Anda di halaman 1dari 17

DAMPAK INDUSTRI TERHADAPAP LINGKUNGAN

DISUSUN :

Nazariah

17101022004

PROGRAM STUDI SARJA FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA
BANDA ACEH
2020
   

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Lingkungan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupuan
manusia. Hal ini dikarenakan dimana seseorang hidup maka akan tercipta suatu
lingkungan yang berbeda dan sebaliknya. Akhir-akhir ini sering kali ditemukannya
suatu pengrusakan lingkungan oleh manusia dengan alasan pemanfaatan untuk
menghasilkan materi yang lebih, secara tidak langsung tindakan ini akan
mengakibatkan terkikisnya lingkungan dan mengancam pada kelangsungan hidup
manusia.

Disamping itu keteloderan manusia dalam pendirian bangunan dengan tanpa


memperhatikan dampak dari usaha atau industri yang akan berlangsung dibangunan
tersebut juga akan merusak lingkungan fisik dan biologis secara perlahan dan tidak
langsung. Oleh sebab itu perlu dilakukan suatu usaha untuk melestarikan kualitas
lingkungan yang dapat dilakukan dengan berbagai cara, sejak mulai penyusunan
rencana pembangunan daerah sampai setelah proyek-proyek pembangunan
dijalankan, misalnya penyusunan rencana penggunaan tata ruang, rencana
pembangunan ekonomi suatu daerah, penetapan proyek-proyek yang akan dibangun,
sampai pada waktu proyek-proyek telah berjalan. Dengan adanya perencanaan hal-hal
yang mungkin bisa mengantisipasi timbulnya dampak buruk pada lingkungan sekitar
maka kerusakan lingkungan akan dapat dikurangi atau bahkan dicegah sama sekali.
Dari alasan inilah maka perlu dibuat sebuah rencana pengelolaan lingkungan demi
terciptanya keseimbangan antara kepentingan manusia dan kelestarian lingkungan
disekitarnya.
1.2   Rumusan Masalah:

Dengan memperhatikan ulasan singkat latar belakang di atas, maka dapat disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut:

1)   Bagaimanakah perkembangan industri di Indonesia?

2)   Apa saja dampak buruk industri terhadap lingkungan?

3)  Apa saja contoh kasus dan solusinya?

1.3   Tujuan:

Tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain, yaitu:

1)  Sebagai bahan kajian bagi para mahasiswa mengenai perkembangan industri.

2)  Sebagai kajian untuk mengetahui dampak buruk industri terhadap lingkungan.

3) Sebagai kajian untuk mengetahui beberapa kasus yang terjadi yang dikarenakan


pencemaran lingkungan dari industri.

1.4  Manfaat:

Manfaat dari penyusunan makalah ini antara lain, yaitu:

1)    Memberikan informasi dan pengetahuan kepada mahasiswa


tentang perkembangan industri.

2)    Memberikan penjelasan tentang dampak industri terhadap lingkungan.


3)   Memberikan penjelasan tentang solusi terhadap contoh kasus yang terjadi.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1       Industri di Indonesia

            Selama 20 tahun terakhir Pembangunan ekonomi Indonesia mengarah kepada


industrialisasi. Tidak kurang terdapat 30.000 industri yang beroperasi di Indonesia
dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Peningkatan jumlah ini menimbulkan
dampak ikutan dari industrialisasi ini yaitu terjadinya peningkatan pencemaran yang
dihasilkan dari proses produksi industri. Pencemaran air, udara, tanah dan
pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) merupakan persoalan yang
harus dihadapi oleh komunitas-komunitas yang tinggal di sekitar kawasan industri.

2.2       Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

            Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL,


merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang
semakin meningkat. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrem sampai menimbulkan
sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini
timbullah citra bahwa gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti
teknologi tinggi serta menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan
perencana pembangunan. Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai
suatu alat untuk menentang dan menghambat pembangunan.
Dengan dibentuknya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,
yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969. NEPA mulai
berlaku pada tanggal 1 Januari 1970. Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan,

“Semua usulan legilasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan
diperkirakan akan mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan
disertai laporan Environmental Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan)
tentang usulan tersebut”.

AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya Peraturan


Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986
mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka
sejak tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan
menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-
undang No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan. Oleh
karena itu, pada tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 1999. Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan
lingkungan hidup dapat lebih optimal.

Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak lingkungan


hidup adalah pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat diakibatkan
oleh beroperasinya pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu
pembangunan dapat beroperasi atau layak dari segi lingkungan, perlu dilakukan
analisis atau studi kelayakan pembangunan tentang dampak dan akibat yang akan
muncul bila suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan.

AMDAL adalah singkatan dari analisis mengenai dampak lingkungan. Dalam


peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian mengenai dampak besar
dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan
keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Kriteria mengenai
dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap lingkungan hidup
antara lain:

1.      jumlah manusia yang terkena dampak

2.      luas wilayah persebaran dampak

3.      intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4.      banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak

5.      sifat kumulatif dampak

6.      berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak

Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999, pasal 1 ayat 1, AMDAL (Analisis


Mengenai Dampak Lingkungan) adalah kajian mengenai dampak besar dan penting
suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.

Sebagai dasar pelaksanaan Audit Lingkungan di Indonesia, telah dikeluarkan


Kepmen LH No.42/MENLH/11/1994 tentang Prinsip-Prinsip dan Pedoman Umum
Audit Lingkungan. Dalam Lampiran Kepmen LH No.41/94 tersebut didefinisikan
bahwa:

Audit lingkungan adalah suatu alat pengelolaan yang meliputi evaluasi secara
sistematik terdokumentasi, periodik dan obyektif tentang bagaimana suatu kinerja
organisasi, sistem pengelolaan dan pemantauan dengan tujuan memfasilitasi kontrol
pengelolaan terhadap pelaksanaan upaya pengendalian dampak lingkungan dan
pengkajian kelayakan usaha atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan
tentang pengelolaan lingkungan.
Audit Lingkungan suatu usaha atau kegiatan merupakan perangkat pengelolaan yang
dilakukan secara internal oleh suatu usaha atau kegiatan sebagai tanggungjawab
pengelolaan dan pemantauan lingkungannya. Audit lingkungan bukan merupakan
pemeriksaan resmi yang diharuskan oleh suatu peraturan perundang-undangan,
melainkan suatu usaha proaktif yang diIaksanakan secara sadar untuk
mengidentifikasi permasalahan lingkungan yang akan timbul sehingga dapat
dilakukan upaya-upaya pencegahannya.
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1       Dampak Buruk Industri terhadap Lingkungan

            Kita telah menciptakan kerusakan bagi ekosistem kita sendiri. Bumi kita
memiliki banyak sekali keanekaragaman jenis dan sumber daya alam. Manusia, atau
yang disebut kita sendiri, terdiri dari triliunan sel. Sel-sel tersebut menjalani sebuah
proses yang berhubungan dengan kehidupan. Itu mengindikasikan bahwa manusia
adalah bagian dari alam yang memiliki posisi sangat penting. Intelektual manusia,
yang menyebabkan bumi ini diambang kehancuran.

Peningkatan taraf hidup bangsa Indonesia harus terus diusahakan melalui


pertumbuhan ekonomi yang pesat dengan cara memajukan pembangunan. Salah satu
unsur penting dalam pembangunan tersebut adalah pembangunan di bidang industri.
Namun dalam kegiatan industri akan diikuti dengan dampak negatif industri terhadap
lingkungan hidup manusia.

Selain memberikan dampak-dampak positif, pengembangan Kawasan Industri juga


memiliki dampak-dampak yang negatif. Dampak yang negatif/kerugian ini
kebanyakan berkaitan dengan aspek lingkungan. Limbah industri yang toksik
akan memperburuk kondisi lingkungan, meningkatkan penyakit pada manusia, dan
kerusakan pada komponen lingkungan lainnya. Limbah cair industri paling sering
menimbulkan masalah lingkungan seperti kematian ikan, keracunan pada manusia
dan ternak, kematian plankton, akumulasi dalam daging ikan dan molusca, terutama
bila limbah cair tersebut mengandung racun seperti: As, CN, Cr, Cd, Cu, F, Hg, Pb,
atau Zn. Akumulasi racun dalam tubuh pada konsentrasi yang tidak dapat ditoleransi
bisa melumpuhkan organ bahkan mematikan fungsi kerja otak.
Gambar 3.1 Lingkungan Industri

3.2       Gejala Umum Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Industri

3.2.1    Jangka Pendek

1.      Air sungai atau air sumur sekitar lokasi industri pencemar, yang semula
berwarna jernih, berubah menjadi keruh berbuih dan berbau busuk, sehingga tidak
layak dipergunakan lagi oleh warga masyarakat sekitar untuk mandi, mencuci,
apalagi untuk bahan baku air minum.

