MAKALAH
Mikrobiologi
Oleh
JURUSAN KIMIA
MARET 2017
1. PEMBAHASAN
Jamur Aspergillus oryzae hidup sebagai saprofit atau parasite dengan masa berbentuk
benang atau filamen, multiseluler, bercabang-cabang, dan tidak berklorofil. Masing-masing
benang disebut hifa dan kumpulan hifa disebut miselium. Miselium Aspergillus oryzae
bersekat-sekat. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-
kuninga, kehijau-hijauan, atau kehitam-hitaman, miselium yang semula berwarna putih sudah
tidak tampak lagi (Suriawiria,1986). Pada pembuatan kecap terdapat proses fermentasi
kedelai hitam oleh starter koji dengan Aspergillus oryzae. Taksonomi jamur Aspergillus
oryzae yakni :
Domain : Eukaryota
Kingdom : fungi
Division : Ascomycota
Class : eurotiomycetes
Ordo : Eurotiales
Family : Trichomacee
Genus : Aspergillus
Spesies : A. oryzae
Aspergillus oryzae berkembang biak secara vegetatif yang dilakukan dengan konidia,
sedangkan ketika berkembangbiak secara generatif dilakukan dengan spora yang terbentuk
dalam askus. Beberapa askus terdapat didalamsuatu tubuh. Pada umumnya askus adalah
suatu ujung hifa yang mengandung empat atau delapan buah spora. Kegunaan dari jamur
Aspergillus oryzae adalah dalam pembuatan mi numan,etanol, dan kecap
(Dwidjoseputro,1990).
Secara makroskopis bentuk dari kapang Aspegillus oryzae yang ditumbuhkan di nasi untuk
membuat koji yang digunakan fermentasi pada kecap
Koloni Aspergillus oryzae pada medium ATB dan medium MEA (pengamatan secara
makroskopis, setelah 7 hari masa inkubasi terlihat bahwa koloni jamur berwarna kuning
kehijauan. (Sumber: Filza,2008)
Sedangkan secara mikroskopis bentuk dari Aspergillus oryzae yaitu sebagai berikut
Dalam perbesaran 400 kali diperoleh .
Aspergillus oryzae merupakan jamur berfilamen probiotik yang biasanya digunakan dalam
proses fermentasi kedelai,eras,gandum,dan kentang yang mana menghasilkan produk seperti
tempe,kecap, miso, sake, dan cuka beras. Proses fermentasi ini menghasilkan enzim yang
dikenal sangan bermanfaat bagi manusia salah satunya adalah enzim amilase. Enzim tersebut
sangat penting bagi pencernaan apalagi untuk usus. Disamping itu dalam pembuatan kecap
Aspergillus oryzae berperan penting dalam perombakan protein kedelai sehingga meningkatkan
protein yang terlarut pada kecap yang akan dihasilkan (Hidayat,2009). Dalam industri sendiri
Aspergillus oryzae memiliki nilai aw yang dianggap cukup baik dan tahan selama
penyimpanan. Aktivasi air (aw) adalah jumlah air dalam bahan pangan. Larutan gula dan garam
yang pekat dapat mengakibatkan meningkat tekanan osmotik pada sel mikroba, air plasma sel
terserap oleh larutan diluar sel menyebabkan sel kekurangan air dan akhirnya mati karena
plasmolisis. Akan tetapi produk pangan berkadar gula tinggi cenderung rusak oleh kapang.
Metabolisme mikroba ini umunya diikuti dengan pelepasan air dan hal ini menyebabkan
naiknya nilai aw dari bahan pangan termsuk kecap.walaupun demikian biasanya perubahan ini
tidak membawa akibat yang buruk terhadap pertumbuhan mikroba kecuali apabila produk itu
memiliki nilai aw yang rendah. Mikroba hanya dapat tumbuh pada kisaran aw tertentu oleh
karena untuk mencegah pertumbuhan mikroba, nilai aw bahan pangan harus diatur.
2.2. Saran
Karena bakteri aspergillus oryzae adalah salah satu bakteri yang sangat membantu dalam
proses fermentasi, maka perlu di kembangkan lagi agar lebih banyak pemanfaatannya dalam
bidang industri maupun bidang yang lain. Dengan dikembangkannya bakteri aspergillus oryzae
akan menambah lagi produk-produk yang lebih bagus dan memiliki banyak manfaat serta
diharapkan dapat meningkatkan SDM dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna.
Edisi 1. Jakarta: Akademika Pressindo.
Fajarini, F. 1985. Modifikasi Pembuatan Tahu dengan Biji Lamtoro Gung (Leucaena
leucocephala). [Skripsi]. Yogyakarta:FTP UGM.
Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff, 1988. Food Microbiology. 4th ed. New York: Mc Graw-
Hill.
Kartika, B., P. Hastuti, dan W. Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan.
Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi UGM.
Koswara, S. 1997. Mengenal makanan tradisional. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 8
(2): 1-6.
Rahayu, E.S., R. Indrati, T. Utami, E. Harmayani, dan M.N. Cahyanto. 1993. Bahan Pangan
Hasil Fermentasi. Yogyakarta: PAU UGM.
Septiani, Y. 2004. Studi Kandungan Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari
Tempe. [Skripsi]. Surakarta: FMIPA UN