Disusun Oleh
Nama : Nursantri huzaifa
Nim :18 3145 353 046
Kelas : 2018 B
b. Gambar
1) Pemeriksaan Makroskopik kultur
Jamur Microsporum
amzaonicum pada
Jamur Microsporum
sampel tempe
amzaonicum pada
sampel tomat
6. PEMBAHASAN
Pada hari Jum’at tanggal 24 di lakukan praktikum mikologi bertempat di
lab mikrobiologi Universitas Mega Rezky. Dengan tujuan Mengidentifikasi
jenis jamur mikroskopik dan makroskopik pada sampel bahan pangan tomat
dan tempe.
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia. Juga
merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
microorganism dalam bahan pangan dapat menuguntunkan maupun merugikan,
pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan mengakibatkan perubahan
fisik atau kiia yang tidak diinginkan, sehinggga makanan tidak layak
dikonsumsi biasnya terjadi pembusukan dan kerusakan bahan pangan.
Pada praktikum ini bahan yang digunakan untuk mengetahu jenis bahan
pangan terdapat jenis bahan yang spontan pada bahan adalaha tomat dan
tempe.
Dan medium digunakan adalah media SDA yang biasa digunakan untuk
pertumbuhan jamur adalah saburaud dextrose agar. Media pembiakan yang
dianggap paling baik dan biasa digunakan salah satunya menggunakan 4%
glukosa sudah memberikan pertumbuhan fungi yang baik dan digunakan untuk
mengisolasi jamur. Konsistensi media SDA berbentuk padat (solid).
Kegunaan laktofenol dalam pegamatan pada jamur, berfunsi untuk
pewarnaan agar mudah ketika diamati pada mikroskop.
Fungsi Larutan KOH 10% untuk menghancurkan sel non jamur , atau
melisiskan kulit, kuku, dan rambut sehingga bila mengndung jamur, dibawah
mikroskop akan terlihat .
Pengamatan dilakukan terhdapa jamur secara makroskopis dan
mikroskopis. secara umum makroskopis dilakukan 2 jenis perlakuan yaitu
pemeriksaan secara langsung dan pemeriksaan kultur
Pada identifiksi jamur miksroskopis dan mikrokopis . Ada dua sampel
yang digunakan yaitu tempe dan tomat.
pemeriksaan mikroskopis langsung, setelah diberi perlakuan larutan KOH
10%. Hasilnya pada sampel tomat dan tempe ditemukan bentukan berupa
bulatan-bulatan bening yang bergerombol atau tersusun seperti Bentukan
tersebut diduga sebagai elemen fungi (arthrospora). Sampel tomat Sel jamur
masih berbentuk hifa , terdapat konidia dan tempe Sel jamur berbentuk spora.
Pada pemeriksaan kultur Untuk memastikan bahwa bentukan tersebut
adalah jamur maka sampel dan di ambil satu ose bulat tersebut kemudian
ditanam pada media SDA. Hasilnya pada media SDA setelah diinkubasi
selama tujuh hari tumbuh koloni jamur dengan tekstur seperti beludru atau
kapas dan halus berwarna putih pada bagian atas koloni, sel tunas dan konidia
tidak ada , Koloni memiliki pinggiran halus tidak beraturan sedangkan pada
bagian bawah koloni tampak berwarna kuning cerah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar namun ukurannya semakin bertambah seiring bertambahnya lama
waktu inkubasi . Selain koloni yang diduga koloni jamur, pada media SDA
juga tumbuh koloni fungi yang lain yang diduga adalah fungi kontaminan.
Aspergillus sp merupakan mikroorganisme eukariotik yang saat ini diakui
sebagai satu diantara beberapa makhluk hidup yang memiliki daerah
penyebaran paling luas serta berlimpah di alam, selain itu jenis kapang ini juga
merupakan kontaminan umum pada berbagai substrat di daerah tropis maupun
subtropis.). Jamur Aspergillus sp dapat menghasilkan beberapa mitotoksin.
Aspergilus sp secara makroskopis mempunyai hifa fertil yang muncul
dipermukaan dan hifa vegetatif terdapat dibawah permukaan. Jamur tumbuh
membentuk koloni mold berserabut, smoth, cembung serta koloni yang
kompak berwarna hijau kelabu, hijau coklat, hitam, putih.warna koloni
dipengaruhi oleh warna spora misalnya spora berwarna hijau, maka koloni
hijau. Yang semula berwarna putih tidak tampak lagi.
Microsporum sp adalah genus dari jamur yang menyebabkan capitis tinea ,
corporis tinea , kurap , dan lainnya kurap ( infeksi jamur pada kulit ).
Microsporum membentuk kedua macroconidia (besar struktur reproduksi
aseksual) dan microconidia (lebih kecil aseksual struktur reproduksi) pada
singkat konidiofor . Makroconidiabersifat hialin , multiseptat, bentuk
bervariasi, fusiform , berbentuk spindel hingga obovate, berukuran 7-20 x 30–
160 um, dengan echinulate tipis atau tebal.untuk dinding sel verukosa. Bentuk,
ukuran dan fitur dinding selnya merupakan karakteristik penting untuk
identifikasi spesies. Mikrokonidia adalah hialin, bersel tunggal, pyriform
hingga klavat, berdinding halus, berukuran 2,5–3,5 kali 4–7 um dan tidak
diagnostik untuk satu
Hal ini menunjukkan bahwa adanya Faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan jamur seperti substrat, kelembapan, suhu, pH
lingkungan, bahan kimia serta penyimpanan yang panas dan lembab
Berdasarkan hasil pengamatan pada pemeriksaan Mikroskopik langsung di
daptkan hasil Aspragilus sp pada sampel tomat dan tempe. Pemeriksaan
mikrskopik tidak langsung didaptkan hasil Microsporum amzaonicum pada
kedua sampel
Pada pemeriksaan makroskopis kultur kedua sampel hasil media Putih
Koloni memiliki pinggiran halus, koloni membentuk kapas putih dihampir
seluruh media pada bagian atas koloni, sel tunas dan konidia tidak ada , Koloni
memiliki pinggiran halus tidak beraturan.
7. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada pemeriksaan Mikroskopik langsung di
daptkan hasil Aspragilus sp pada sampel tomat dan tempe. Pemeriksaan
mikrskopik tidak langsung didaptkan hasil Microsporum amzaonicum pada
kedua sampel