2.      Ditinjau dari segi kesehatan. kesehatan warga masyarakat sekitar dapat timbul
penyakit dari yang ringan seperti gatal-gatal pada kulit sampai yang berat berupa
cacat genetic pada anak cucu dan generasi berikut.

3.      Terjadinya penurunan kualitas air permukaan di sekitar daerah-daerah industri.

4.      Kelangkaan air tawar semakin terasa, khususnya di musim kemarau, sedangkan


di musim penghujan cenderung terjadi banjir yang melanda banyak daerah yang
berakibat merugikan akibat kondisi ekosistemnya yang telah rusak.
5.      Temperatur udara maksimal dan minimal sering berubah-ubah, bahkan
temperatur tertinggi di beberapa kota seperti Jakarta sudah mencapai 37 derajat
celcius.

6.      Terjadi peningkatan konsentrasi pencemaran udara seperti CO, NO2r S02, dan
debu.

3.2.2    Jangka Panjang

Penyakit akibat pencemaran ada yang baru muncul sekian tahun kemudian setelah
cukup lama bahan pencemar terkontaminasi dalam bahan makanan menurut daur
ulang ekologik, seperti yang terjadi pada kasus penyakit minaimata sekitar 1956 di
Jepang. terdapat lebih dari 100 orang meninggal atau cacat karena mengkonsumsi
ikan yang berasal dari Teluk Minamata. Teluk ini tercemar merkuri yang berasal dari
sebuah pabrik plastik. Bila merkuri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pencernaan, dapat menyebabkan kerusakan akut pada ginjal sedangkan pada anak-
anak dapat menyebabkan Pink Disease/acrodynia, alergi kulit dan kawasaki
disease/mucocutaneous lymph node syndrome.

                                                  Gambar 3.3 Limbah yang Dihasilkan Industri


3.3       Contoh Kasus Pencemaran Lingkungan oleh Industri

1.      Di Inggris, sebelum revolusi industri terjadi, seluruh dataran inggris dipenuhi
oleh pohon-pohon besar yang memiliki banyak kehidupan untuk ekosistem. Tempat
yang disebut jantung dari kehidupan kini hanya meninggalkan nama. Dengan
hadirnya teknologi-teknologi canggih seperti mesin uap dan sebagainya, kita telah
menggunakan sumber daya alam kita secara berlebihan untuk sesuatu yang kecil.

2.      Di Republik Rakyat China, sebagai negara industri baru,  China harus
meningkatkan kualitas dan kuantitas industri mereka sehingga menyebabkan seluruh
pabrik di kawasan industri China memproduksi limbah pabrik yang dibuang ke udara,
lautan, dan bahkan tempat-tempat penduduk.

3.      Pada tahun 1992 di Semarang, dimana salah satu Pabrik yang bernama
Semarang Diamond Chemical (SDC) yang terletak di Kawasan Industri Semarang
mengeluarkan limbah yang merusak tambak penduduk di Desa Tapak.

4.      Di daerah Demak, dimana enam industri yang berlokasi di Kawasan Industri
Genuk membuang limbahnya ke Kali Babon sehingga menimbulkan pencemaran
tambak sampai ke Desa Sriwulan dan Bedono.

5.      Pencemaran udara yang disebabkan pabrik baja di sekitar Jrakah yang telah
banyak dikeluhkan penduduk.

6.      Penduduk Tambakaji juga mengeluhkan keringnya sendang Abu Bakar yang


diduga karena banyaknya pengambilan air tanah oleh industri-industri yang berada di
atasnya.

