemimpin revolusi.

Anda mungkin juga menyukai