7.      Di Kalimantan Tengah, tiga sungai besar di Kalimantan Tengah masih tercemar


air raksa (merkurium) akibat penambangan emas di sepanjang daerah aliran sungai
(DAS) Barito, Kahayan, dan Kapuas. Pencemaran itu melebihi baku mutu yang
dipersyaratkan.
8.      Perusahaan tambang yang menerapkan pembuangan limbah tailingnya ke laut
(Sub Marine Tailing Disposal). Pertama, adalah Newmont Minahasa Raya (NMR)
sejak 1996 di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dan kemudian menyusul PT
Newmont Nusa Tenggara di Sumbawa-Nusa Tenggara Barat sejak 1999. Setiap
harinya 2.000 metrik ton tailing berbentuk pasta dibuang ke Perairan Buyat di
Minahasa dan 120.000 metrik ton di Teluk Senunu, Sumbawa. Pada akhirnya dari
proses ini terjadi berbagai dampak yang berujung kepada turunnya kualitas
lingkungan hidup dan kualitas hidup manusia.

9.      Di Papua, PT. Freeport beroperasi dari tahun 1967 telah menimbulkan


dampak hancurnyagunung Grasberg, tercemarnya sungai Aigwa, meluapnya air
danau Wanagon, tailing mengkontaminasi : 35.820 hektar daratan dan 84.158
hektar laut Arafura.

10.  Berdasarkan hasil studi empiris yang pernah dilakukan oleh Magrath dan Arens
pada tahun 1987 (Prasetiantono, di dalam Sudjana dan Burhan (ed.), 1996: 95),
diperkirakan bahwa akibat erosi tanah yang terjadi di Jawa nilai kerugian yang
ditimbulkannya telah mencapai 0,5% dari GDP, dan lebih besar lagi jika
diperhitungkan kerusakan lingkungan di Kalimantan akibat kebakaran hutan, polusi
di Jawa, dan terkurasnya kandungan sumber daya tanah di Jawa.

Gambar 3.3 Polusi yang Dihasilkan Industri


3.4       Penyebab Kasus

1.      Lemahnya pemahaman aparat penegak hukum seperti kepolisian dan pengadilan


mengenai peraturan perundangan lingkungan hidup.

2.      Lemahnya penegakkan hukum di Indonesia mengenai pencemaran lingkungan.

3.      Tidak ada tindakan tegas dari pemerintah untuk melarang pembuangan limbah
tailing ke laut Indonesia. Patut diketahui bahwa metode pembuangan limbah tailing
dengan model ini sudah dilarang dinegara-negara lain di dunia. Bahkan Kanada,
negara yang pertama kali menggunakan metode ini, kapok dan tidak lagi
menggunakan metode STD mengingat masa recoverynya sangat lama yakni 150
tahun. Entah mengapa Indonesia memberikan izin bagi praktek pembuangan limbah
tailing dengan metode STD ini.

4.      Negara menutup akses rakyat atas informasi yang terkait dengan industri dan
termasuk limbah industri.

5.      Tidak dilibatkannya masyarakat secara maksimal dalam pengelolaan


lingkungan sehingga seolah-olah urusan lingkungan hanya menjadi urusan
pemerintah dan perusahaan tidak menjadi urusan publik sebagai pihak yang banyak
menggunakan jasa lingkungan.

3.5       Upaya yang Perlu Kita Lakukan untuk Selamatkan Lingkungan Hidup

Wajib bagi kita semua untuk mengetahui pengetahuan tentang hubungan antara jenis
lingkungan. Hal ini sangat penting agar dapat menanggulangi permasalahan
lingkungan secara terpadu dan tuntas. Para aparat penegak hukum juga perlu diberi
pengetahuan sebesar-besarnya tentang permasalahan pencemaran lingkungan ini.
Oleh karena itu, pemerintah harus mengawasi kegiatan industri dan pembuangan
limbahnya. Pelaku industri harus melakukan cara-cara pencegahan pencemaran
lingkungan dengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan
pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harus
melakukan pengolahan limbahindustri guna menghilangkan bahan pencemaran atau
paling tidak meminimalkan bahan pencemaran hingga batas yang diperbolehkan.

Di samping itu perlu dilakukan penelitian atau kajian-kajian lebih banyak lagi
mengenai dampak limbah industri yang spesifik (sesuai jenis industrinya) terhadap
lingkungan serta mencari metode atau teknologi tepat guna untuk pencegahan
masalahnya.

Selain pemerintah dan pelaku industri, masyarakat juga harus jeli


menanggapimasalah lingkungan yang disebabkan oleh sisa kegiatan industri.
Masyarakat tidak bisa menyerahkan sepenuhnya masalah ini kepada pemerintah dan
pelaku industri. Hal ini mutlak perlu, terutama bagi masyarakat yang bertempat
tinggal disekitar areal industri. Dampak dari buangan kegiatan industri sangatlah
kompleks. Pada dasarnya limbah industri akan mencemari lingkungan udara, air, dan
tanah. Udara yang kotor dan tercemar akan merusak penciuman dan paru-paru.

Pencemaran air akan merusak biota air dan pastinya akan mengganggu keberadaan
dan ketersediaan sumber air bersih. Pencemaran tanah, selain mengganggu kesuburan
tanah itu sendiri dan apapun yang hidup dan tumbuh di atasnya pada akhirnya juga
akan mengganggu dan mencemari air tanah.
BAB IV

PENUTUP

4.1       Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengkajian mengenai dampak industri terhadap lingkungan,


dapat disimpulkan bahwa :

1.      Pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan yang dilakukan oleh industri masih


pada tahap pengelolaan limbah yang dihasilkan oleh industri belum mengarah pada
kesadaran untuk kelestarian lingkungan.

2.      Pelaku usaha industri masih menganggap bahwa kewajiban untuk


mengimplementasikan pengelolaan dan pemantauan lingkungan masih merupakan
beban yang memberatkan dari segi biaya, dan industri belum merasakan keuntungan
secara langsung dari kegiatan pengelolaan dan pemantauan yang telah dilakukan.

3.      Keterlibatan dan kepedulian masyarakat di sekitar industri masih relatif rendah,


masyarakat masih beranggapan bahwa industri yang memberikan banyak bantuan dan
menyerap banyak tenaga kerja lokal merupakan industri yang telah peduli terhadap
lingkungan.

4.      Mekanisme koordinasi antar instansi masih belum jelas sehingga masing-


masing instansi belum menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

4.2       Saran

            Adapun saran dari penyusun untuk menanggulangi dampak buruk industri
terhadap lingkungan, antara lain :

1.      Koordinasi dan keterpaduan dalam menetapkan kebijakan antar instansi


yang membidangi masalah industri dan lingkungan perlu ditingkatkan sehingga dapat
digunakan sebagai pedoman oleh pelaku industri untuk mewujudkan industri yang
berwawasan lingkungan.

2.      Mengikutsertakan aparat pada dinas/instansi dalam pendidikan dan


pelatihan mengenai pengelolaan lingkungan hidup sehingga semua aparat yang
bertugas mempunyai persepsi yang sama mengenai pengelolaan lingkungan.

3.      Perlu adanya kajian mengenai daya tampung lingkungan yang dapat


menjadi dasar kebijakan dalam penyusunan peraturan daerah.

4.      Untuk meningkatkan kesadaran pelaku industri di bidang lingkungan


maka pemberian penghargaan bagi industri yang telah melaksanakan dan
mematuhi aturan dan pemberian sanksi bagi industri yang melanggar aturan di
bidang lingkungan perlu diintensifkan.

5.      Sosialisasi oleh Dinas Lingkungan Hidup tentang kewajiban pengelolaan dan


pemantauan lingkungan yang dilakukan industri dan keterbukaan informasi oleh
industri yang bersangkutan dengan memberikan dokumen pengelolaan lingkungan
kepada kelurahan setempat sehingga dapat meningkatkan kepedulian dan partisipasi
masyarakat di sekitar lokasi industri untuk mewujudkan industri yang berwawasan
lingkungan.

6.     Masa depan kehidupan bumi ini ditentukan oleh keniataan kita untuk beraksi.
Mungkin banyak orang yang telah melakukan hal untuk menyelamatkan bumi ini,
tetapi kesuksesan terjadi bila ada perubahan dalam ekonomi, sosial, politik, dan
khususnya paradigma manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai